28. Ketakutan

278 33 2
                                    

Biasakan vote sebelum membaca dan selamat membaca:)

*****
Kanara melajukan mobilnya pelan-pelan. Gadis itu masih bingung dengan langkah yang akan ia ambil selanjutnya.

Apakah ia harus merelakan perasaannya dan melupakan Devan atau justru kembali kepada Devan.

Bohong jika Kanara tidak ingin kembali pada Devan, gadis itu masih sangat mencintai Devan. Perasaannya pada Devan tidak berubah sedikit pun.

Tiba-tiba ponselnya berdering menandakan telepon masuk.

Kanara menjawab panggilan tersebut. "Hallo Assalamualaikum Bun."

"Waalaikumsalam sayang. Kana, ini Bunda lagi di Bandara sama Ayah. Kita mau ke Surabaya, Kakek kecelakaan sayang. Tadi nenek kasih tau Bunda," ucap Kania dari dalam telepon.

Karasa terkejut mendengar hal itu. "Bunda serius? Terus keadaan Kakek gimana?"

"Katanya keadaan Kakek cukup parah. Nanti Bunda telepon lagi ya sayang. Kamu baik-baik ya sayang, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Kanara bersamaan dengan telepon yang terputus.

Kanara berdecak. Pasti keadaan rumah sangat sepi, rumah sebesar itu hanya ada ia sendiri di dalam.

Setelah beberapa saat, akhirnya ia sampai di rumah. Ia segera memasuki rumah dan masuk ke kamar.

Kanara berganti pakaian lalu duduk di kasur sambil memainkan ponsel. Ada satu pesan dari Devan yang belum ia buka.

Kanara menggelengkan kepalanya, ia berusaha menahan diri untuk tidak membalas pesan dari Devan.

Sepertinya ia telah menemukan langkah yang akan ia ambil. Ia tidak akan kembali pada Devan lagi.

*****
Devan menyusuri koridor rumah sakit. Hari ini ia belum melihat keadaan Sava, dokter juga tidak menghubunginya.

Sampai di depan pintu kamar Sava, ia menghela nafas lalu masuk ke dalam kamar.

Devan terkejut saat mendapati Sava tidak berada di sana.

"Sava?" panggil Devan sambil menyusuri ruangan.

Devan mencari-cari keberadaan Sava di kamar tetapi hasilnya nihil.

Devan berjalan keluar kamar dan bertanya pada suster yang biasa mengantar makanan ke kamar Sava.

Suster itu bilang, tadi ia mengantar Sava ke taman.

Dengan cepat, Devan berlari ke arah taman. Takut sesuatu hal buruk terjadi pada gadis itu.

Ternyata ucapan suster benar, Sava sedang duduk di kursi roda di dekat air mancur.

Devan menghela nafas lega melihat keadaan gadis itu baik-baik saja.

Cowok itu berjalan pelan lalu dengan jahilnya ia menutup mata Sava dari belakang.

"Ini siapa?" tanya Sava sambil memegang tangan Devan.

Tiba-tiba Sava terkekeh. "Aku tau ini kamu Dev."

Devan melepaskan tangannya lalu berjongkok di hadapan Sava. Menatap wajah gadis itu dari bawah.

"Kok tau sih?" tanya Devan.

"Masa aku gak tau."

Devan mengambil tangan kecil Sava lalu menggenggamnya dengan kedua belah tangannya. "Kenapa keluar kamar?"

Sava memanyunkan bibirnya. "Aku kan bosen."

"Kan nanti bisa tunggu aku datang kesini," ujar Devan lembut.

KANARA StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang