Biasakan vote sebelum membaca, selamat membaca:)
*****
Devan berhasil memenangkan balapan. Sejumlah uang telah masuk ke rekeningnya."Gue harus balik, ada urusan," ucap Devan pada Gerald.
Gerald mengangguk. "Gue juga balik bentar lagi."
"Gue pinjam motor lo, besok gue balikin. Gue buru-buru," ujar Devan lalu menaiki motor Gerald.
Devan melempar kunci mobilnya pada Gerald dan melaju meninggalkan area balapan.
Tujuannya saat ini adalah rumah sakit. Ia akan melunasi biaya administrasi perawatan Sava lalu membawa gadis itu pulang.
Tak sampai lima belas menit Devan telah sampai di rumah sakit. Ia segera berlari menuju bagian administrasi dan melakukan transaksi di sana.
Setelah selesai, ia berlari menuju ruang rawat Sava. Saat membuka pintu, tampaklah Sava dengan celana jeans dan hoodie tebal.
Devan tersenyum saat melihat Sava mengenakan hoodie itu. Pasalnya, hoodie itu adalah pemberian dari Devan.
"Barang-barang udah diberesin semua?" tanya Devan.
Sava dan Ibu Desi menoleh. "Udah."
"Yaudah kita pulang sekarang ya. Administrasi juga udah beres kok," ujar Devan.
Ibu Desi menghambur memeluk Devan. "Terimakasih Nak Devan. Ibu akan ganti, janji."
"Nggak usah Bu. Udah seharusnya Devan lindungi Sava."
"Yaudah yuk pulang," ajak Devan.
Saat sampai di pintu, Devan menghentikan langkah. Ia teringat sesuatu, ia tidak membawa mobil. Bagaimana akan mengantar Sava dan Ibu Desi pulang?
Devan menoleh. "Ibu sama Sava pulang pakai taksi gak apa-apa kan? Devan nggak bawa mobil."
"Tapi Devan ikutin kalian dari belakang kok. Devan antar kalian sampai ke rumah," lanjut Devan.
Sava mengangguk. "Nggak apa-apa kok."
Devan menggandeng Sava keluar rumah sakit. Ia mendudukan Sava dan Ibu Desi di kursi lobi lalu ia mencari taksi.
Setelah mendapat taksi, ia mengajak Ibu Desi dan Sava agar segera masuk.
"Hati-hati Pak. Jangan ngebut, saya pantau di belakang," ujar Devan tegas.
Sopir itu mengangguk. "Baik Mas."
Devan berjalan menuju motornya, ralat, motor Gerald, lalu membuntuti taksi dari belakang.
Setelah beberapa menit, akhirnya taksi berhenti di dekat gang menuju kontrakan.
Sava dan Ibu Desi keluar dari mobil dan berdiri di sana.
Devan membayarkan taksi dan taksi segera pergi meninggalkan mereka.
"Nak Devan, nggak perlu antar Ibu sama Sava. Ibu yakin Nak Devan pasti capek. Pulang saja ya, istirahat." Ibu Desi mengelus pundak Devan.
"Tapi—"
"Aku sama Ibu aman kok, lagian ini udah dekat," sela Sava.
Devan mengangguk. Tubuhnya terasa sangat lelah, apalagi ia sempat terjatuh saat balapan tadi.
"Aku pulang ya. Besok aku kesini lagi," pamit Devan mengusap rambut Sava.
Sava mengangguk. "Kamu hati-hati ya."
Devan mencium tangan Ibu Desi. "Devan pamit Bu."
"Iya hati-hati Nak jangan ngebut," pesan Ibu Desi.
Devan mengangguk lalu naik ke atas motor dan melajukan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANARA Story
Teen FictionBagaimana rasanya saat orang yang disukai mengklaim kita sebagai pacarnya di depan umum lalu mengenalkan kita kepada orang tuanya? Peristiwa itu telah dialami oleh Kanara Arkhania. Gadis yang diklaim sebagai pacar oleh Devan Raja Keirandra. Devan ad...