11. Sentuhan

215 28 2
                                    

Biasakan vote sebelum membaca dan selamat membaca:)

*****
Malam ini Kanara duduk di kursi belajarnya. Ia menatap papperbag pemberian Gavin tadi siang.

Kanara meraih papperbag itu lalu membukanya.

Di dalamnya terdapat satu kotak berukuran sedang dan satu kotak berukuran kecil panjang.

Tangannya meraih kotak kecil terlebih dahulu dan menatapnya.

Kanara membuka kotak tersebut. Setelah dibuka, ternyata isinya adalah cokelat.

"Udah lama nggak makan cokelat," ujarnya lalu menaruh cokelat itu di atas meja.

Kanara mengambil kotak berukuran sedang itu. "Isi nya apa ya?"

Kanara membuka kotak itu dan mendapati sebuah jam tangan yang Kanara yakini harganya tidak murah.

Kanara mencari ponselnya dan mendial nomor Gavin.

Tidak perlu menunggu lama, Gavin langsung menjawab teleponnya.

"Halo kak," sapa Kanara.

"Iya kenapa Nar? Tumben telepon."

"Ini hadiahnya berlebihan buat aku Kak," ujar Kanara sambil menilik jam tangan itu.

Terdengar tawa Gavin dari seberang sana. "Emang kenapa Nar?"

"Aku tahu ini harganya nggak murah. Besok aku balikin ke Kak Gavin ya."

"Jangan Nar. Itu aku kasih buat kamu, dan aku bakal senang kalau kamu terima dan pakai jam tangan itu," lontar Gavin.

"Tapi kan-"

"Udah ya Nar, pakai aja jam tangan nya. Oh iya cokelatnya jangan lupa dimakan, good night Nar."

Panggilan terputus, Gavin yang menutupnya duluan.

Kanara menghela nafas lalu tersenyum tipis. "Makasih banyak Kak Gavin."

"Adek, makan malam dulu!" seru seseorang dari luar kamar.

Kanara menoleh ka arah pintu yang tertutup. "Iya Bunda."

Kanara menaruh jam tangan itu lalu berjalan keluar kamar untuk makan malam bersama.

*****
Devan memarkirkan mobil nya di halaman rumah. Satu mobil sedan berwarna hitam terparkir di sana membuat Devan menyernyit.

"Mobil siapa?"

Devan mengangkat bahunya acuh lalu berjalan masuk ke rumah.

Sampai di dalam, ia melihat Ardian -Papa Wilona- sedang duduk bersama Papanya di ruang tamu.

"Sini Dev, duduk dulu." Andra melambaikan tangan nya pada Devan.

Devan melangkah malas. "Ada apa?"

"Om Ardian ingin bicara," ujar Andra pada anak semata wayang nya itu.

Devan duduk di samping Andra. "Ada apa Om?"

"Sebenarnya Wilona itu kurang apa? Dia cantik, mandiri, multitalent, kamu tahu sendiri kan di usianya yang baru menginjak 19 tahun ini dia sudah kuliah S2?" tanya Ardian. "Bisa dikatakan dia goodlooking bukan?"

"Saya tahu. Tapi Om juga harus tahu, yang namanya perasaan tidak bisa dipaksa. Saya tidak mencintai Wilona, dan jika pertunangan ini dipaksa berlangsung, apa Om mau putri kesayangan Om itu menderita karena sikap saya?" tanya Devan.

Ardian terdiam. Ucapan Devan ada benarnya. Jika ia memaksa Devan agar bertunangan dengan Wilona, ia rasa Wilona pasti akan tersakiti oleh sikap Devan.

"Saya sudah mencintai seseorang, dan itu bukan Wilona. Jadi, saya minta berhenti menjodohkan saya dengan Wilona," tekan Devan. "Ohiya, sampaikan pada Wilona berhenti mengganggu kehidupan saya."

KANARA StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang