21. Hazel is Dead, right?

2.4K 161 3
                                    

Matahari telah terbit. Yah, sepertinya ini sudah sehari kepergian Hazel dan juga Eiden. Mereka bahkan meninggalkan markas tanpa kabar apapun. Belum lagi kabar yang mengejutkan sebuah mesin yang bisa merubah manusia menjadi iblis. Tak ada suara, tak ada waktu, hanya suara langkah mereka yang terus mondar-mandir. Mereka bahkan seharian ini tak tidur bagaimana mungkin bisa tidur memikirkan tentang mesin MB-501 belum lagi tentang nasib kedua temannya. Mencarinya pun percuma. Mereka tak memiliki cukup kekuatan untuk bertarung jika sesuatu hal terjadi dengan kedua temannya tersebut. Tok tok tok.... Suara ketukan pintu perlahan membuat para kelompok pelindung semakin panik.

"Suara apa itu?" Tanya Eline ketakutan.

"Tenang. Mungkin itu Hazel dan Eiden karena jujur dari kemarin mereka belum juga pulang." Ujar Angel berusaha untuk menenangkan semuanya.

"Sebentar. Aku tak yakin kalau itu mereka. Aku takut jika manusia iblis datang kemari untuk membunuh kita semua." Timpal Mark takut sekaligus bingung tetapi juga kecewa karena untuk saat ini sebagai seorang laki-laki yang sudah cukup matang itu kini tak bisa berbuat apa-apa.

"Lalu apa yang harus kita lakukan saat ini? Kenapa tidak kamu saja yang membukakan pintunya. Kamu kan yang paling kuat disini." Seru Coke sambil berjalan mondar-mandir.

"Benar yang dikatakan Coke. Kenapa tidak kamu saja Mark yang melakukannya?" Bujuk Eline dengan nada bingung sekaligus kesal karena dia sadar dia merasa paling kecil disini bahkan dengan hanya mengandalkan otaknya, itu saja tak cukup. Otaknya sudah dipenuhi dengan berbagai macam masalah. Mesin MB-501 yang sampai sekarang belum ada jalan keluarnya, Hazel dan Eiden yang tak ada kabarnya, belum lagi ramuan yang ia belum selesai racik karena suara Mark yang mengacaukan konsentrasinya hingga ia terpaksa menghentikan aktifitasnya itu sampai waktu yang ditentukan.

"Bukan begitu. Tetapi aku takut. Kenapa kalian berdua malah menyuruhku? Kenapa tidak kalian saja? Huh!" Kesal Mark menatap kedua temannya itu lekat-lekat.

"Sudahkah kalian berdebatnya? Dengan berdebat, apakah itu akan bisa memunculkan suatu saran yang baik atau malah menambah masalah yang lainnya? Kalian itu adalah kelompok pelindung. Dalam keadaan apapun kita tak boleh saling menyalahkan satu sama lain. Itu sama saja kalian pengecut. Apa gunanya ada kelompok pelindung kalau kalian saja takut pada diri kalian sendiri? Dalam keadaan apapun kita harus tenang dan harus berani dalam mengambil resiko apapun. Kita ini adalah kelompok pelindung yang sudah ditakdirkan untuk itu dan tidak ada jalan lagi untuk kita mundur meskipun nyawa kita jadi taruhannya." Tegas Angel yang hanya membuat ketiga temannya malu sekaligus mengutuk diri mereka sendiri.

"Ya sudah kalau begitu biar aku yang melakukannya." Tukas Coke memberanikan diri.

"Begini. Kita atur siasat. Jika itu adalah musuh, maka aku akan membawa kalian pergi darisini. Jika itu Hazel dan Eiden, maka kita harus menindaklanjuti takut mereka terluka dan lainnya. Bagaimana?" Tanya Angel kepada teman-temannya itu.

"Oke aku setuju." Jawab Mark.

"Setuju!" Tegas Coke.

"Aku juga setuju." Jawab Eline sambil mengatur posisi mereka untuk bersiap-siap diri. Sedangkan dibalik pintu, seseorang telah merasa lelah karena ketukan pintu itu diabaikan begitu saja. Ketika ia membalikkan tubuhnya hendak mau pergi darisana, seseorang telah membukakan pintunya sambil memandang was-was untuk sekedar berjaga-berjaga.

"Si.... Siapakah kau?" Tanya Coke penuh curiga tetapi ada ekspresi takut yang tersirat dalam wajahnya itu.

"Aku hanya mencari seorang gadis yang bernama Naziel disini." Ujar laki-laki tersebut memasang ekspresi biasa yang sebenarnya ia kesal karena harus menunggu lama untuk dibukakan pintunya.

"Maaf disini tidak ada yang namanya, Naziel." Tegas Coke berusaha untuk tenang.

"Benarkah? Padahal dia bilang kalau gadis itu ada disini. Tidak mungkin. Ini markas kelompok pelindung, kan?" Ujarnya bingung.

Seven Angels Without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang