'Bila di tiap-tiap kehilangan ada peringatan, laraku mungkin tak akan menembus terlalu dalam.'
ʕ•ﻌ•ʔ
Udara segar yang dikitari jernih embun pagi dan harum kosmos cokelat yang baru mekar membuat Sagi memejamkan mata cukup lama. Hidungnya berusaha menghidu aroma hutan di sekelilingnya. Pohon birch, maple yang daun oranye-merah-kecokelatannya gugur, ek yang sudah tua, lalu pinus jenis resinosa di bagian barat. Arcadyos masih dikelilingi musim gugur, tetapi bunga-bunga yang tumbuh di sini seolah abadi. Mekar hampir sepanjang tahun apa pun jenisnya.
Bunyi derak keluar dari balik leather sneakers putih Sagi ketika menginjak dahan kering pohon ek yang berserak di sekitar sana. Dia menapaki jalan setapak yang dialasi rumput jepang, berdendang sambil tersenyum menuju ke suatu arah. Rumah—tidak bisa disebut rumah, mungkin naungan sederhana—yang setiap sisi dihiasi kaca-kaca besar, lalu dikitari ilalang setinggi pinggang. Bekas pola hitam tersebar di sekitar sana, lebar tak beraturan, memanjang hingga danau yang berjajar pohon wisteria. Daun-daun layu, bunga-bunga mati, rumput hanya berupa bekas. Sagi sudah bisa menyimpulkan dari mana kekacauan ini berasal.
Hari ini dia mengunjungi Arcadyos untuk kali pertama semenjak insiden bertemu Empusa yang menjebaknya dengan mengubah wujud menjadi Ziel. Gadis itu tak muncul di hadapan selama berhari-hari. Jadi, dia berpikir untuk mampir sebentar kemari demi seberkas rindunya yang minta diobati. Kesannya di sini malah Ziel yang ditolak, bukan dirinya.
Sagi memasuki ruang-ruang tanpa sekat itu perlahan. Netranya mengedar ke sekeliling dengan rona kagum dan nyaman. Udara berembus sejuk dari bagian atas yang tak beratap, membuat dia mengeratkan sweter cokelat muda yang melapisi kaus lengan pendek tipis abunya. Tiba-tiba sesuatu yang berbulu menyentuh punggung tangannya. Sagi hampir memekik.
"Rasanya lama sekali tidak melihatmu. Sudah berapa lama, ya, kira-kira?" Lynx dengan bulu-bulunya yang lebat terlihat menyengir. Moncongnya berusaha mendekati Sagi. "Apa kabar, Bung?" sapa si rubah. Matanya yang cokelat gelap tampak berbinar karena senang.
Sagi tersenyum tipis. Dia masih sibuk mengamati sekitar. Kakinya berhenti pada gerombolan kosmos cokelat yang terlihat berkilau dan segar. Cahaya mentari menembus dari balik kaca-kaca yang berembun. Dia mengusap-usap bulu Lynx seperti ketika bermain-main dengan Saka.
"Masih cukup baik," katanya. Rasa sebal dan jengkel waktu bertemu si rubah lenyap begitu saja. Kini dia memandang makhluk itu agak lebih lembut. Lynx juga merasakan perubahan itu. Entah apa yang sebenarnya terjadi.
Lynx mendekat, sehingga Sagi merendahkan tubuhnya ketika rubah itu memberi gestur agar dia duduk. Jadi, Sagi menurut meski ragu kalau ia bisa menerjemahkan hal tersebut. Tapi untungnya hal itu benar.
"Kudengar Ziel sempat ke duniamu beberapa kali. Apa itu benar?"
Sagi menaikkan sebelah alis, lalu memberi anggukan kecil. "Iya, meski gue nggak tau tujuan sebenarnya apa," balasnya. "Bukan cuma gue doang, 'kan, yang ngerasa kalau itu agak aneh?" Sagi sempat memercayai pendapat itu dalam dirinya selama ini. Seolah seperti Ziel dan Arges berusaha menyembunyikan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGITTARIUS
Novela JuvenilOneDream_id : Sagittarius A story by @dkfmxk [17+] Setelah sadar pasca kecelakaan, Sagi Tarrios Sinistra harus dihadapkan pada beberapa hal menyulitkan dan tak biasa. Selain kehilangan Ryu, Sagi juga harus kehilangan memori seputar kebersamaannya de...