"Ravanni!" Luminous menatap Ravanni dengan pandangan yang berbeda. Bahkan raut wajah Luminous saat ini tak bisa diartikan. Ia terlena memandang wajah perempuan yang ada dihadapannya saat ini. Ia bahkan tak peduli dengan sekelilingnya. Ia berdiri, dan.... Memeluk perempuan itu. Perempuan yang telah mencuri hatinya untuk kesekian kalinya. Perempuan yang sering membuatnya tak henti-henti untuk memujanya, membanggakannya, bahkan rela melakukan apapun demi dirinya seorang.
Flashback
"Aku yakin dengan memberikan bunga ini pasti akan membuat Ravanni jatuh kedalam dekapanku." Senyum mengembang di sudut bibir lelaki tersebut.
Lelaki itu adalah Luminous. Orang yang sangat mencintai Ravanni. Dari kecil mereka tumbuh bersama membuat Luminous tak henti-hentinya untuk memuja Ravanni. Baginya, Ravanni adalah sesosok wanita yang anggun, cerdas, dan lembut. Bahkan hampir setiap waktu, ia memikirkan perempuan tersebut dan saat ini ia terus saja memikirkan perempuan itu dan sesekali tersenyum sambil memandangi bunga yang ia pegang dan mencium bunga mawar tersebut dengan perasaan yang hangat.
"Wangi. Aku yakin, dia pasti suka." Itulah kata yang dilontarkan Luminous sambil melangkahkan kakinya menuju kediaman Ravanni.
Ketika ia sampai, apa yang ia rasakan membuat hatinya tersohok. Bagaimana tidak? Bayangkan saja jika kita mencintai orang lain. Namun ternyata orang itu malah mencintai orang lain dan terlihat begitu bahagia. Itulah yang dirasakan Luminous saat itu. Hatinya, perasaannya, bahkan hidupnya sudah begitu hancur menyaksikan Ravanni yang sedang berciuman mesra dengan lelaki lain, yang tak lain adalah Lucifer sendiri. Semenjak itulah, ia bertekad untuk mengambil Ravanni dari sisinya meskipun ia harus membunuh dan merebut semua apa yang menjadi milik Lucifer yang tak lain adalah temannya sendiri.
Flashback end
"Kau tak pernah berubah Luminous." Ucap Ravanni sambil menaikkan salah satu sudut bibirnya.
"Aku sudah lama ingin mencarimu. Ternyata kita bertemu disini kembali. Aku yakin ini adalah takdir kita untuk bersama-sama seperti dulu saat kita masih kecil.
"Aku bukanlah Ravanni dulu yang kau kenal. Aku sekarang Ravanni yang kejam. Kau seharusnya tahu kenapa aku jadi seperti ini. Itu semua salahmu karena kau sudah berani menyegel Lucifer didalam kotak pandora itu." Ravanni melepaskan pelukan Luminous sambil menangis sesegukan, menatap penuh benci kearah Luminous.
Sebenarnya, Ravanni sangatlah rindu dengan Lucifer yang saat ini ia tak dapat melihatnya. Hanya angan-angan saja tuk dapat bertemu kembali. Hatinya sudah sangat tersayat. Tak ada lagi kata "bahagia" didalam hidupnya. Hanya kesedihan dan kepedihan yang ia rasakan hingga saat ini. Ravanni menghapus air matanya. Raut wajahnya tak henti-hentinya terlihat penuh emosi mengingat apa yang Luminous lakukan terhadap Lucifer. Sebenarnya, dulu Luminous berteman dengannya. Bahkan sangat dekat. Sempat ia bisa merasakan kekaguman pada sosok Luminous itu sendiri. Namun, rasa kagum itu sirna ketika ia mengetahui bahwa kekasihnya terbunuh oleh Luminous. Dan seketika itu juga hati Ravanni tertutup kabut hitam tebal yang menjadikannya sesosok perempuan tak berperasaan, egois, bahkan kejam. Siapapun yang dianggap tidak penting lagi baginya, dia akan membunuh orang tersebut dengan keji.
"Ravanni. Percuma kau memikirkan Lucifer. Dia tidak akan bisa kembali ke pelukanmu. Lebih baik, Lihatlah dan tataplah mataku! Hatiku takkan pernah berubah sedikitpun terhadapmu. Aku tetap mencintaimu seperti dulu." Ucap Luminous memberanikan diri.
"Hahahahaha. Luminous, kata-katamu sungguh manis. Jika aku seorang gadis biasa pasti akan luluh dan jatuh hati denganmu. Tetapi kanyataannya aku adalah Ravanni. Ravanni! Jangan sebut namaku kalau pada akhirnya aku masih memiliki belas kasihan terhadapmu. Dan kau sepertinya telah memancing emosiku!" Ravanni murka. Dia hampir saja mengeluarkan jurus-jurusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Angels Without Wings
FantasyCerita ini semuanya akan direvisi kembali. Dan mohon maaf kalau setelah direvisi, satu-persatu akan hilang. Dikarenakan cerita ini mau di kirim ke penerbit. Mohon maaf sebesar-besarnya. Dan terima kasih karena selama ini sudah setia membaca cerita i...