25. Changed

360 34 3
                                    

Biasakan vote sebelum membaca dan selamat membaca^^

*****
Pagi pagi sekali Kanara berangkat ke sekolah diantar Kania yang kebetulan akan pergi ke rumah sakit.

Gadis itu duduk di kursi taman dengan tatapan kosong. Tidak ada lagi seseorang yang ia tunggu-tunggu ketika ia sekolah. Semua telah berbeda.

"Everything has changed," lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

"Nothing has changed, everything is still the same," sahut seseorang membuat Kanara mendongak.

"Jangan tangisin cowok brengsek kayak gue," ujar Devan menghapus air mata Kanara.

Kanara menurunkan tangan Devan yang bertengger di pipinya lalu memandang lurus ke depan.

"Gue jelasin sekarang ya?" tanya Devan yang sama sekali tidak direspon oleh Kanara.

Devan tersenyum tipis. "Liat gue Na."

Kanara bergeming, gadis itu masih enggan menatap atau menghadap Devan.

"Gue mohon liat gue," desis Devan.

Perlahan, Kanara menghadapkan tubuhnya pada Devan. Kanara menatap wajah Devan dengan tatapan tak biasa.

Dapat Devan lihat, tersirat rasa sakit dan kekecewaan dari tatapan mata Kanara.

"Gue minta lo nggak nyela omongan gue ya."

"Audio itu emang bener," tutur Devan mulai menjelaskan.

"Tujuan awal gue jadiin lo pacar karena gue mau manfaatin lo," lanjutnya.

Air mata Kanara kembali luruh ketika mendengar pengakuan itu meluncur halus dari bibir Devan secara langsung.

Tangan Devan hendak mengusap air mata Kanara tetapi dicegah oleh gadis itu. "Lanjutin apa yang mau Kak Devan jelasin."

Devan menarik kembali tangannya sambil mengangguk. "Gue tau lo suka sama gue saat lo bilang ke Gavin di dekat tangga saat Gavin nembak lo dulu."

"Gue ada di sana dan denger semuanya. Tapi, gue salah orang Na. Seharusnya bukan lo yang gue manfaatin."

"Terus poin utamanya apa? Sejelas apapun Kak Devan ceritain awal mula Kak Devan manfaatin aku itu nggak akan ngerubah keputusan aku untuk mengakhiri hubungan ini," lontar Kanara lirih.

Devan menggeleng. "Bukan itu poin utamanya."

"Di saat gue bentak lo dengan gampangnya lo cuma bales dengan senyuman menenangkan," tutur Devan.

"Berkali-kali gue nyakitin lo, nyia-nyiain lo, kecewain lo, dan dengan semua kesabaran lo lo maafin gue dengan mudah tanpa sedikitpun bales marah ke gue."

"Gue ngebangun hubungan ini tanpa cinta sedikit pun, makanya lo nggak perlu heran kalo awal awal gue kasar ke lo."

"Tapi, dengan kesabaran lo, lemah lembut lo, pengertian lo, dengan semua sikap yang lo punya, lo berhasil bikin gue jatuh cinta."

"Lo berhasil bikin gue nggak mau kehilangan lo," aku Devan menatap Kanara sungguh-sungguh.

Pengakuan Devan membuat Kanara kembali meneteskan air mata. Entah Devan mengatakannya dengan serius atau tidak, perkataan Devan membuat Kanara menjadi bimbang. Antara ia harus percaya itu atau tidak.

Jujur, ia tidak bisa berbohong tentang perasaannya yang saat ini masih sangat mencintai Devan.

"Alasan gue lempar jam tangan yang dari Gavin saat itu ya karena—" Devan menjeda perkataannya.

KANARA StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang