33

161 82 401
                                    

"He's a bad boy, but good boy too."

•••

Kayla saat ini berada di taman bersama Raka. Di istirahat kedua ini mereka sedang membahas masalah osis.

"Jadi program kerja kita fix yang ini ya?" Kayla menunjuk kertas yang ada di atas meja.

Raka mengangguk. Lalu menyodorkan selembar kertas. "Ini visi misi-nya."

Kayla menghela napas. "Oke, sekarang semua persyaratannya udah lengkap. Gue kumpul ini sekarang ya?"

Kayla berdiri. Raka dengan cepat menahan Kayla. "Lo serius? Emang lo udah siap?"

Kayla mengangguk mantap. "Iya."

Kayla sudah memikirkan semuanya baik-baik. Kalau pun nanti bukan mereka yang terpilih, maka tidak apa-apa.

Kayla kini berada di ruang osis. Ia memberikan setumpuk kertas pada Naila, si ketua osis. Kertas itu berisi visi misi, program kerja, dan berbagai perlengkapan lainnya.

"Wah lo mencalonkan? Alhamdulillah bagus deh. Wait, ini ... lo sama Raka? Raka yang anak berandalan itu?! Serius, Kay?"

Kayla meneguk ludahnya. "I-iya Kak, hehe."

Safira—salah satu anggota osis yang mendengar percakapan tadi kini berjalan mendekat. "Hah, Raka? Raka yang kelasnya deket sama kelas gue?" Kayla mengangguk sebagai jawaban.

"Serius lo? Kesambet apaan lo, Kay? Satu sekolah juga tahu kali kalau Raka sama temen-temennya tuh nggak suka sama osis. Apalagi lo tahu sendiri kan sifatnya tuh kayak gimana."

"I-iya ... tapi sifat orang nggak boleh dilihat dari luarnya aja, kan? Raka emang terkenal sama reputasinya yang buruk, tapi gue tahu, dia punya sifat baik yang nggak banyak orang tahu." balasan Kayla membuat Safira langsung terdiam.

"Udah, udah. Lagian kan yang mencalonkan nggak dilihat dari reputasi buruk atau baiknya. Sistem pemilihannya juga udah beda. Nanti bakal ada kegiatan buat nunjukkin sifat baik mereka ke semua orang di sekolah ini," sahut Naila cepat.

"Yaudah, thanks ya Kay! Good luck!" final Naila seraya menyimpan tumpukan kertas itu.

Kayla tersenyum membalasnya lalu keluar dari ruang osis itu segera.

•••

Sekarang sudah jam pulang. Keana sengaja memberi tahu pada teman-temannya bahwa ia akan pulang cepat. Nyatanya, ia saat ini bersembunyi di WC. Ia menunggu sekolah ini kosong, lalu setelahnya baru lah ia akan menjalankan aksinya.

Setelah merasa sekolah ini mulai sepi, Keana akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya lalu menuju ke ruang guru. Untungnya ruang guru sudah sepi.

Keana perlahan masuk ke dalam. Ia beberapa kali menoleh ke kanan dan kiri. Takut jika tiba-tiba ada orang yang melihatnya. Keana sudah sampai di depan ruang kepala sekolah. Pintu di ruangan itu tidak tertutup rapat.

Saat ingin membuka pintunya, Keana mendengar di belakangnya ada bunyi pintu tertutup bersamaan dengan bunyi langkah kaki. Keana menegang. Saat ia ingin menoleh, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang.

Keana hampir saja berteriak kaget jika saja orang itu tidak menutup mulutnya segera. Orang itu membawa Keana bersembunyi dibalik dinding yang tak jauh dari ruangan kepala sekolah.

Keana dengan gerakan cepat langsung memelintir tangan orang yang membekap mulutnya lalu menoleh ke belakang. Ia terkejut saat tahu bahwa orang itu adalah ... Raka.

Raka meringis pelan. Sial, ia jadi lupa bahwa gadis di hadapannya ini sangat jago karate.

"Raka?" bisik Keana dengan suara yang sepelan mungkin. Keana tidak mungkin tak tahu siapa itu Raka. Apalagi mengingat Raka yang terkenal akan kenakalannya baik di sekolah maupun luar sekolah.

Keana's Life GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang