Cuarenta y nueve ♐

343 57 10
                                    

‘Seharusnya sejak awal memilih lebur adalah opsi terbaik.’

ʕ•ﻌ•ʔ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ʕ•ﻌ•ʔ

Napas Sagi diembuskan kala dirinya berhasil menata kembali buku-buku perpustakaan yang tak sengaja berjatuhan akibat keteledorannya sendiri. Kursi berkaki ramping di ujung rak ditarik cepat. Dia duduk tenang, mulai menekuri buku di depannya. Earphone sudah terpasang. Sesekali jemarinya bergerak, mencatat sesuatu.

Lima belas menit berlalu. Sagi masih duduk tenang di tempat. Menikmati waktu dan suasana senyap perpustakaan sekolah yang dulu bahkan tak pernah terpikir akan menjadi salah satu tempat favorit. Kini dia sudah terbiasa menghabiskan waktu sendiri. Tanpa mengendus keramaian kantin bersama teman-temannya. Sekali waktu pernah datang, tetapi belum ada dua menit dia sudah berdiam diri di lapangan basket indoor, menikmati sebungkus roti dan sekotak susu seorang diri.

Selembar kertas terjatuh saat Sagi merapikan buku miliknya. Dia meraih kertas tersebut, lalu menyelipkan lagi di sembarang tempat. Belum genap lima detik, dia mengambil lagi kertas tadi seperti tersadar akan sesuatu.

Sagi mengamati selembar kertas dari buku harian Ryu yang berisi antologi puisi. Keningnya mengkerut, menyadari bahwa kertas itu bukan bagian asli dari buku yang belakangan ini sering ia baca ulang. Dari warna kertas saja sudah agak berbeda. Kertas yang terjatuh tadi terlihat lebih baru—tidak berwarna kekuningan dan lusuh.

Halaman 18. Matanya tiba-tiba memelotot. Terburu, dia meraih ponsel yang diletakkan di meja. Jemarinya menggulir bagian galeri foto. Begitu ketemu, dia segera mendekatkan dua benda itu.

Foto botol dengan kode bar 190101-18 mendadak menarik perhatian. Netranya menilik kertas tadi, mengamati lekat-lekat. Sagi segera memeriksa beberapa foto lain yang disertai barcode serupa. 190101-25 untuk cup kopi. 190101-21 untuk sketsa mobil.

Buku harian pertama Ryu dibuka lebar, mencari halaman 21 dan 25 secara terburu-buru. Namun warna kertasnya sama kumalnya dengan halaman lain. Berbeda dengan kertas halaman 18.

Dia beralih pada buku harian kedua, membuka halaman yang sama. Dan ....

“Nggak mungkin,” gumam Sagi. Halaman kertasnya bahkan sangat kentara. Kali ini lebih terlihat terang-terangan ditempel. Halaman aslinya sudah hilang. Entah disobek atau bagaimana, dia tak tahu.

Fokusnya penuh tertuju pada sajak-sajak yang tertera di sana. Meneliti apa maksudnya. Butuh waktu beberapa menit sampai dia menemukan sesuatu yang membuat air mukanya berubah.

“Ryu ....” Sagi menelan saliva susah payah ketika menemukan nama itu di antara huruf yang merangkai sajak di halaman 18. Begitu melihat dua halaman lainnya di bagian yang sama, dia diam mematung. Antara ingin percaya dan tidak. “Sengaja dib-bunuh?”

Otaknya seperti berusaha memproses informasi baru dengan cepat. Merangkai potongan-potongan puzzle yang selama ini berusaha dia pecahkan. Bahkan saat ini dia baru menyadari bahwa angka pada halaman yang ditemukan hari ini merupakan inisial dari abjad nama Ryu. 18 untuk R, 25 untuk Y, dan 21 untuk U.

SAGITTARIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang