34. The Final Battle

2.3K 134 5
                                    

Malam itu, Naziel tak bisa tidur. Ia terus saja memikirkan tentang cerita Ravanni dan perkataan kakeknya.

Flashback

"Ingat! Hanya kau satu-satunya kunci untuk bisa menyelamatkan Lucifer dari kotak pandora!" Ujar Ravanni.

"Tetapi...."

"Tetapi apa?" Tanya Naziel dengan tubuh yang gemetar karena sikap dan perkataan kakeknya tadi."

"Aku tak menjamin kalau kau bisa selamat." Ucap Ravanni.

Flashback end

Disaat bersamaan, keringat meluncur disekujur Hazel, dengan mata yang masih terpejam.

Hari itu, hari dimana Hazel merasakan Naziel yang kehabisan tenaganya.

"Naziel, bangun!!"

"Hazel, aku minta maaf." Sejak itulah, deru nafas Naziel mendadak berhenti. Mata Hazel melebar bahkan ia tak sadar setetes air mata telah membasahi wajahnya.

Mimpi itu.... Membuat Hazel bangun dengan hati yang tak tenang. Hazel bangun dan pergi keluar kamar. Sorot matanya terhenti pada gadis yang membuat hatinya gelisah. Dengan cepat, ia memeluk Naziel dari belakang.

"Tolong jangan pergi! Tolong jangan tinggalkan aku!" Bisik Hazel membuat Naziel tak bisa berkata apa-apa

"Hazel!"

"Aku mencintaimu. Aku tak peduli siapa kau sebenarnya. Tetapi tolong jangan pergi! Jangan pergi dari sisiku! Aku tak bisa hidup tanpamu." Jelas Hazel membuat hati Naziel berbunga-bunga.

"Aku juga mencintaimu, Hazel." Naziel melepas pelukan Hazel sambil mengecup bibirnya sekilas.

"Aku janji aku akan selalu melindungi dan menjagamu!" Ujar Hazel.

"Dan... Jadilah kekasihku dan jadilah sisa nafas hidupku!" Ucap Hazel dengan wajah memerah. Sama seperti wajah Naziel. Jantung mereka juga sama-sama berdetak kencang.

"Aku mau, sayang."

"Sayang?" Dahi Hazel berkerut.

"Itu panggilan yang bagus." Lanjut Hazel sambil tersenyum.

Angel hanya menangis melihat mereka.

"Aku ingin ambil minum dulu, ya." Ujar Naziel.

"Iya, sayang."

Tiba-tiba Hazel melihat Angel yang berada disana.

"Angel?"

"Bukankah kau tahu kalau dia itu iblis. Tetapi kenapa kau memilihnya? Kenapa kau tak pernah melihatku kalau aku sungguh mencintaimu?"

"Maaf Angel. Aku terlalu mencintainya dan kau bisa mendapatkan yang lebih baik daripadaku. Hanya Eiden yang mencintaimu dengan tulus. Bukalah hatimu untuknya."

"Bolehkah aku memelukmu? Mungkin untuk terakhir kalinya."

"Baiklah." Mereka pun berpelukan.

"Mungkin ini adalah pelukan pertama dan terakhir ku, Hazel. Dan terima kasih sudah mengajariku tentang arti cinta." Ungkap Angel dalam hati.

"Ehem." Suara deheman Eiden, menghentikan aktifitas keduanya.

"Aku akan kesana." Ujar Hazel.

"Eiden!"

"Angel."

"Bolehkah aku belajar untuk mencintaimu?"

"Kapanpun aku bersedia."

"Terima kasih." Angel pun memeluknya.
>>>☆☆<<<

Keesokan harinya...

"Bagaimana semuanya udah siap?" Tanya Fernando.

Seven Angels Without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang