29. Kembali

367 40 16
                                    

Biasakan vote sebelum membaca dan Selamat membaca^^

*****
Devan berjalan keluar dari area rumah sakit. Sava sudah ditemani Ibu Desi jadi ia bisa pulang.

Devan melajukan motornya menembus jalanan.

Tujuannya saat ini adalah rumah Kanara. Cowok itu tiba-tiba kepikiran pada Kanara dan perasaannya tidak enak.

Devan sengaja mengambil jalan pintas agar lebih cepat sampai di rumah Kanara. Meskipun kata orang jalan ini rawan, Devan tidak peduli itu. Yang terpenting ia cepat sampai di rumah Kanara dan memastikan keadaan cewek itu.

Devan melajukan motornya dengan kecepatan sedang karena keadaan benar-benar gelap, ditambah sebelah lampu depan motor Devan rusak.

Dari kejauhan ia dapat melihat ada sebuah mobil berwarna putih terparkir dengan keadaan mesin masih menyala.

Semakin dekat, Devan dapat melihat jelas plat nomor mobil itu dan seorang gadis berpiyama sedang berhadapan dengan dua orang lelaki yang Devan yakini mereka penjahat.

Devan sengaja mematikan mesin motornya agar penjahat itu tidak menyadari keberadaanya.

Devan terkejut saat melihat jelas wajah gadis itu.

"Kanara," gumamnya.

Ia melihat Kanara diangkat paksa oleh pria botak lalu tanpa babibu Devan berlari ke arah mereka dan menendang punggung pria itu membuat ia terhuyung dan Kanara terlempar ke dekat rerumputan.

Tanpa mempedulikan Kanara, Devan fokus menghajar dua orang lelaki yang langsung menyerangnya secara bersamaan.

Samar-samar Devan melihat dari ujung matanya Kanara berjalan mendekati mobil.

Gadis itu berdiri di sana dan menatapnya risau. Ternyata perasaannya tadi memang benar, Kanara sedang dalam bahaya.

"Kak Devan hati-hati!" teriak Kanara dengan air mata yang telah membanjiri pipinya.

Rasa senang dan takut kini menyatu. Kanara senang karena Devan datang dan menolongnya, tapi ia takut Devan kenapa-kenapa.

Si Gondrong telah terkapar. Kini fokus Devan hanya beralih pada si Botak.

Devan menghajar si Botak tanpa memperhatikan situasi. Tanpa ia sadari ternyata si Gondrong berusaha bangun dan mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya.

Kanara yang melihat itu berteriak bertepatan dengan sebuah belati putih menancap di sisi perut bagian kanan Devan.

"Kak Devan!" jerit Kanara sambil berlari mendekati Devan yang terduduk di bahu jalan.

Setelah berhasil menusuk Devan, kedua orang penjahat itu kabur melarikan diri.

Kanara berjongkok di samping Devan. "Kak Devan."

Devan yang memejamkan mata tiba-tiba membuka mata saat menyadari Kanara di sampingnya.

Nafas Devan terengah-engah. Keringat mengalir dari dahinya serta darah menembus kaos putih yang ia kenakan.

"Lo nggak apa-apa kan? A-ada yang sa-kit?" tanya Devan menilik keadaan Kanara.

Kanara menggeleng membuat air matanya jatuh.

Dengan gemetar, Devan mengangkat tangannya untuk mengusap air mata yang mengalir di pipi gadisnya, sambil tersenyum ia berkata, "Ja-jangan, nang-ngis."

Tangis Kanara semakin pecah. Ia menggenggam tangan Devan yang berada di pipinya. "Kak Devan bertahan ya. Aku bakal cari bantuan."

"Ja-ngan pergi Na, te-menin gu-gue," pintanya dengan nafas tersengal-sengal.

KANARA StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang