Eiden masih teringat dengan jelas tentang kejadian semalam. Kejadian yang tak akan pernah bisa ia lupakan sampai kapanpun. Ia bisa melihat cara Angel memandang Hazel berbeda saat perempuan itu memandangnya bahkan kucing saja tahu kalau Angel sedang menyukai Hazel. "Kenapa lagi lagi Hazel? Kenapa dia selalu saja memiliki bak sejuta keberuntungan daripada dengan diriku? Bahkan dia tak perlu melakukan usaha apapun, ia bisa mendapatkan apa yang ia mau. Huh." Seraya ia meremas-remas sebotol cola dan menendangnya jauh karena kekesalannya itu kepada Hazel.
"Kau kesal padaku?" Tanya Hazel yang melihat kelakuan Eiden semakin memanas itu. Eiden hanya terdiam. Ia tak menjawab bahkan berbicara saja pun tidak. Sejenak, Eiden meninggalkan Hazel sendirian. Hazel merasa bahwa ia sedang dibenci dengan temannya itu. Sementara Eiden membalut lukanya yang masih belum tersembuhkan itu.
"Kau tau kalau kau masih belum sembuh tapi tanganmu malah mengoyakkan botol cola itu." Hazel membantu Eiden untuk membalut luka ditangannya, tetapi Eiden menepisnya. Hazel menyadari bahwa temannya itu masih belum sembuh bahkan bekas sayatan yang berada di kedua tangan Eiden masih terlihat sangat jelas. Namun, Hazel tidak bisa meneruskan langkahnya untuk membantu temannya itu. Ia melihat bahwa ada kemarahan terpendam dalam diri Eiden yang sulit Hazel kendalikan.
"Kau tidak perlu membantuku. Pergilah." Tukas Eiden dengan kasar.
"Maaf. Aku minta maaf kalau aku mungkin membuatmu marah bahkan aku tidak mengerti apa yang membuatmu marah. Tetapi satu hal yang harus kau ketahui, aku ingin membantumu karena aku peduli denganmu. Aku hanya ingin peduli dengan temanku sendiri. Dan aku tidak ingin kau menjadi musuhku."
"Peduli dengan temanku sendiri? Benarkah? Bahkan kau tak tahu saking kau terlalu peduli dengan orang lain, kau sendiri tak menyadari bahwa kau sudah menyakiti perasaan orang lain." Jelas Eiden yang mengundang segala jenis kemarahan yang bersemayam didalam dirinya itu.
"Aku tidak mengerti. Apa aku salah kalau aku peduli dengan orang lain? Aku peduli dengan Angel dan aku juga peduli denganmu karena kalian semua adalah temanku. "
"Dan kau selalu merasa dirimu paling hebat diantara kami semua disini. Aku tidak mengerti kenapa sepertinya seorang pengamat bisa memiliki kemampuan diatas kemampuan kami semua." Kesal Eiden sambil menyodorkan tinjuannya kearahnya tetapi ia menahan dan mengarahkannya ke tembok.
"Kau salah, Eiden. Aku bukanlah orang yang hebat diantara kita semua disini. Kau harus tahu bahwa ___"
"Bullshit!! Kau benar-benar membuat darahku mendidih. Kalau kau tidak sehebat itu kenapa kau lebih cepat pulih daripada aku dan Angel? Dan kalau kau tidak bisa bergerak, kenapa kau malah membantu Angel? Kenapa? Kenapa harus kamu yang menjadi pelindung bahkan penolong untuk kami semua disini? Aku masih teringat kejadian 3 tahun yang lalu. Waktu itu aku melihat ada segerombolan perempuan yang berwajah iblis. Aku ingin melindungi orang-orang disana tetapi justru aku yang terkena sihir mereka. Tetapi saat itu kau datang. Kau bahkan hanya sekedar menyentuh kedua bahu mereka dan membisikkan mereka yang tidak aku ketahui. Aku masih teringat dengan jelas apa yang terjadi dengan mereka saat itu. Aku melihat tubuh mereka mengelupas dan berubah menjadi serpihan pasir yang kemudian hilang diterpa angin. Waktu itu aku masih menghormatimu karena kau lebih tua dariku 2 tahun. Tetapi sekarang aku tidak tahu bahwa aku selama ini selalu menjadi orang yang tak berguna bahkan untuk menolong Angel saja semalam aku tak bisa. Potongnya sambil menunjukkan ekspresi tak menyenangkan yang tertulis diwajah bulatnya itu.
"Eiden. Aku tidak berpikiran begitu. Kalau kau tidak berguna, kenapa aku mempercayaimu memberikan energiku kepadamu dan menyuruhmu untuk membawa kita pergi dari dimensi itu? Kau bahkan melakukan yang terbaik saat itu. Kalau kau tidak berguna, mungkin kau sudah gagal tetapi justru kau berhasil. Aku tahu kemampuanmu dalam menghipnotis siapa saja. Mau orang, tempat, atau, benda kau bisa melakukannya dengan baik. Dan kau harus tahu bahwa aku bukanlah orang yang paling hebat diantara kalian." Sejenak, Eiden terdiam. Ia memikirkan kata-kata Hazel dengan teliti. "Kalau dipikir-pikir apa yang dikatakan Hazel itu semuanya benar. Tapi apa mungkin Hazel bukan orang yang paling hebat diantara para kelompok pelindung? Lalu apa aku kelewatan marah kepadanya seperti ini? Batin Eiden.
"Lalu apa kau menggunakan sihir untuk melenyapkan mereka?" Tanya Eiden penasaran sambil menstabilkan nafasnya itu.
"Tidak. Aku tidak punya sihir semacam itu."
"Lalu kau membisikkan apa ke mereka bahkan dengan tiruanku juga yang membuat mereka semua tak berkutik?"
"Hanya satu kata. "Enyahlah."
"Hanya itu? Benarkah?" Tanya Eiden tak percaya.
"Apa aku selama ini pernah berbohong? Daripada kau marah-marah tidak jelas kepadaku lebih baik kita mencari 2 orang lagi untuk bergabung dengan kita disini." Jelas Hazel yang menimbulkan sebersit tanda tanya didalam pikiran Eiden.
"2 orang? Aku tidak mengerti."
"Informan itu pernah bilang kepadaku bahwa aku harus mencari 6 orang yang memiliki kemampuan unik melebihi dari manusia normal lainnya. Dan kalau 7 orang sudah berkumpul, maka Luminous mungkin berpikir kedua kali untuk menyerang kita. Dan salah satu diantara kita itu adalah seseorang yang mampu menyatukan kekuatan kita semua bahkan dialah orang yang ditakdirkan untuk memperkuat kekuatan para kelompok pelindung. Tanpanya, mungkin kekuatan para kelompok pelindung bukanlah apa-apa."
"Lalu siapa orang itu?"
"Si pengendali. Dan sepertinya salah satu diantara dua orang itu sedang menuju kemari. Aku bisa mencium keberadaannya.
"Siapa?" Hazel tidak menjawabnya. Lima detik, ada suara ketukan pintu yang memekik telinga mereka. "Hazel lagi lagi benar. Aku semakin penasaran. Siapa dia sebenarnya?" Batinnya sambil memperhatikan Hazel melangkahkan kakinya menuju asal suara tersebut. To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Angels Without Wings
FantasyCerita ini semuanya akan direvisi kembali. Dan mohon maaf kalau setelah direvisi, satu-persatu akan hilang. Dikarenakan cerita ini mau di kirim ke penerbit. Mohon maaf sebesar-besarnya. Dan terima kasih karena selama ini sudah setia membaca cerita i...