Chapter 44. Masalah

34 2 0
                                    

Alea kembali ke sekolah setelah kemarin ia absen. Padahal ia tidak sakit kecuali gangguan kecemasannya yang kambuh dua hari lalu. Sebenarnya dirinya sudah baik-baik saja tetapi abangnya yang super protektif itu bersikeras menyuruhnya untuk di rumah dulu tidak boleh kemana-mana. Dan lihatlah sekarang lelaki di sampingnya yang sedang memegang setir kemudi mobil terus saja menoleh padanya memastikan bahwa sang adik benar-benar sudah baik-baik saja.

 Dan lihatlah sekarang lelaki di sampingnya yang sedang memegang setir kemudi mobil terus saja menoleh padanya memastikan bahwa sang adik benar-benar sudah baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Bang, please. Aku risih tau nggak! Biasa aja gak bisa ya?!” Ucap Alea kesal karena perilaku abangnya yang sesekali memperhatikan keadaan adiknya. “Aku sungguh sangat baik sekarang. Abang nggak usah berlebihan.”

Alan menghela nafas. Adiknya ini memang sudah kelihatan baik. Tapi tetap saja rasa khawatirnya masih berlebihan. Bagaimana tidak khawatir, sudah lama gangguan kecemasan yang di derita adiknya itu tidak pernah kambuh lagi. Tapi dua hari lalu adiknya itu pulang dengan keadaan kacau dan mata sudah sembab. Saat Alan menghampiri gadis itu, tubuhnya masih dalam keadaan gemetar dan langsung menangis kembali saat Alan memeluknya. Alea kembali menangis histeris dan memberontak. Alan buru-buru mengambil obat penenang yang selama ini sengaja di simpan olehnya. Untuk berjaga-jaga jika Alea kambuh seperti sekarang.

Semalaman ia menenangkan adiknya dan terus menemaninya. Keesokan harinya barulah ia mencari tahu penyebab Alea bisa seperti itu. Ia mendapat informasi jika adiknya itu bertemu dengan Rendy dan sempat bertengkar. Rendy hampir melukai Alea lebih parah lagi jika Zacky tidak datang menyelamatkannya. Alan berfikir ada hubungan apa Alea dengan Zacky hingga lelaki itu bisa menyelamatkan adiknya.

“Gimana kalau kamu hari ini libur lagi? Ikut abang ke Binar.”

“Gak mau. Aku mau jadi obat nyamuk gitu? Harus nungguin kalian pacaran?”

“Nggak dek. Kita Cuma mau ngerjain tugas bentar. Nanti udah selesai abang ajak jalan deh. Kemana pun kamu mau.”

Lagi-lagi Alan berusaha membujuk adiknya supaya bisa nurut. Namun Alea adalah orang yang keras kepala. Jika memang sudah bilang tidak maka akan tetap tidak.

Sampai di sekolah Alea keluar mobil tanpa berkata apa-apa, disusul dengan Alan.

“Alea. Nanti pulang sekolah abang jemput.”

Alea menghentikan langkah kakinya. Ia menghela nafas sebelum balik badan menghadap abangnya.

“Gak usah. Alea nanti pulang sama Bella dan Meira.” Ujar Alea ketus.

Alan menghampirinya. “Gak bisa nurut?”

“Gak!” Jawab Alea sambil memandang abangnya dengan jengkel.

Kedua mata mereka sama-sama menatap dengan tajam. Hingga sebuah panggilan membuyarkan tatapan mereka. Tetapi malah membuat Alea mematung di tempat.

“Alea.” panggil seseorang dari kejauhan.

Suara berat itu sangat Alea kenal. Alan menoleh kebelakang Alea. Memperhatikan seseorang yang sedang berjalan menghampiri mereka berdua. Ekspresinya berubah menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Alea menelan ludah susah payah. Selama ini ia berharap kedua lelaki itu tidak pernah bertemu namun harapan saja tidak bisa menghentikan takdir.

Virgo VS Scorpio [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang