04. Senyuman

241 32 0
                                    

Biasakan vote sebelum membaca dan selamat membaca:)

*****
Kanara memasuki rumah dengan wajah sembab. Tentu saja hal itu mengundang tanda tanya dari orang rumah, terutama Kania -Bunda Kanara-.

"Lho Dek? Kenapa?" tanya Bunda sembari menghampiri Kanara.

Kanara menggeleng. "Nggak apa-apa. Aku ke kamar dulu Bun."

Sepeninggal Kanara, Bunda menatap Rean -Kakak Kanara-. "Adek kenapa ya?"

Rean menggeleng. "Bunda tanya Rean, Rean tanya siapa?"

Bunda menghela nafas. Putranya yang satu ini memang tidak pernah bisa diajak serius.

"Nanti kamu samperin ya, ajak bicara dan tanya baik-baik," pesan Bunda.

"Ah males Bun. Kana kalo ngambek serem," ujar Rean.

"Abang nggak boleh gitu, adeknya lagi sedih harus dihibur. Sana samperin Kana," suruh Bunda.

Dengan malas, Rean berdiri dan berjalan ke arah tangga. Perintah dari presiden rumah memang tidak bisa diganggu gugat.

"Na! Kana!" panggil Rean dari luar pintu kamar.

Tidak ada sahutan dari dalam kamar. Saat memutar knop pintu ternyata tidak dikunci.

Rean membuka pintu kamar Kanara dan nampaklah Kanara yang sedang duduk di kursi menghadap jendela.

"Na," panggil Rean yang duduk di ujung kasur Kanara.

Kanara menoleh. "Abang."

"Kenapa lo?" tanya Rean menghampiri Kanara dan menarik kursi belajar Kanara untuknya duduk.

"Aku nggak apa-apa," jawab Kanara.

Kedua kakinya ia naikan ke kursi lalu memeluknya.

"Bang Rean ngapain ke sini?" tanya Kanara.

Rean berdiri dan merebahkan diri di kasur Kanara. "Suruh Bunda buat lihat keadaan lo. Tapi, tidur di sini kayaknya lebih bermanfaat dari pada suruhan Bunda."

Kanara mendengus sebal. "Bang Rean punya kamar, jangan di kamar aku deh."

"Kasur di kamar gue nggak seempuk kasur di sini," jawab Rean.

"Alesan aja," cetus Kanara.

"Na kenapa sih lo? Putus cinta? Emang lo punya pacar? Eh lupa, jangan kan pacar, KTP aja lo belum punya," cerocos Rean.

"Orang belum tujuh belas tahun," sahut Kanara malas.

"Lo nangis kenapa Na?"

"Siapa yang nangis? Aku nggak nangis!" elak Kanara.

"Gue tadi lihat mata lo sembab."

"Emang setiap mata sembab itu karena nangis?" tanya Kanara.

"95% kemungkinan nya seperti itu," jawab Rean.

"Ah, sok bijak."

*****
Devan memasuki rumah, selepas mengantar Sava dan Bu Desi pulang, ia memutuskan untuk pulang ke rumah.

Terlihat Mama dan Papa nya sedang duduk di ruang keluarga.

"Dari mana Dev?" tanya Andra.

"Luar," jawab Devan singkat.

Keira berdiri dan tersenyum pada Devan. "Duduk dulu yuk Nak."

Devan berjalan mendekat dan duduk di sofa seberang Papa nya.

"Mama bilang, tadi kamu bawa cewek ke rumah? Pacar kamu?" tanya Andra.

Devan terdiam sebentar, dengan terpaksa ia mengangguk. "Iya."

KANARA StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang