25. Secret of The Name

2.3K 146 8
                                    

Maaf hanya sekedar pemberitahuan bahwa cerita pada bagian ini, kata-katanya kasar. Jadi jangan kaget, ya....terima kasih. Selamat membaca ^^
***********************************

"Dasar licik! Sebelum kau melakukan hal itu, aku yang akan menghabisimu! Seru Ronald dengan pasti.
*****

"Kau ingin kemana?" Tanya Angel yang melihat Hazel kini bangkit dari sofanya.

"Aku harus mencari Naziel. Entah kenapa, firasatku tidak enak." Ujar Hazel yang membuat Angel mencekal tangan kanan Hazel dengan cepat.

"Tidak! Kau tidak boleh pergi! Kau bisa celaka jika tiba-tiba ada orang yang akan menyerangmu." Lirih Angel namun masih terdengar jelas oleh Hazel.

"Justru itu aku tidak bisa tahan jika melihat Naziel terluka. Entah kenapa, aku merasa seperti hatiku sakit setiap kali melihat tubuhnya lemah." Tegas Hazel memikirkan bahaya yang akan mengancam Naziel.

"Biarkan aku ikut denganmu!"

"Tidak. Kau disini saja. Aku titip markas padamu. Aku percaya padamu." Belum sempat Hazel melangkah kakinya tiga langkah, Angel kembali mencekal tangan Hazel.

"Tunggu!"

"Ada apa, Angel?"

"Kenapa kau baik dengannya? Kenapa kau perhatian dan peduli dengannya?" Angel mulai menitikkan air matanya yang tampak jelas mengenai bagian pelupuk matanya. Hazel hanya terdiam. Ia tak menjawab bahkan membiarkan dirinya mendengar suara tangisan perempuan itu.

"Apa karena kau ingin membuatnya masuk dalam kelompok pelindung, makanya kau berbuat seperti ini dan juga seperti kemarin yang mengorbankan nyawamu untuknya?"

"Jawab Aku, Hazel!" Teriak Angel dengan nada emosinya yang menunggu jawaban dari Hazel karena Hazel tak menjawabnya.

"Aku tidak selicik itu. Memang aku ingin membuatnya masuk kedalam kelompok pelindung, tetapi aku tidak mungkin tega berbuat hal yang tak berperasaan seperti itu."

"Lalu kenapa?" Angel berteriak histeris. Hazel berbalik badan, lalu ia menghapus air mata di sudut mata Angel. Membuat Angel terperangah melihat hal itu.

"Tolong jangan menangis! Aku tidak tega melihat perempuan menangis didepanku. Hazel mendekapkan tubuh Angel ke tubuhnya. Lalu memeluknya dengan lembut. Ia mengusap-ngusap punggung perempuan itu. Seketika, tangisan Angel berhenti dan seulas senyuman tipis merekah dari bibir ranumnya.

"Kalau kau pergi, aku akan menunggumu disini." Bisik Angel tepat ditelinga Hazel. Setelah itu, Hazel melepaskan pelukannya dan berjalan kearah luar.

"Jangan terlalu banyak berharap dengannya." Eiden yang tengah memperhatikan mereka berdua sedari tadi menemui Angel dengan tatapan yang sedih.

"Eiden! Kau...."

"Dia memelukmu bukan berarti memiliki perasaan yang sama denganmu. Ia hanya berusaha untuk menenangkanmu. Lebih baik kau menyerah saja dari sekarang. Daripada nantinya kau akan menyesal." Ujar Eiden sambil menatap kedua mata milik perempuan itu.

"Tidak! Yang seharusnya mengalah disini adalah gadis itu, bukan aku! Aku tidak akan menyerah! Aku akan dapatkan hati Hazel. Apapun caranya akan kulakukan!" Seru Angel dengan semangat yang membara.

"Kau egois! Jangan salahkan mereka jika suatu saat nanti keinginanmu itu tidak akan terkabul."

"Ehm." Suara itu membuyarkan pembicaraan Angel sekaligus Eiden seketika. Dan keduanya mendapati sesosok Eline yang tengah asyik menekuk kedua tangannya sambil menatap sinis kearah mereka berdua.

"Ada apa? Tatapanmu sepertinya tak mengenakkan begitu." Ujar Eiden yang memperhatikan raut wajah Eline yang terlihat muram.

"Tidak ada. Hanya bosan saja melihat pertengkaran setiap hari. Kau dengan kak Hazel, atau kau dengan kak Angel kalau tidak kak Angel dengan kak Hazel. Selalu saja seperti itu. Bisakah kalian memberikanku ketenangan! Aku tidak bisa konsentrasi membuat ramuan, jika pikiranku kacau gara-gara kalian.

Seven Angels Without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang