"Lalu apa yang harus kita lakukan saat ini?" Tanya Angel dengan nada khawatir."Jantungnya lemah. Mungkin saja sebentar lagi ia akan mati." Kata-kata yang dilontarkan Ronald mengejutkan mereka semua termasuk Angel. Kini, Angel berlinangan air mata dan hatinya sudah tak sanggup menerima kenyataan pahit seperti ini. Ia tak sanggup kehilangan seseorang yang dicintainya. Ia belum siap menerimanya. Sementara, sepasang mata telah terbuka tanpa ia sadari apa yang telah terjadi barusan.
Naziel yang tengah gusar sekaligus bingung hanya menatap mereka satu-persatu. Ia terbangun dari sofa, lalu berjalan menghampiri mereka. Ia hanya shock melihat apa yang telah terjadi. Hazel yang terlihat lemah dan sekujur tubuhnya pucat bahkan beberapa bagian tubuhnya terlihat tanda kebiruan disana yang membuat suasana semakin ricuh. Kekecewaan bahkan air mata telah membanjiri wajah mereka satu-persatu.
"Ini sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa Hazel terlihat seperti ini?" Tanya Naziel ditengah kebingungannya.
"Kamu! Kamu ingin tahu penyebabnya apa?" Angel berlinangan air mata sambil menatap intens Naziel.
"Memangnya kenapa?"
"Ini semua karena kamu!" Teriak Angel tak segan-segan ia menggoyang-goyangkan tubuh Naziel karena saking kesalnya.
"Aku tak mengerti. Bisakah ada yang menjelaskannya padaku?" Tanya Naziel dengan nada sedih.
"Dia telah memberikan energinya untukmu tetapi kau malah menyerap energinya hingga habis." Jelas Eiden sambil menundukkan kepalanya karena sedih.
"Apa?" Kini Naziel menatap Hazel tak percaya dan dengan rasa kecewa yang menghampirinya, ia melangkahkan kakinya mendekati Hazel yang terbaring lemah.
"Pergi kamu darisini! Kamu tidak berhak berada disini! Kalau bukan karena kamu, dia tidak akan terbaring lemah dan....." Angel menghentikan kata-katanya karena deraian air matanya yang terlalu banyak yang ia keluarkan. Lalu, sekilas menatap kembali Naziel dan mendorongnya. Tetapi dengan cepat, Ronald menahan tubuh Naziel. Naziel berada didekapan lelaki itu sambil menangis. Tak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini.
"Hei! Kamu tidak perlu sekasar ini kan!" Teriak Ronald tak terima atas perilaku Angel terhadap Naziel.
"Dia pantas menerimanya!" Ujar Angel tak bersalah.
"Apa denganmu seperti ini, dia akan kembali normal?" Seru Ronald sambil melotot tajam kearah mata Angel.
"Sudah diam! Tolong jangan ribut seperti ini! Ini akan menambah kondisinya semakin buruk." Timpal Eiden menatap kedua orang yang sedang beradu mulut tersebut.
"Dia benar. Ini semua salahku. Seharusnya aku tak membuat keadaan Hazel jadi seperti ini." Sesal Naziel.
"Sudahlah. Naziel, kamu harus tenang. Aku akan memeriksa keadaannya kembali." Ujar Ronald sambil melepas pelukannya dari Naziel. Ia berjalan, lalu memeriksa keadaan tubuh Hazel. Betapa terkejutnya ketika ia memeriksa denyut nadi pemilik tubuh si pengamat tersebut.
"Ada apa dengan ekspresimu itu?" Tanya Mark yang memperhatikan ekspresi Ronald yang tak mengenakkan itu.
"Tiba-tiba jantungnya terhenti."
"Apa?" Mereka semua tersentak kaget terutama Angel dan Naziel.
"Jika aku ditakdirkan sebagai seorang pengendali, bukankah seharusnya aku biaa melakukan sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin? Tetapi akankah aku melakukan hal itu?" Ujar Naziel dalam hati.
Flashback
Ketika Naziel berusia sekitar 5 tahun, dimana saat itu terjadi sebuah insiden yang mengerikan. Entah bagaimana ceritanya, Naziel dikelilingi 5 mayat yang sudah tergeletak ditanah begitu saja. Sorot matanya tajam. Menandakan sebuah amarah yang terjadi dalam dirinya. Tangannya mengeluarkan cahaya berwarna biru, kemudian memporak-porandakan semua yang ada disana. Sudah dipastikan, tanah berhamburan tak menentu arahnya bahkan semua barang-barang yang ada disana, sudah berterbangan kesana-kemari. Sorotan matanya menatap sesosok yang dari tadi melihat aksinya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Angels Without Wings
FantasyCerita ini semuanya akan direvisi kembali. Dan mohon maaf kalau setelah direvisi, satu-persatu akan hilang. Dikarenakan cerita ini mau di kirim ke penerbit. Mohon maaf sebesar-besarnya. Dan terima kasih karena selama ini sudah setia membaca cerita i...