Chapter 7. Seseorang yang berarti

116 14 1
                                    


"Halo."

"ABANGGGGGGGGGG." Teriakan dari seberang telepon membuat Zacky menjauhkan ponsel dari kupingnya. Setelah itu kembali menempelkan benda pipih itu, namun hanya terdengar bunyi tut tut tut.

"Sial!" umpatnya.

"Siapa?" Tanya Daniel penasaran. Zacky hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Kalian pulang aja. Biar gue yang jagain Bang Ali disini." Ucap Zacky.

"Lo juga harus pulang, Bang." Baryu menghampiri Zacky dan menatapnya dengan berharap.

Sedangkan Zacky membalas tatapan Baryu dengan dingin bahkan terkesan tajam. "Apa perlu gue tegasin lagi kalau gue nggak pulang?"

"Tapi-"

"Pergi." Satu kata penuh perintah yang tidak boleh dibantah. Akhirnya Baryu memilih tidak memperpanjang urusan ini dengan Zacky.

Teman-temannya meninggalkan Zacky di markas dengan Bang Ali yang belum sadarkan diri. Sudah beberapa hari ini Zacky tinggal di markas. Semenjak kedatangan seorang wanita yang mengaku-ngaku sebagai istri sah dari ayahnya, Zacky jadi tidak sudi menginjakkan kakinya di rumahnya sendiri.

Ia menghela nafas berat. Akibat perkelahian tadi membuat badannya jadi sedikit pegal. Belum lagi luka yang waktu itu masih belum sepenuhnya sembuh. Ia membaringkan tubuhnya di atas sofa lain di ruangan itu.

Zacky penasaran dengan seorang yang menelpon Ali tadi. Setelah berteriak dengan seenaknya mematikan telpon sepihak. Kontak dengan nama olaf. Lelaki itu tersenyum tipis, melihat Ali yang matanya masih setia tertutup rapat.

"Ternyata lo juga bucin ya, Bang." Katanya bermonolog.

Mengingat nama karakter olaf. Lelaki itu kemudian merogoh saku jaketnya, mengambil plester bergambar Queen Elsa yang waktu itu di kasih Gani. Ia tidak tau kenapa masih menyimpan plester itu, padahal tinggal membuangnya. Bahkan plester itu sudah tidak bisa menempel lagi.

Zacky menyimpan kembali plester itu lalu memejamkan matanya untuk tidur.

***


"Bel, kekantin yuk." Ajak Alea bersemangat setelah guru yang mengajar keluar dari kelas.

Bella menatap temannya itu dengan mata menyipit. "Lo nggak bawa bekal?"
Alea menggeleng.

"Tumben? Sengaja nggak bawa atau nggak sengaja?"

"Dua-duanya." Jawab Alea sambil nyengir. "Yuk ah. Laper akutuhh."

Alea menggeret Bella keluar kelas. Saat melewati kelas XI B, Meira yang melihat kedua temannya berteriak memanggil.
"Ale, Bella." Teriak Meira. Lalu keduanya menoleh.

Meira berlari menghampiri mereka berdua. "Mau kemana?"

"Kantin." Jawab Alea.

"Tumben?"

"Udah nggak usah tumban tumben, lo mau ikut nggak?"

Meira mengangguk. Kemudian mereka bertiga berjalan menuju kantin. Sampainya di kantin, Meira dan Alea mencari tempat duduk sedangkan Bella yang memesan makan dan minum. Kantin sudah penuh dengan anak-anak yang kelaparan setelah pelajaran yang panjang.

Dari sekian banyak meja di kantin, hanya ada satu meja panjang yang belum di huni. Orang-orang yang biasanya menghuni meja tersebut belum menampakkan batang hidungnya. Alea yang menempati meja yang tak jauh dari meja tersebut, mengamatinya sambil memakan batagor.

Ia sedang berfikir, kenapa Zacky cs belum datang ke kantin atau memang hari ini mereka tidak datang.

"Kok anak-anak Scorpion nggak datang ke kantin ya?" Tanya Alea pada kedua temannya.

Virgo VS Scorpio [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang