03. Sava

269 37 1
                                    

Biasakan vote sebelum membaca dan selamat membaca:)

*****
Saat ini Kanara sedang berada di dalam mobil bersama Devan.

Selepas berbincang banyak dengan Mama Devan, ia memutuskan untuk pulang karena hari telah sore.

Di tengah perjalanan tiba-tiba ponsel Devan berbunyi. Ia menepikan mobilnya dan menjawab telepon.

"Halo?"

"...."

"Sekarang dimana?" tanya Devan, raut wajahnya menampilkan kekhawatiran.

"...."

"Devan kesitu sekarang. Ibu tunggu di rumah aja," ujarnya lalu memutuskan sambungan telepon.

Devan menatap Kanara yang sedang menatapnya juga. "Lo balik sendiri gak apa-apa 'kan? Gue ada urusan."

Kanara menggeleng. "Aku mau diantar Kak Devan sampai ke rumah."

"Nggak bisa Na. Gue ada urusan," ujar Devan.

"Kak Devan udah janji mau antar aku sampai ke rumah," cicit Kanara.

"Gue cariin lo taksi ya?" Devan berusaha sabar.

Kanara menggeleng. "Aku-"

"Kanara!" bentak Devan membuat Kanara terkejut.

Kanara merasakan hatinya sakit mendengar bentakan dari Devan.

Devan keluar dari dalam mobil dan membanting pintu mobil keras.

Ia berjalan memutari mobil dan menghentikan taksi lalu membuka pintu mobil sebelah Kanara dan menariknya agar keluar.

Kanara keluar dari mobil saat Devan menarik paksa tangannya.

"Lo pacar gue, jadi nurut sama gue bisa 'kan?" tanya Devan penuh penekanan.

Kanara mengangguk takut. "Maaf Kak."

Devan menarik tangan Kanara mendekati taksi yang sudah ia hentikan tadi.

Devan menurut pintu taksi saat Kanara telah masuk ke dalamnya. Ia membayarkan ongkos taksi Kanara lalu berlari ke arah mobilnya.

Kanara menoleh ke belakang dan melihat mobil Devan yang putar balik dan melaju cepat.

Ia menatap pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkraman Devan tadi.

Ia mengelusnya sambil berpikir. Apa urusan Devan? Sepenting apa? Siapa yang ia panggil Ibu tadi? Kenapa Devan membentaknya padahal Devan baru mengklaimnya sebagai pacar beberapa jam yang lalu? Berbagai pertanyaan muncul memenuhi otak Kanara.

Kanara memejamkan mata membiarkan air matanya lolos untuk mengurangi rasa sesak di dadanya. Katakan saja dia lebay, tetapi memang itu yang ia rasakan.

"Kita mau kemana Mbak?" tanya Pak Sopir.

"Ma-Magnolia Residence, nomor 11," jawab Kanara serak.

Taksi melaju menuju tempat yang Kanara maksud. Sepanjang jalan, otak Kanara terus berpikir keras. Devan bersikap manis padanya dan berubah menjadi kasar dalam waktu yang kurang dari 24 jam. Kenapa sebenarnya?

*****
Devan melajukan mobilnya di atas kecepatan rata-rata. Rasa khawatir benar-benar menyelemuti hatinya. Ada rasa bersalah saat ia telah membentak Kanara tadi.

Ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan lalu berjalan masuk ke dalam gang sempit.

Sampai di tempat yang ia maksud, ia mengetuk pintu bercat cokelat tersebut.

"Permisi," ujarnya.

Tak lama, seorang wanita paruh baya keluar dengan raut wajah risau, Ibu Desi.

"Sava gimana Bu?" tanya Devan.

KANARA StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang