32. Before "That Day"

1.8K 135 6
                                    

"Hai, semuanya!" Sapa perempuan itu dengan ramah.

"Lama kita tidak bertemu, sahabatku, Naziel!"

"Kau?"

"Yah, ini aku. Perkenalkan namaku Puteri Aeolus. Salam kenal semuanya." Sesaat tatapannya beralih ke Ronald yang kini menatap sengit kearahnya.

"Kau informan itu kan?" Tanya Hazel.

"Benar! Dan aku akan datang dan memperkenalkan diriku jika Naziel telah bergabung dengan kalian. Dan sekarang aku sudah memenuhi janjiku."

"Maksudmu, selama ini kau memata-matai kami?" Ujar Eiden hampir emosi.

"Aku tidak bermaksud begitu! Aku peduli dengan kalian. Bukankah kalian semua memiliki dendam yang tak terbalaskan oleh Luminous? Dan anggap saja aku akan membantu kalian." Senyuman mengembang dibibir Aeolus.

Lagi-lagi Ronald menatapnya tajam seolah-olah seekor singa yang sedang mengawasi incarannya.

"Baiklah. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk membunuhnya?" Kini suara Naziel yang menginterupsinya.

"Jangan terlalu terburu-buru! Kita susun strategi dulu. Tetapi, alangkah baiknya kalian pergi refreshing sejenak."

"Kau pikir kita dalam liburan? Kita dalam situasi peperangan!" Naziel mulai tersulut emosinya. Membuat Hazel, dll terkejut melihat kemarahannya.

"Jangan terlalu gegabah, sahabatku. Mereka terlalu licik. Aku tidak mau kalian mati sia-sia."

"Lalu kenapa kita refreshing?" Tanya Mark.

"Supaya kita bisa mendapati suasana baru. Bukankah selama ini kita terus berada disini. Dengan di luar, bisa melatih keakraban, mental, hati, dan jiwa kita untuk melawan Luminous nantinya." Eline mencoba menerka isi pikiran Aeolus.

"Wow! Kau sangat pintar, Eline!" Puji Aeolus dengan senyuman yang merekah diwajahnya.

"Baiklah. Kita akan berangkat besok." Usul Hazel.

Dengan begitu semuanya pun setuju, kecuali Ronald. Meskipun ia tak bicara sepatah kata pun, namun ia benar-benar menolak rencana Aeolus dari hatinya. Jangankan rencananya, untuk bertatap muka dengannya saja, dia enggan.

"Apa yang sebenarnya kau rencanakan, perempuan iblis!" Maki Ronald pada dirinya.

Keesokan harinya telah tiba. Pagi-pagi mereka semua sudah terlihat begitu rapi.

"Oh ya! Aku punya rencana. Bagaimana jika kita jalan berpasangan!" Usul Eiden yang hanya ditatap bingung oleh semuanya.

"Aku dan Angel. Mark dan Eline. Lalu, Hazel dan Naziel. Bagaimana?" Ujar Eiden semangat.

"Lalu bagaimana denganku?" Tanya Coke sebal."

"Kau dengan Ronald saja. Nah, sudah pas kan? Ayo kita berangkat!" Seru Eiden.

Diperjalanan, bukannya Angel bersama dengan Eiden. Ia malah asyik berada disamping Hazel. Sedangkan Naziel sendiri merasa risih. Bukan risih karena ada Angel, melainkan karena dia dekat dengan Hazel. Entah kenapa, jantungnya kembali berdetak. Bahkan tak sengaja ia menyenggol lengan Hazel membuat mata mereka saling bertemu. Dan posisi mereka saat ini semakin dekat! Ditambah lagi Hazel yang tengah menyentuh rambut Naziel perlahan. Membiarkan poninya tak menutupi matanya yang indah itu. Sesaat, tubuh keduanya saling menegang, keringat berhasil meluncur di dahi mereka, bahkan nafas mereka yang seakan tersengal-sengal membuat semua pandangan mata tertuju pada keduanya. Hati mereka seakan menyiratkan perasaan yang sama dari keduanya. Perasaan yang masih belum mereka sadari, yaitu: "cinta."

"Ehem." Deheman dari Angel berhasil menyadarkan kembali ke dunia mereka. Sedangkan yang lainnya hanya senyum-senyum sendiri melihat pemandangan yang indah itu. Dan terjadilah salah tingkah di keduanya. Hazel yang mulai mengatur nafasnya. Sedangkan, Naziel mengarahkan pandangannya kearah lain. Membuat keduanya saling terdiam.

Seven Angels Without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang