"Andai saja kedua orang tuaku masih hidup. Pasti mereka senang mendengar bahwa kakek dan juga kakakku masih hidup." Naziel tersenyum tetapi sorotan matanya mengatakan bahwa hatinya kini terluka mengingat kejadian yang merenggut nyawa kedua orang tuanya tersebut.
"Benar. Andai saja ayahmu tidak membuat kesalahan pada eksperimen itu. Pasti kau tidak kehilangan orang tuamu." Ronald menatap mata Naziel dengan tatapan sedih.
"Bagaimana kau bisa tahu cara kedua orang tuaku meninggal?"
"Kakekmu yang menceritakan semuanya padaku termasuk kakakmu dan kakekmu yang hampir mati."
"Tunggu. Siapa sebenarnya dirimu?" Kini Naziel menatap kedua mata Ronald dengan sorotan matanya yang tajam.
"Jangan mencurigaiku seperti itu. Aku hanya membantu kakekmu dan juga kakakmu. Dan satu lagi, aku juga akan membantu para kelompok pelindung." Ronald mencoba membuat suasana hati Naziel jadi tenang.
"Ngomong-ngomong, apa kau tahu bahwa kecelakaan kakakmu pada saat dia tergelincir di tempat pemancingan, itu hanyalah sebuah siasat." Lanjut Ronald.
"Siasat? Apa maksudmu?" Tanya Naziel bingung.
"Sebuah siasat kebohongan dari Luminous yang mengatakan bahwa kakakmu meninggal disaat tergelincir ditempat pemancingan. Apa itu masuk akal dia bisa meninggal seperti itu kalau diperhatikan tempat pemancingan tersebut tidak dalam. Aku yakin jika siapapun itu yang terjatuh kesana pasti tidak semudah itu terhanyut. Jika mati pun, mayatnya pasti terapung tidak mungkin tenggelam."
"Lalu maksudmu itu adalah..."
"Yap. Itu adalah pembunuhan yang sudah dirancang manis oleh si Raja serakah Luminous itu."
"Tetapi untuk apa Ayah melakukannya?"
"Wah. Kau bahkan masih memanggilnya dengan sebutan Ayah. Aku rasa sebutan itu tak cocok lagi dengannya."
"Semenjak kedua orang tuaku meninggal, hanya beliau lah yang mengurusku bahkan menganggapku sebagai anaknya sendiri. Oh ya kau belum menjawab pertanyaanku. Untuk apa Ayah melakukannya?
"Ehm... Karena kakakmu mengetahui sebuah rahasia dari Luminous." Raut wajah Naziel mendadak jadi tegang.
"Rahasia apa? Cepat katakan padaku!" Seru Naziel tak sabar.
"Hmm... Rahasia." Ronald mengedipkan salah satu matanya.
"Kau ini... Sebenarnya niat mau cerita gak sih?" Naziel mulai geram sambil memasang wajah kesalnya.
"Kalau kau mau, kau harus berjanji satu hal padaku." Tegas Ronald dengan seringainya.
"Apa itu?"
"Kau harus bergabung dengan kelompok pelindung. Dengan begitu, aku bisa menceritakannya padamu semuanya."
"Tapi.... Itu tidak mungkin."
"Kenapa? Karena kau sudah berjanji dengan Alena? Aku pikir kau harus berpikir kedua kali untuk melakukannya mengingat kalau ayahnya hampir membunuh kakek dan juga kakakmu."
"Kau tidak berbohong padaku kan soal ayah yang melakukan hal itu."
"Tentu saja tidak. Kalau perlu aku bisa menjamin nyawaku jadi taruhannya jika aku berbohong padamu."
"Akan kupikirkan."
****"Kenapa Naziel lama sekali? Bahkan ini sudah lewat satu jam." Hazel mulai khawatir dengan Naziel yang tak kunjung datang.
"Bagaimana kau bisa tahu, kalau dia sudah pergi lebih dari satu jam?" Hazel menoleh keasal suara itu. Angel duduk disamping Hazel sambil menatap kedua mata milik Hazel secara intens. Mata itu memancarkan rasa cinta sekaligus rasa cemburu karena Hazel memperhatikan Naziel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Angels Without Wings
FantasyCerita ini semuanya akan direvisi kembali. Dan mohon maaf kalau setelah direvisi, satu-persatu akan hilang. Dikarenakan cerita ini mau di kirim ke penerbit. Mohon maaf sebesar-besarnya. Dan terima kasih karena selama ini sudah setia membaca cerita i...