Pagi ini, hujan tidak lagi turun seperti hari-hari kemarin. Semalam hujan turun namun hanya sebentar. Dan saat ini, banyak para siswa yang merasa senang dan bersemangat untuk pergi ke sekolah, salah satunya adalah Keana.
Jalanan di sekolah tidak lagi dipenuhi oleh genangan air membuat Keana berjalan santai menikmati perjalanan menuju ke kelasnya. Ia berjalan sambil bersenandung kecil.
Keana menyipitkan matanya tatkala melihat seorang lelaki berhoodie hitam sedang berjalan berlawanan arah dengannya.
Keana merasa pernah melihat sosok orang itu. Sedetik kemudian dia ingat.
"Eh, eh! Lo yang waktu itu, emm yang tali sepatu lo lepas kan?" Keana kini berada di depan lelaki itu menghalanginya untuk lanjut berjalan.
Sosok lelaki tersebut masih sama seperti hari di mana Keana bertemu dengannya untuk pertama kalinya. Lelaki berhoodie hitam dengan celana panjang hitam, topi hitam, dan masker hitam yang membuat wajahnya sulit dikenali.
Lelaki tersebut menatap Keana datar, namun kali ini ia menatapnya sangat lama. Keana yang melihat itu lantas melambai-lambaikan tangannya di depan lelaki tersebut.
Sedetik kemudian, lelaki itu mengalihkan pandangannya dan berniat untuk pergi dari sana segera. Namun, sebelum itu Keana menghentikannya.
"Eh, bentar! Cuek banget astaghfirullah. Ini tadi gue nanya. Lo yang si tali sepatu kan? Gini, kertas lo waktu itu jatuh." Keana mencari-cari sebuah kertas yang ia simpan di dalam tasnya beberapa hari yang lalu.
"Nah! Ini diaa!" seru Keana girang lalu menyodorkan kertas tersebut pada lelaki itu.
"Ini punya lo kan?"
Lelaki tersebut terdiam sejenak lalu mulai bersuara, "Bukan. Lebih tepatnya kertas itu seharusnya buat seseorang."
"Seseorang? Siapa?"
Tanpa menjawab, lelaki itu pergi dari sana. Meninggalkan Keana, lagi.
"Lah? Eh, Bentar! Kertasnya nggak mau lo ambil nih? Kalo nggak mau biar gue ambil ya. Soalnya kalimatnya bagus hehe." Keana sedikit berteriak agar lelaki itu mendengarnya.
"Ambil aja," ujar lelaki itu dengan datar tanpa menoleh ke belakang. Untungnya Keana masih bisa mendengarnya.
"Okee makasihh!"
Lelaki itu tersenyum miring. "Seharusnya gue yang bakal berterima kasih nanti."
•••
"Assalamualaikum, shalom, om swastyastu! Emm apa lagi ya? Nggak tau deh lupa." Keana memasuki kelasnya itu dengan riang. Beberapa orang di sana menjawab salam dari Keana.
"Tumben lo ucap salam, biasanya juga teriak-teriak," sindir Daniel.
"Dih, gue sering kok ngucap salam, tapi suara gue dikecilin."
"Alesan."
"Aduh, kuda nil ganteng, lo ada masalah apa sih sama gue? Ngurusin mulu hidup gue."
"Lah, lo nggak ngaca ya? Lo juga kan suka ngurus---"
"Fix lo suka sama gue!" Keana memotong ucapan Daniel lalu ia bersedekap dada dan tersenyum lebar.
Daniel kesal dan membantah hal tersebut. "Enak aja, siapa juga yang suka sama orang kayak lo!"
"Udah deh udah Kang Daniel. Mending lo ngalah aja deh sama Keana, soalnya tuh anak kalau udah kek gini nggak bakal ada habisnya," sahut Rika menengahi pembicaraan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keana's Life Game
Mystery / Thriller• Follow sebelum baca! • Tinggalkan jejak berupa vote atau comment! Fiksi Remaja × Misteri Keana's Life Game = Permainan Hidup Keana ••• Kisah ini berawal dari sebuah kertas aneh dengan bertuliskan sebuah nomor telepon dan sebuah kalimat yang terte...