Naziel membeku menatap wajah indah milik si pengamat, Hazel. Sebuah ingatan tentang masa lalu Hazel, tentang perasaan sesungguhnya, dan tentang semua orang yang berada disisinya. Semuanya tercium dan tergambarkan dengan jelas dibalik mata si pengendali.
Flashback
Mungkin kakakku berpikir bahwa aku sungguh tidak peduli dengan nasib keluargaku. Ayah ibuku yang selalu bertengkar setiap hari bahkan teman-temanku yang mulai menjauhiku dengan pandangan aneh. Mereka selalu menghina keluarga kami. Karena itu, aku memilih untuk diam. Untuk berpura-pura aku baik-baik saja. Tidak ada yang tau tentang isi hatiku sebenarnya. Aku tidak ingin hidup. Bagaimana mungkin aku bisa hidup di keluarga yang broken home. Ayah yang selalu pulang larut malam. Marah-marah tidak jelas bahkan korupsi pada perusahaan, tempat Ayahku bekerja. Tidak hanya itu saja, ibuku yang selalu bosan dengan suaminya yang asyik dengan dunianya sendiri. Dia selingkuh dengan lelaki yang merupakan kawan sejawatnya (seperantara). Bahkan ibu yang seharusnya menjadi sesosok perempuan pengasih dan penyayang anak-anaknya, kini seperti orang asing bahkan tidak peduli dengan masa depanku dan kakak perempuanku. Kakakku hanya bisa menangis melihat kondisi keluarga kami hingga berakhir pada perceraian. Aku dan kakakku memilih untuk hidup berdua karena kalau memilih hidup dengan salah satu ayah atau ibu kami, itu tidak akan mudah bahkan kami berdua tak yakin bisa menjadi keluarga yang ideal. Sebenarnya ada yang kurang ketika aku tinggal bersama dengan kakakku. Kasih sayang. Yah, aku tak bisa memiliki kasih sayang seorang ibu. Aku sangat merindukan sesosok ibu yang memeluk anaknya. Tetapi apa daya? Aku tak bisa berbuat apa-apa. Suatu ketika, aku yang sedang menunggu kakakku pulang, panik takut terjadi sesuatu dengan kakakku. Aku pergi menemui kakakku. Aku terkejut, aku melihat sesosok laki-laki berjubah hitam. Dia memiliki tanda di lengan kanannya, Iblis. Yah, lambang itu, adalah lambang iblis. Bukan penyembah iblis, tetapi seperti sebuah perikraran yang menandakan bahwa dia telah menyatu dengan iblis dan membawanya kedalam sebuah jalan kegelapan. Aku melihat dia menyerang kakakku dan mengambil jantungnya, lalu ia makan. Aku terhenyak sesaat. Tak percaya dengan apa yang kulihat. Mataku berkaca-kaca, hatiku terasa los, jantungku sudah ingin berhenti, dan pikiranku sudah kacau tak menentu. Aku lari terbirit-birit. Berharap ini semua hanyalah mimpi. Ini tak mungkin nyata. Tuhan, kau tak mungkin membiarkanku kehilangan orang yang kusayangi, kan? Kau tak mungkin sejahat itu. Kau tak mungkin membiarkanku hidup seorang diri, kan? 3 hari aku mendekap didalam rumah yang hanya berisikan 2 buah jendela. Aku tak peduli seberapa panasnya tempat yang ku singgahi dan seberapa derasnya keringatku yang menetes. Hingga aku tersadar bahwa kematian kakakku bukanlah hal yang tak nyata. Aku berdiri, aku terus mengingat betapa kejamnya sesosok laki-laki itu. Aku tak akan pernah melupakannya. Aku akan membalas semua perbuatan yang ia lakukan dan aku akan melakukan apapun caranya untuk membunuhnya. Karena ketekatan itulah yang membuatku bertemu dengan seorang gadis. Aku tak sengaja mendengar tentang "kelompok pelindung" hingga mendengar tentang kehancuran dan kematian mereka. Sejak itulah, aku berusaha untuk membangun kembali kelompok pelindung yang telah hancur hingga seorang perempuan datang padaku menyuruhku untuk mencari 6 orang yang memiliki kekuatan spesial. Saat itulah, aku berusaha mati-matian mengeluarkan senyuman yang menurutku itu adalah senyuman palsu karena dalam hati ini sesungguhnya hanya berisikan sebuah dendam dan amarah yang membara.
Flashback end.
Melihat isi hati dan semua kejadian masa lalunya, membuat hati Naziel mencuat (mengkerut/berkedut/menipis). Tubuhnya terkulai lemas saking shocknya dan tubuhnya lambat laun menjadi tidak seimbang. Untung saja, Hazel meraih tubuhnya kedalam dekapannya. Kalau tidak, dia sudah jatuh beringsut ketanah.
"Kau tak apa-apa? Wajahmu terlihat pucat." Ujar Hazel khawatir. Naziel tak menjawab. Ia menatap kedua mata Hazel yang mengisyaratkan kekhawatiran terhadap dirinya sambil menyentuh wajah milik laki-laki itu. Hazel terkesima melihat hal itu. Tak lama, ia mendengar sebuah suara yang berdegub dengan kencang. Itu bukan jantungnya! Tetapi itu jantung milik Naziel. Hazel tersenyum kearahnya hingga melepas tangan Naziel dari wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Angels Without Wings
FantasyCerita ini semuanya akan direvisi kembali. Dan mohon maaf kalau setelah direvisi, satu-persatu akan hilang. Dikarenakan cerita ini mau di kirim ke penerbit. Mohon maaf sebesar-besarnya. Dan terima kasih karena selama ini sudah setia membaca cerita i...