Cuarenta y uno ♐

316 62 12
                                    

*) mulmednya bisa diputar. resapi liriknya 😭
———

‘Aku hanyalah debu di antara hamparan debu. Mencoba kuat dan bertahan. Mencoba kekal dan tak goyah. Namun, sekali lagi, aku hanyalah debu di antara hamparan debu. Kecil, lemah, tak berdaya.’

ʕ•ﻌ•ʔ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ʕ•ﻌ•ʔ

Dari Ryu
Untuk Sagi

Selamat ulang tahun, Gi. Aku mau ucapin dulu buat ulang tahun kamu nanti. Aku tahu, ini masih lama banget. Kita bahkan belum benar-benar jadi murid kelas 11. Tapi aku pengin jadi orang pertama yang ngucapin. Jam 3 sore kita bisa ketemu di tempat biasa? Ada yang ingin aku obrolin sama kamu.

 Jam 3 sore kita bisa ketemu di tempat biasa? Ada yang ingin aku obrolin sama kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulir di pelupuk Sagi turun lagi, mengucur, membentuk aliran di kedua pipi. Tangannya meremas kertas di genggaman. Eskpresinya tak terbaca. Sejak pukul 2 dini hari dia terbangun, menumpahkan sesak yang ditahan semalaman. Pagi ini sesaknya masih sama, belum berkurang sama sekali. Ini mengejutkan, dan menyakitinya secara bersamaan. Terlalu sakit sampai dia tak tahu harus berbuat apa. Berteriak pun seperti tak berarti apa-apa. Sesak itu belum mau hilang.

Setetes air matanya jatuh lagi. Dia tak berniat menghapusnya sama sekali. Diam, menahan isak, membiarkan semua kenangan itu menepi di kepala, mengingat segala hal yang sempat hilang. Detik berikutnya, dia tak mampu menahan lebih lama. Isakan lolos dari bibir, gemetaran. Kepalanya tertunduk, kedua telapak tangan menutupi wajah.

“Maaf.” Suara serak Sagi hampir tak terdengar. “Maaf, Ryu. Aku terlambat ingat kamu.” Bahunya gemetar hebat. Suaranya hilang di ujung kalimat. Tak sanggup melanjutkan lebih banyak. Dia tak peduli bila dianggap lemah. Sesak di dada tak sebanding dengan ucapan konyol itu.

Dua lembar foto usang di meja belajar kembali ditarik. Foto yang dia potret sendiri sebelum mereka tampil untuk perlombaan teater saat kelas sepuluh. Dia mengamati wajah yang tersenyum di sana. Rasa sesal kembali mencekiknya perlahan. Kecelakaan itu bukan kecelakaan tunggal. Ada Ryu yang terjebak di dalam, dan itu karena dirinya. Semua orang telah berbohong, membungkus fakta itu serapi mungkin, melemparnya ke tempat yang tak bisa dijangkau. Betapa bodohnya dia selama ini. Tidak tahu apa pun pada hal yang telah menjadi rahasia umum, bahkan mungkin bagi sebagian besar orang-orang yang mengenalnya. Dia merasa terkhianati tanpa alasan.

SAGITTARIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang