Pt.19

9.8K 1.6K 240
                                    


"Dia kembali"

"Setelah melakukan semua ini? Wah benar-benar tak punya muka."

[Nanapov]

Aku tak pernah melihat Washington sekacau ini.

Vancouver berantakan, Newyork dan Seattle benar-benar gila.

Aku meringkuk diatas ranjang, menutup mataku sambil mendengarkan suara seorang reporter memberitakan sebuah kejadian memilukan di New York.

'Pembantaian berkelompok.'

Itu sudah pasti ulah Sehun. Aku tak pernah tahu jika si tua Oh itu akan melibatkan begitu banyak orang yang bersedia mati untukku.

Setelah melihat berita pengebom-an, penembakan dan pembantaian di beberapa daerah berbeda aku mengadahkan kepalaku menatap layar TV.

Disana ada seorang pria kecil, tubuhnya mirip sepertiku, rambutnya, bibirnya bahkan caranya bergerak sama persih sepertiku.

Dia ditangkap atas seluruh kasus yang terjadi, tentu saja itu bukan salahnya harusnya yang ada disana adalah aku.

Ternyata kembali dari bawah laut bukan suatu hal menyenangkan bagiku.

Aku mengasingkan diri ke Portland, Jihoon tak pernah tau jika aku telah kembali dan ....Jeno? Eum tentu saja tak tahu.

Aku tak punya nomor lelaki itu, walaupun perasaan cintaku padanya menggebu-gebu namun aku akan berpikir dua kali untuk pergi menemuinya lagi karena setahuku dia telah menemukan orang lain untuk berkencan.

Berpikir soal Jeno aku jadi memikirkan keadaan Hyuck, kandungannya pasti sudah sangat besar dan mungkin bayinya akan keluar beberapa minggu lagi.

Seandainya Washington tidak kacau karena ulah Sehun aku pasti akan membantu Hyuck di masa-masa kehamilannya seizin Jeno tentu.

Aku sangat merindukan mereka.

Aku merasa seperti orang normal saat bersama mereka... tak ada darah... tak ada kekerasan... dan tak ada pria bertubuh besar yang selalu mengikutiku 24 jam kemanapun.

Aku menyukai kehidupanku sebagai seorang pembunuh namun Jeno juga mengajariku banyak hal...

Aku belajar rasa kemanusiaan disaat Sehun tak pernah mengajarkannya padaku.

Yang Sehun ajarkan hanyalah menyayangi orang yang juga menyayangimu dan membunuh orang yang mengganggumu.

Aku menjadi terbiasa untuk membunuh karena hal itu.

Semua yang mengganggu harus kumusnahkan entah itu orang penting atau tidak.

Aku pernah membunuh anak kecil waktu aku masih remaja. Anak itu menatapku, meludah ke sepatuku dan beberapa menit kemudian timah panas menembus dahinya.

Sejak umurku 14 tahun aku telah legal membawa pistol kemanapun aku pergi.

Aku tahu dosa yang kulakukan sudah melebihi batas namun bertobat bukan keinginanku.

Aku menghilangkan rasa kemanusiaanku dan memilih untuk menjadi gelap mata ketika melihat orang kesusahan.

Angkuh.

[DIBUKUKAN] Criminal, Fetish, And You.✔ [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang