Tiga minggu, Off tidak bisa melihat Gun. Ayahnya benar-benar sudah hilang akal, Ayah Off mengambil ponselnya diam-diam, sehingga Off tidak bisa menghubungi siapapun, bahkan Ayah Off membiarkan putranya diam di kamar selama tiga minggu tanpa keluar. Pria paruh baya itu memanfaatkan keadaan putranya yang memang tidak bisa bergerak kemanapun, dia tahu Off tidak akan bisa kabur. Off benar-benar marah, Off sengaja tidak makan dan minum obatnya, tapi tetap saja sang Ayah tidak mau menyerah, pada akhirnya Off juga yang mengalah, dia tidak mau membuat kondisinya menjadi lebih buruk karena melakukan hal-hal bodoh, dia ingin cepat sembuh.
Off memandang kosong keluar jendela rumahnya, diluar mungkin Off terlihat tenang, tapi hati Off saat ini sangat panas, siap meledak kapan saja. Ayahnya serius saat mengatakan Off harus putus dengan Gun, sehingga nekat mengurung anak bungsunya itu seperti ini.
"Off, sayang, makan dan minum obat dulu ya." Ucap sang Ibu, memasuki kamar Off.
"...."
Sang Ibu menghela nafas berat, "Off, Mae sudah mencoba sebisa Mae untuk membujuk Pho, ha... Tapi kau tahu sendiri seperti apa Pho itu."
"...."
"Off, maafkan Mae." Ibu Off menangis, karena tak bisa melakukan apapun untuk putranya itu. Walaupun sebenarnya, Ibu Off juga tidak setuju dengan hubungan Off dan Gun, tapi Ibu Off mengerti, langkah yang suaminya ambil itu salah, mengurung Off seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah.
"Mae simpan disini ya? Jangan lupa dimakan, dan minum obatmu." Sang Ibu meletakkan nampan dimeja sebelah tempat tidur Off kemudian keluar.
Sekarang, Off sudah tidak bicara dengan siapapun di rumah ini. Dia muak, baik pada orang tuanya yang egois, maupun dirinya sendiri yang tak berdaya untuk melakukan apapun.
Helaan nafas panjang terus keluar dari bibir tipis Off, "Aku merindukanmu Gun."
.
.
.
Feeling nya benar, pasti sudah terjadi sesuatu antara Off dan Ayahnya. Itu di perkuat dengan Gun yang tidak diizinkan untuk melihat Off selama tiga minggu ini. Setiap hari Gun selalu datang ke rumah orang tua Off dengan harapan bisa melihat wajah kekasihnya itu, tapi tetap saja orang tua Off tidak mengizinkannya dengan berbagai alasan yang bahkan tidak masuk akal. Gun sampai meminta teman-temannya untuk membantu Gun, seperti Tay dan Arm misalnya, bahkan Gun sempat meminta bantuan Mild, namun tetap mereka juga tidak di perbolehkan untuk bertemu dengan Off.
Gun mengigit bibirnya kuat, dia gugup, setelah tiga minggu Gun menemui jalan buntu, hari ini tiba-tiba Ayah Off meneleponnya, meminta Gun untuk datang ke rumah. Sejak lima belas menit yang lalu Gun sampai ke rumah orang tua Off, namun Gun belum juga ingin keluar dari mobilnya. Dia terus menatap rumah di hadapannya, dia takut, apa yang akan orang tua Off katakan padanya?
Setelah membulatkan tekatnya, Gun turun dari mobil. Berjalan menuju rumah itu, sambil menenteng kresek berisi kue yang Gun beli tadi. Gun menekan bel rumah beberapa kali,
Sekali
Dua kali
Tiga kali
Tepat sebelum Gun menekan bel untuk keempat kalinya, pintu terbuka, menampakan wanita yang sudah Gun anggap seperti Ibunya sendiri.
"Sawatdee Khrap Mae."
"Sawatdee, ayo masuk Gun."
Gun mengekor sang pemilik rumah, meremas ujung sweatshirt nya kuat-kuat.
"Duduklah, tunggu sebentar ya, Mae panggilkan Pho dulu."
Gun hanya mengangguk, pertanda dia mengerti yang Ibu Off katakan. Selang beberapa menit, Gun bisa melihat Ayah Off datang dengan raut wajah yang sangat datar, sulit bagi Gun menerka apa yang Ayah Off pikirkan saat ini. Gun segera berdiri dari duduknya, guna menyambut kedatangan Ayah Off.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Scene [FINISH]
Roman d'amourGun Atthaphan, 27 tahun, seorang aktor ternama asal Thailand. Jatuh cinta pada rekan kerjanya adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Jika ia berhenti akankah semua menjadi lebih baik? Tidak. Bukan itu pertanyaan nya, tapi.. bisakah ia berhenti? J...