‘Terbungkam, mati. Terkuak, mati dua kali. Tak ada pilihan.’
ʕ•ﻌ•ʔ
Peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan futsal menggema di seluruh sisi lapangan. Kemenangan mutlak diraih oleh SMA Andromeda dengan skor yang terpaut jauh, 10 : 2. Sagi dengan sebelah kaki yang agak diseret melangkah pelan menuju bibir lapangan. Keringat di dahi diseka menggunakan punggung tangan. Lama tak berlari sambil menggiring bola membuat napasnya putus-putus. Dia haus, lelah sekaligus.
“Gi, entar malem jadi ngopi sama anak-anak, ‘kan?” Romeo berseru rendah. Tangannya melambai, bermaksud meminta Sagi melemparkan botol minum yang ada di pinggir lapangan. “UTS udah kelar, Gi. Nongkrong kek sekali-kali. Minggu depan, kan, kita camping,” tambahnya seraya membuka botol yang diberikan Sagi. Yang diajak bicara belum memberi balasan. Sagi hanya mengangkat bahu.
UTS memang sudah tuntas. Acara camp tahunan khusus kelas 11 dalam rangka anniversary SMA Andromeda akan diadakan. Lumayan untuk melepas penat sehabis bergulat dengan tumpukan soal-soal yang memusingkan. Tentu momen yang setiap angkatan hanya bisa merasakan sekali dalam kurun tiga tahun tak akan disia-siakan, apalagi Sagi yang notabene senang menjelajahi tempat-tempat baru.
“Nggak, deh. Gue pengin istirahat aja. Mau ngurusin buat pameran juga.”
Di belakangnya, Romeo mendesah kecewa. “Yah, ya udah, deh. Padahal seru kalau rame-rame. Mumpung ditraktir Raga.”
Sagi mengambil jaket denim miliknya yang tergeletak, terkekeh pelan. “Entar gue traktir kopi sampai meledak perut lo.”
“Asem. Ya nggak gitu juga, Kutu Kupret.” Romeo melempar asal botol air mineral yang telah kosong, yang untungnya bisa masuk ke tempat sampah dengan tepat. “Tapi makasih banget. Nggak tau deh kalau gue nggak nemuin lo guling-guling di taman belakang.” Dia menyengir. Sagi hanya merotasikan bola mata, lantas berjalan mengambil bola di sudut lapangan.
Pergerakan Sagi terhenti ketika sepasang sepatu berhenti tak jauh di depannya. Dilihat dari model sepatu dan kaus kaki, sepertinya yang berdiri ialah seorang perempuan. Di belakangnya, Romeo tiba-tiba memekik, entah kenapa. Dia menoleh pada Romeo sebentar. Cowok tinggi berisik itu tengah melotot dengan mulut terbuka lebar, begitu pula orang-orang yang tersisa di lapangan. Terkejut, seperti sedang melihat hantu yang muncul di siang bolong. Ragu-ragu, Sagi mengikuti arah pandang Romeo.
“Hai,” sapa orang itu pada Sagi yang tak kalah terkejut.
“Ziel?”
Gadis itu mengangguk. Senyumnya masih setulus dan sejernih biasanya. Berseri-seri dan manis.
“Beneran kamu?” tanya Sagi memastikan. Barangkali karena sudah terlalu lelah, dia sampai berhalusinasi kalau Ziel berdiri di depannya sambil menyapa. Ziel mengangguk, lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGITTARIUS
Dla nastolatkówOneDream_id : Sagittarius A story by @dkfmxk [17+] Setelah sadar pasca kecelakaan, Sagi Tarrios Sinistra harus dihadapkan pada beberapa hal menyulitkan dan tak biasa. Selain kehilangan Ryu, Sagi juga harus kehilangan memori seputar kebersamaannya de...