"Lepaskan aku darisini!" Seru Medusa dibalik ikatan yang menyiksa tubuhnya itu.
"Hahahaha." Tawa salah seorang yang melangkah mendekati suara yang melengking minta tolong tersebut.
"Kau... kenapa tiba-tiba kau mengikatku seperti ini? Memangnya aku buronan apa? Lepaskan aku darisini, Victoria!" Seru Medusa sambil berusaha berkonsentrasi untuk melepaskan ikatannya. Dengan segala sihir yang dia miliki, ia berhasil merusak ikatan yang terbilang cukup kuat itu.
"Huh. Padahal aku masih ingin bermain-main denganmu, tetapi ikatannya malah lepas. Ya udah. Kayaknya aku nyerah aja dah." Ujar Victoria yang mengundang sepasang mata geram kearahnya karena telah bersikap seenaknya sendiri.
"Apa maumu? Cepat katakan!" Desak Medusa yang menimbulkan sejuta tawa gelegar di bibir perempuan yang bernama Victoria itu.
"Seharusnya kau bersyukur kau bisa bebas darisana. Tetapi kau malah memasang tatapan yang tak mengenakkan itu kearahku."
"Apa maksudmu? Aku tak mengerti."
"Medusa. Medusa. Meskipun kau memiliki kekuatan sihir yang hebat dan sikapmu yang kejam dalam membidik mangsamu, tetapi dimataku kau tetaplah penyihir yang bodoh." Ujar Victoria dengan menatap tajam kearah Medusa sambil tersenyum sinis.
"Aku tidak bodoh. Cepat katakan apa maumu! Atau...."
"Atau apa? Kau ingin mengancamku? Huh. Seharusnya kau berterima kasih padaku bukan malah mengintimidasiku seperti saat ini." Keluh Victoria dengan nada sesalnya.
"Medusa. Meskipun kau berhasil melumpuhkan laki-laki bodoh itu, kau tak kan mampu mengalahkan kekuatan sang pengendali. Bisa saja dia pergi menolongnya, lalu kau mati ditempat. Kau mau hal itu terjadi?" Tukas Victoria melanjutkan kata-katanya sambil menjelaskan.
"Sang pengendali? Siapa maksudmu?" Namun secara tak langsung, ada secercah cahaya hitam yang menghiasi ditengah-tengah kehadiran mereka berdua.
"Tidak ada yang namanya pengendali didunia ini. Selain diriku seorang." Tegas Luminos yang sukses mewarnai suasana kalud dihati keduanya.
"Tuan Luminos." Sahut Medusa dan Victoria serempak sambil menundukkan kepala mereka berdua dengan hormatnya.
"Biarkan masalah ini kita kesampingkan dulu. Ada masalah yang lebih penting dari ini."
"Masalah apa?" Tanya Victoria penasaran.
"Masalah tentang kehadiran dua kakak beradik kembar, Bunga Mawar Merah dan Bunga mawar hitam."
"Dua orang pemuja iblis Lucifer. Bukankah seharusnya mereka tak menunjukkan batang hidung mereka. Bukankah Lucifer sudah terkubur dalam kotak pandora." Sahut Victoria sambil memicingkan kedua matanya yang terbilang lebar itu.
"Aku takut. Jika kehadiran mereka berdua akan membangkitkan kembali Lucifer dalam kotak pandora tersebut. Dan jika itu terjadi, maka kekuasaanku akan terancam punah."
"Lalu apa yang harus kita lakukan, Tuan?" Tanya Medusa menahan wajah geramnya.
"Kalian berdua urus kedua kakak beradik itu."
"Baik Tuan." Jawab mereka berdua bersamaan. Sepertinya itu bukanlah tugas yang berat bagi mereka. Tetapi akan sangat disayangkan jika sampai kedua saudara kembar tersebut mengumpulkan kawan-kawannya. Karena jika hal itu terjadi, maka kedua penyihir kejam itu akan mudah dihabisi oleh pasukan bunga mawar tersebut. Untuk itu, sebelum hal itu terjadi, Bunga Mawar Merah dan kembarannya harus ditemukan dengan cepat bahkan harus dimusnahkan juga tanpa sisa.
*****Kedua bola mata Eiden terus saja menatap gadis pemilik mata biru itu hingga tak sadar bahwa gadis tersebut telah melihat tatapan mereka berdua, Eiden dan juga Hazel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Angels Without Wings
FantasyCerita ini semuanya akan direvisi kembali. Dan mohon maaf kalau setelah direvisi, satu-persatu akan hilang. Dikarenakan cerita ini mau di kirim ke penerbit. Mohon maaf sebesar-besarnya. Dan terima kasih karena selama ini sudah setia membaca cerita i...