"Apa kau tidak apa-apa, Angel?" Tanya Hazel khawatir yang melihat keadaan tubuh Angel yang dipenuhi dengan banyak luka.
"Aku tidak apa-apa." Sembari Angel membangunkan dirinya, tetapi aksinya itu terhenti ketika Hazel menahannya dan menidurkannya kembali. Hazel memperlakukan Angel layaknya seperti anak kecil yang diberi perhatian khusus oleh ibunya. Tak henti-hentinya Hazel mengomelinya karena Angel terlalu banyak bergerak. Dia memberikan perhatian khusus kepada Angel karena hatinya dilanda dengan rasa bersalah atas apa yang terjadi dengan Angel. Dia bahkan seperti mengutuk dirinya sendiri karena telah membuat temannya itu terluka parah.
"Sudahlah Hazel. Aku tidak apa-apa. Ramuan itu sudah memulihkan tenagaku sedikit demi sedikit."
"Apanya yang tidak apa-apa. Lihatlah dirimu seperti ini. Banyak luka yang mengitari tubuhmu bahkan wajahmu sudah tercemari dengan luka. Aku tidak bisa tenang dan berdiam diri ketika melihatmu seperti ini." Omel Hazel yang mengundang tawa di sekitar bibir Angel.
"Kau seharusnya istirahat Hazel. Tubuhmu masih belum pulih." Ujar Angel yang cemas dengan keadaan tubuh Hazel yang mengeluarkan keringat dinginnya itu.
"Aku laki-laki. Aku pasti lebih cepat pulih darimu"
"Apa bedanya laki-laki dengan perempuan? Menurutku itu sama saja. Lihatlah bibirmu terlihat pucat bahkan tak henti-hentinya keringat dingin membasahi sekujur tubuhmu. Kau lebih baik istirahat. Aku tidak apa-apa." Tukas Angel sambil membasuh keringat dingin Hazel. Hazel menurut tanpa membantah. Hazel membaringkan tubuhnya yang masih terlihat lemah itu sambil menutup tubuhnya dengan selimut yang ia terima dari Angel. Sesaat, mata mereka saling bertemu pandang. Seulas senyuman jatuh di bibir manis perempuan itu. Sepertinya, sikap dan perilaku Hazel terhadapnya membuat ia terbuai jatuh kedalam perasaan yang mendalam. Perasaan yang murni, hangat, dan nyaman menjadikan dirinya lebih sehat 2x lipat dibandingkan dengan sebelumnya bahkan ia tak merasakan rasa sakit lagi didalam tubuhnya. Ia tak mengerti darimana perasaan itu berasal, tetapi yang jelas ia merasa sangat nyaman ketika berada didekat Hazel bahkan ada kerinduan dihatinya yang mendorongnya ingin selalu berada disisi Hazel. Sepasang mata telah memperhatikan aksi mereka berdua sejak dari tadi bahkan ada emosi yang terpendam dalam dirinya. Kalau saja, dia tidak menahan perasaan itu, entah apa jadinya dia nanti. Mungkin saja ia bisa menonjok tubuh Hazel yang masih terlihat lemah itu. Ia masih memikirkan tentang kondisi temannya itu. Ia tak mau gara-gara rasa itu, dia akan melukai teman yang selalu bersama-sama dengannya kurang lebih sekitar 5 tahun itu. Bahkan mereka terlihat seperti kakak adik saat mereka berdua bersama. Tak lama, ia berlalu lalang meninggalkan mereka berdua yang tengah asyik saling memandang satu sama lainnya itu.
"Angel. Kau tak memikirkan yang macam-macam kan?" Kata-kata Hazel menyadarkan lamunan Angel. Tentu saja, Angel seperti orang bodoh yang tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Hazel. Bagaimana mau mendengar, pikirannya saja selalu terbayang-bayang Hazel.
"Aappa katamu?" Tanya Angel linglung.
"Sudahlah lupakan saja. Lebih baik kau istirahat." Pinta Hazel kepadanya. Angel pun menurut seperti seorang anak buah yang menuruti perintah majikannya itu.
Sejak saat itulah pikiran Angel menjadi kacau bahkan tak ada tempat bagi Eiden untuk memasuki kedalam pikiran perempuan itu. Ia terlalu sibuk memikirkan setiap sikap manis Hazel kepadanya. Sepertinya sikap baik Hazel telah disalahartikan olehnya.
Langit terlihat biru kembali bahkan matahari sudah bersiap-siap untuk memanaskan bumi yang masih terlihat cerah itu. Yah, satu hari telah dilewati dengan baik. Tetapi tidak bagi Angel. Dia bahkan tak bisa tidur. Maka dari itu, ada kerutan disekitar bagian bawah matanya bahkan kerutan itu terlihat hitam dan menonjol. Lengkap sudah. Raut wajah cantiknya sudah tak terlihat lagi. Apalagi setelah insiden itu, wajahnya masih memperlihatkan luka-luka yang ia derita. Dan sekarang malah ditambah dengan efek semalam yang kurang tidur. Ia bahkan terlihat seperti seorang ibu-ibu sekitar 40 an yang kulitnya mulai menua.
"Kak. Lihatlah. Ini bajuku." Ujar Eline sambil kesal yang daritadi ia perhatikan Angel tidak memperhatikan setiap piring-piring yang dilapnya. Bahkan dia bukannya nge-lap piring menggunakan kain lap malah secara tak sadar ia sudah menarik baju Eline yang dipakainya untuk menge-lap piring-piring itu. Tentu saja, membuat gadis kecil itu merasa terganggu dan risih dengan sikap Angel terhadapnya.
"Eh. Maaf Eline. Kak Angel tidak sengaja." Ujar Angel sambil merapikan kembali baju Eline yang terlihat basah karena piring-piring itu. Eline hanya menggerutu bahkan Angel tidak memperhatikan raut wajah Eline yang sebal dengan perilakunya itu. Ia terlihat sibuk melihat Hazel yang sedang melatih tubuhnya agar kembali seperti sedia kala. Gadis seperti Eline terlalu pintar untuk untuk dibodohi olehnya. Tentu saja, aksi Angel itu sudah daritadi tercium olehnya mungkin sekarang Eline semakin kesal dengan keberadaan Angel. "Huh. Lihatlah dia. Siapa suruh dia melihat pangeran tampanku." Batinnya sambil mencibir kearah Angel dan lagi-lagi Angel tidak merasakan hal itu.
"Kak Angel." Teriak Eline yang membuat Angel sepenuhnya sadar dari lamunannya itu.
"Ya?" Tanya Angel dengan malas.
"Kakak lebih baik jangan bermimpi untuk mendapatkan hatinya. Kakak Angel itu adalah antrian kesekian kalinya bagi kak Hazel. Kak Hazel itu orang yang hangat, perhatian, dan peduli. Siapapun perempuan yang diberikan perhatian olehnya, pasti akan selalu membayangkan dan memikirkannya. Tetapi, apa kakak tahu bahwa kak Hazel itu tidak tertarik dengan perempuan loh." Bisik Eline yang mengundang tanda tanya didalam pikirannya itu.
"Maksudmu?"
"Dia itu tertariknya dengan laki-laki, kak. Bukannya perempuan. Dulu banyak sekali gadis-gadis mengejarnya. Tetapi ketika mereka tahu bahwa Kak Hazel itu gay, mereka langsung patah hati, kak." Jelas Eline.
"Dia gay? Bagaimana mungkin?" Tanyanya polos sekaligus bingung.
"Aku pernah melihat kak Hazel sambil bermesraan dengan seorang laki-laki. Bahkan mereka berpelukan, kak. Aku saksinya." Jelasnya berbohong. Tentu saja, Eline menceritakan hal itu ada maksud tersendiri untuk menyingkirkan saingan-saingannya. Yah, dulu memang banyak yang suka dengan Hazel. Tetapi Eline lah yang membuat rumor bahwa Hazel itu gay padahal sebenarnya ia tidak. Tetapi sepertinya ide liciknya kali ini tidak berjalan dengan mulus. Berhubung Angel juga gadis yang cerdas. Dia tak bisa dibodohi dengan mudahnya.
"Oh. Terus kamu mau kakak menjauhinya gitu? Sementara kamu yang mendekatinya dengan mudah. Begitu maksudmu, Si gadis jenius, Eline?"
"Bu... bukan kak. Bukan itu." Eline kesal karena Angel terlalu pintar untuk dibodohinya.
"Memangnya kakak tidak tahu kalau kamu itu diam-diam melihat Hazel bahkan kau sempat memperhatikan baik-baik apa yang dilakukan olehnya. Tak hanya itu saja, kau bahkan masih sempat main mata dengannya."
"Ba...bagaiiimannna mungkin kakak bisa tahu?" Tanya Eline sambil menundukkan kepalanya itu karena malu.
"Eline eline. Kamu itu masih terlalu kecil untuknya bahkan bisa bisa kau menyusahkannya." Tawa Angel sambil merapikan kembali piring-piring yang sudah ia lap itu. Kemudian, Angel meninggalkan Eline begitu saja diiringi dengan kegelian yang tersirat didalam wajahnya itu. Eline hanya menatap punggung Angel dengan kesal. To be continued ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Angels Without Wings
FantasyCerita ini semuanya akan direvisi kembali. Dan mohon maaf kalau setelah direvisi, satu-persatu akan hilang. Dikarenakan cerita ini mau di kirim ke penerbit. Mohon maaf sebesar-besarnya. Dan terima kasih karena selama ini sudah setia membaca cerita i...