20

172 120 135
                                    

Di tempat lain yang jauh dari kediaman Keana, Kayla sedang termenung. Ia menatap keluar jendela yang memperlihatkan indahnya langit malam. Ia masih memikirkan gelangnya. Gelang yang begitu berharga baginya.

"Kaylaa, bisa tolong ambilin dokumen mama di lemari? Yang map-nya warna kuning itu!" teriak Mama Kayla di ruang tamu.

Kayla dengan langkah gontai berjalan menuju ke kamar orang tuanya lalu melaksanakan apa yang diperintahkan Mamanya.

"Ma, kunci lemarinya ada di mana?" tanya Kayla sedikit berteriak.

"Di dalam laci dekat kasur Kay."

Kayla mencari kunci itu dan akhirnya ketemu. Ia melihat ada banyak sekali kunci yang tergantung di sana. Kayla memilih-milih mana kunci yang tepat. Dan ya, akhirnya ia dapat.

Begitu dibuka ia bisa melihat ada banyak dokumen di sini. Namun hanya ada satu dokumen yang map-nya berwarna kuning. Dengan cepat Kayla meraihnya. Dokumen itu ia dapatkan bersamaan dengan jatuhnya sebuah buku usang.

Kayla menatap buku itu bingung. Dengan pelan, ia meraih dan membukanya. Kayla terkejut melihat di dalam buku itu ada sebuah foto bayi yang berada di tengah sungai. Kayla mencoba untuk mengenali siapa bayi ini. Saat ia membuka lembaran berikutnya, ia terkejut karena di sana ada foto Ayla yang masih berumur sekitar 1 tahun.

Mama Kayla merasa lama memunggu di bawah. Akhirnya ia memutuskan untuk naik ke lantai atas dan memeriksa keadaan.

Setelah membuka lembar berikutnya dan berikutnya, Kayla jadi sadar. Ini adalah buku tentang Kakaknya, Ayla.

Tapi mengapa isi buku ini seperti ada yang aneh? Saat Kayla hendak membuka lembaran berikutnya, suara pintu terbuka membuatnya kaget dan menjatuhkan buku itu.

Mama Kayla---Arfiah---yang melihat buku itu lalu masuk ke kamar dan merebutnya dengan cepat.

"Kenapa kamu membuka ini? Sejak kapan Mama nyuruh kamu megang sesuatu tanpa seizin pemiliknya?!" Mama Kayla mulai marah.

Kayla bingung melihat Mamanya yang tiba-tiba marah. Padahal ia hanya ingin melihat-lihat buku itu.

"Tapi itu Ayla Ma---"

"Jangan sebut nama dia."

Kayla menunduk lesu. Ia tahu, Mamanya melarangnya untuk menyebut bahkan membahas sesuatu hal yang berkaitan dengan Ayla. Mama dan Papanya bilang, itu semua demi kebaikannya agar bisa melupakan Ayla, kakaknya yang sudah meninggal.

Sungguh, Kayla tidak suka itu. Dengan melarangnya untuk membahas Ayla justru membuatnya jadi sakit hati. Kayla jadi berpikir apakah orang tuanya menyembunyikan sesuatu hal darinya. Foto Ayla yang ia pajang di kamarnya pun merupakan hasil bujukannya pada Mama dan Papanya.

Saat Arfiah ingin keluar dari kamar itu, Kayla bersuara, "Kenapa Ma? Kenapa?" suara Kayla serak. Ia tak bisa menahan tangisnya.

Pergerakan Arfiah berhenti. Ia tak sanggup menatap anaknya yang menunduk menangis.

Kayla tak tahan lagi. Ia harus tahu kenapa Mamanya melarangnya membahas Ayla. "Kenapa Ma? Jawab Kayla? K-kenapa Mama nggak suka sama hal-hal yang berkaitan sama Ayla? A-ayla juga anak Mama kan? Hiks."

Arfiah masih terdiam di depan pintu kamar dan membelakangi Kayla.

"Jawab Kayla Ma! Kenapa? Ayla nggak salah apa-apa! Yang salah itu Kayla! Ka-kayla yang udah bunuh Ayla, hiks."

Tanpa disadari, air mata Arfiah turun. "Balik ke kamar Kay," ucapnya pelan.

Kayla menggeleng. "Enggak, Ma. Kasih tahu Kayla dulu. Kenapa Mama---"

Keana's Life GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang