"Masa lalu itu penting. Karena masa lalu itu menyisakan kenangan yang akan selalu kita kenang. Nggak peduli kenangan itu pahit atau enggak."
•••
"Morning, everyone!" sapa Keana pada teman sekelasnya.
Keana langsung duduk dengan malas di bangkunya tanpa memedulikan beberapa temannya yang membalas sapaannya. Ia menoleh ke samping dan mendapati Kayla yang sedang menelungkupkan wajahnya di atas meja.
"Lo kenapa, Kay?"
Kayla mengangkat kepalanya. "Hm? Ah, enggak kok. Itu ... gue cuma lagi banyak beban pikiran aja, hehe."
"Kalau gitu sini bagi beban pikiran lo sama gue." Keana merubah posisinya menghadap ke arah Kayla.
Sementara Kayla, ia bingung. Apakah ia harus memberitahukan hal ini pada Keana? Karena merasa butuh tempat curhat, Kayla pun akhirnya memutuskan ingin menceritakan tentang hilangnya gelang kesayangannya dan juga tentang kejadian antara ia dan Mamanya semalam.
Baru saja Kayla akan membuka mulut, tiba-tiba deringan di ponselnya membuatnya berhenti.
Ia menatap layar handphone-nya yang menunjukkan kata Mama. Kayla menghela napas lalu mengangkatnya.
"Assalamualaikum, Kayla? Kayla kamu udah ada di sekolah ya? Mama khawatir soalnya ini kamu tiba-tiba nggak ada di rumah," ujar orang di seberang sana.
"Waalaikumsalam. Kayla udah di sekolah, Ma."
Mendengar nada bicara Kayla yang terkesan datar, membuat Arfiah jadi merasa sakit hati. Anaknya itu benar-benar marah padanya.
Tadi pagi pun, Kayla berangkat ke sekolah naik taksi sendirian. Ia tidak mau diantar oleh Mama ataupun Papanya. Papa Kayla sendiri sudah tahu tentang kejadian semalam. Waktu Papa Keana pulang, Arfiah langsung menceritakan hal yang terjadi.
"Belajar yang bener ya. Nanti kalau istirahat jangan lupa makan. Mama mau minta maaf atas kejadian---"
"Iya nggak apa-apa, Ma. Lupain aja," potong Kayla cepat.
Arfiah terdiam sejenak. Lalu lanjut berbicara, "Yaudah, nanti kalau udah pulang, Mama jemput ya."
Tak ada balasan dari Kayla. Arfiah mencoba untuk tersenyum. "Mama tutup teleponnya ya. Assalamualaikum, Kayla."
"Waalaikumsalam."
"Kenapa, Kay? Kok lo kayak lesu gitu?" tanya Keana.
"Enggak, kok. Nggak apa-apa."
"Nggak mau cerita?"
Kayla menggeleng. "Lain kali aja."
Keana mengangguk dan tak ingin memaksa sahabatnya itu menceritakan masalahnya. Mereka berdua pun hanya sibuk dengan pikiran masing-masing hingga bel tanda masuk berbunyi.
Jam pelajaran pertama ada IPS. Dan yang menjadi guru mereka saat ini adalah Sayina. Semua yang ada di kelas menegakkan punggung mereka ketika mendengar suara langkah kaki menuju ke arah kelas mereka.
Sepanjang pelajaran IPS, beberapa siswa di sana merasa sangat bosan karena mempelajari tentang sejarah. Apalagi Sayina menjelaskan dengan panjang lebar membuat beberapa siswa jadi mengantuk, kecuali siswa yang memang rajin.
Sayina menatap seisi kelas yang mulai merasa bosan. Sayina tersenyum singkat dan bertanya.
"Kenapa, nih? Pada bosan belajar sejarah?"
Salah satu cowok menyahut. "Iya, Kak. Belajar yang lain dong."
"Tau tuh. Belajar sejarah mah ngebosenin dan nggak penting."
KAMU SEDANG MEMBACA
Keana's Life Game
Mystery / Thriller• Follow sebelum baca! • Tinggalkan jejak berupa vote atau comment! Fiksi Remaja × Misteri Keana's Life Game = Permainan Hidup Keana ••• Kisah ini berawal dari sebuah kertas aneh dengan bertuliskan sebuah nomor telepon dan sebuah kalimat yang terte...