Setenta y ocho ♐

55 7 3
                                    

"Lantas bagaimana jadinya ketika tempat sandaran yang teramat kokoh itu mendadak runtuh dan menghilang?"

"Lantas bagaimana jadinya ketika tempat sandaran yang teramat kokoh itu mendadak runtuh dan menghilang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ʕ·ᴥ·ʔ

"Sagi! Sayang! Ada Letta di bawah, nih!"
Kinara melepas celemek usai menata cupcake ke dalam beberapa kotak karton. Senyumnya melengkung lebar, menghampiri Letta di ruang tamu sambil sesekali menengok ke arah tangga.

"Tadi Sagi udah bangun, kok," lanjutnya. Wanita yang punya senyum cantik itu memeluk Letta singkat. Sebelah tangannya membenarkan rambut pendek sebahu yang lepas dari kucir ke belakang telinga. "Duduk, Sayang."

Senyum Kinara segera menular. Letta ikut tersenyum. "Iya, Tante."

"Bentar, biar aku panggilin." Vina yang semula membantu Kinara membuat pesanan cupcake dan membuka pintu untuk Letta langsung berlari menaiki anak tangga. Meskipun sudah dipanggil begitu keras, saudaranya itu belum juga muncul.

Tak lama kemudian, Sagi muncul dari balik tangga masih dengan rambut acak-acakan. Piama biru muda bermotif dinosaurus yang terlihat kekanak-kanakan anehnya tampak begitu cocok. Letta menahan senyum. Jarang-jarang bisa melihat muka bantal Sagi begini dan penampilannya yang seperti itu.

"Kamu tidur lagi?" Kinara mendelik melihat Sagi saat cowok itu menguap sambil menutup mulut. Sagi hanya menyengir jenaka.

Setelah semua hal yang terjadi, di bulan-bulan yang begitu berat dan melelahkan, baru kali ini tidur Sagi terasa sangat nyenyak. Semua beban di pundak seperti menguap entah ke mana. Langkah-langkah panjangnya menjadi seringan kapas.

"Kalau gitu kalian ngobrol, ya. Tante mau antar pesanan cupcake dulu. Vina, Nak, tolong bikinin Letta minum, ya."

Kinara menyahut kunci mobil dan tas selempang kecil yang ada di meja, kemudian berjalan keluar sambil menenteng dua kantong plastik besar.

Selain mengajar di kampus, Kinara senang menghabiskan waktu untuk memanggang kue. Terkadang, Kinara juga menjadi pembicara di seminar-seminar, dan baru beberapa waktu lalu membuka sebuah galeri kecil untuk kerajinan kayu. Wanita itu juga sibuk menjadi relawan di beberapa badan amal, mengajari anak-anak putus sekolah di kelas melukis dan membuat kue setiap akhir pekan. Tak jarang, Kinara mengajak Sagi hanya untuk menyapa anak-anak tersebut atau sekadar membagikan ilmu yang dia punya. Sagi kecil banyak menghabiskan waktu di tempat-tempat itu sampai duduk di bangku SMP.

"Kamu mau minum apa, Let?" Vina bertanya sepeninggalan Kinara.

"Gue air putih aja."

Vina mengangguk, lalu menghilang dengan cepat. Tak ingin mengganggu obrolan dua orang itu, apalagi sampai jadi obat nyamuk.

Letta beralih menatap Sagi yang duduk di sampingnya. Bibir cowok itu terlihat pucat meski ekspresinya menunjukkan hal sebaliknya.

"Gimana demamnya? Udah mendingan? Aku bawain bubur ayam." Letta menyerahkan sebuah kantong plastik yang masih hangat saat tak sengaja tersentuh kulit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAGITTARIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang