22

176 117 162
                                    

Drtt drtt

Handphone Keana bergetar. Sekarang Keana lebih memilih untuk me-mode getar ponselnya dikarenakan ia takut mendengar bunyi notifikasi nyaring yang langsung membuatnya terpikirkan oleh si misterius itu. Keana bingung harus memulai dari mana untuk mencari tahu sosok dari si misterius itu.

Sekarang adalah jam istirahat. Dan Keana sedang ada di perpustakaan. Padahal Keana adalah tipikal orang yang menjauhi yang namanya perpustakaan. Ia tidak suka dengan banyaknya buku-buku di dalam ruangan ini. Melihatnya saja sudah membuat kepalanya pening, apalagi kalau sampai dibaca. Namun kali ini beda. Keana membutuhkan sesuatu hal yang baru untuk merehatkan otaknya.

Ia butuh ketenangan. Itulah sebabnya ia datang ke perpustakaan ini. Keana merasa tenang dengan adanya ac perpustakaan ini. Ditambah lagi dengan aroma-aroma buku yang mendominasi. Keana jadi semakin betah di sini. Inilah sebabnya kenapa banyak orang yang lebih memilih untuk bolos ke perpustakaan.

Drtt drtt

Keana masih setia memejamkan matanya sambil bersandar di kursi perpustakaan. Ia tak memedulikan handphone-nya yang bergetar di atas meja.

Drtt drtt
Drtt drtt

Karena tingkat penasaran Keana yang tinggi, ia memutuskan untuk mengecek handphone-nya. Keana melihatnya dengan malas. Hanya beberapa fakboy dan jamet yang memberinya pesan-pesan tak jelas.

Keana lanjut bersantai lagi. Namun kali ini handphone-nya itu mengganggunya lagi.

Drtt drtt

Drtt drtt

"Hp berisik," batin Keana.

Drtt drtt

"Lama-lama kubanting nih hp."

Drtt drtt

"Sumpah, bisa diem nggak sih. Ngeselin bat dah."

Drtt drtt

"Sekali lagi lo bunyi, bakal gue banting lo!"

Drtt drtt

Keana membuka matanya. Dengan sedikit emosi ia mengambil handphone-nya lalu memegangnya erat dan bersiap untuk membanting hp tersebut.

Namun seketika ia mengurungkan niatnya. Tidak mungkin ia mau membanting handphone kesayangannya itu. Walaupun ia bisa beli baru, namun ia tetap tidak ingin buang-buang uang hanya karena ulahnya yang membanting sembarangan.

Keana menoleh ke arah samping. Matanya menangkap sosok Ribra yang sedang membaca buku dalam diam. Keana pun menghampirinya dengan pelan agar tidak menimbulkan suara yang berisik.

Keana duduk di sebelah Ribra yang tampaknya tidak terganggu sama sekali dengan kehadirannya.

"Haii ...," sapa Keana dengan suara yang terdengar seperti berbisik.

Ribra seolah-olah tak melihat dan mendengar Keana. Keana yang tak mendapat respon apa-apa langsung saja menarik buku yang dibaca Ribra.

Ribra kesal. Ia menoleh pada Keana dengan mata tajamnya. Lalu sedetik kemudian ia mengangkat satu alisnya seolah-olah bertanya apa maksud dari tindakan Keana tadi.

Keana hanya nyengir tidak jelas. "Kalau disapa tuh dibales. Jangan cuma diem aja. Ngeselin tau."

Ribra tak memedulikan Keana. Ia mengambil bukunya kembali lalu lanjut membaca.

Keana menghela napas. Sepertinya Ribra adalah tipikal orang yang cuek terhadap sekitar. Ia jadi penasaran dengan sosok cowok di dekatnya ini. Apalagi mengingat waktu di lorong belakang, ia disebut sebagai orang aneh. Keana ingin bertanya, namun ia takut hal itu akan membuat Ribra jadi marah.

Keana's Life GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang