30. Real or Just a Dream?

1.8K 125 2
                                    

Ia melihat seekor kucing berubah menjadi manusia didepan matanya sendiri. Ia kira bahwa didunia ini tidak ada namanya manusia kucing. Tetapi kenyataannya itu ada. Dan yang membuatnya terkejut lagi ia mendapati sesosok manusia yang tak ia kenali. Sesosok laki-laki yang tampak asing baginya. Tanpa ia sadari, tepukan tangan di bahu Eiden memecah pikiran Eiden sesaat. Ketika Eiden menoleh untuk mengetahui siapa yang berada dibalik punggungnya, mata Eiden tak berkedip sedikitpun. Bibirnya ingin mengatakan sesuatu, namun...

"Sssst.... Lebih baik kau diam saja!" Orang itu memutar balikkan tubuh Eiden kembali kesemula.

Eiden justru bingung mau bilang apa bahkan kebingungannya semakin menjadi, ketika ia melihat bayangan kucing lainnya mendekati manusia kucing tersebut. Dan seketika itu juga, kucing itu berada disana, namun penciumannya tidak pernah salah. Ia jelas-jelas mengetahui kalau ada dua orang yang tengah mengawasi mereka berdua bahkan hanya dengan mencium auranya saja, kucing itu sudah tahu siapa yang telah berani menguntit mereka.

"Dia sudah tahu keberadaan kita." Bisikan ditelinga Eiden membuatnya menganggukkan kepala setuju dengan apa yang sedang dikatakan oleh orang itu.

Tanpa pikir panjang, orang tersebut yang tak lain adalah Hazel sendiri menepuk pundak Eiden sambil memberikan code agar kesana untuk menemui dua kucing tersebut. Kali ini Eiden bertindak seperti anjing kesayangan Hazel yang menurutinya tanpa ada perlawanan ataupun omelan. Mereka berdua menoleh kearah Hazel dan Eiden.

"Aku sudah tahu, siapa dibalik tubuh kucing itu. Jadi aku rasa tidak perlu lagi untuk menutupinya." Ucap Hazel penuh dengan penegasan.

"Apa maksudmu?" Kini suara salah seorang manusia kucing berusaha untuk tetap tenang dan pura-pura tidak tahu.

Langkahnya bergerak maju, namun, baju yang dikenakan oleh bocah laki-laki tersebut ternyata ditarik kuat oleh seekor kucing disebelahnya. Seperti tahu code yang diberikan olehnya, membuat bocah laki-laki itu menundukkan kepalanya seraya memundurkan langkahnya secara perlahan. Kini giliran kucing yang masih belum berubah menjadi manusia itu yang maju dan menatap kedua pasang mata yang tengah melihatnya. Ada sebersit rasa takut, kecewa, bahkan rasa malu dari dalam tatapan mata kucing tersebut. Hazel yang bisa merasakan perasaan dari dalam kucing itu, ia berjongkok, mensejajarkan posisinya dengan kucing tersebut sambil membelai lembut dengan senyuman yang tertanam dibibirnya.

"Tidak apa-apa. Tidak usah takut. Kak Hazel bisa mengerti." Hazel mencoba untuk menenangkan kucing itu dan tanpa ia sadari, ada kilatan cahaya putih yang membuat mata Hazel dan Eiden enggan untuk menatapnya. Kilatan itu menghilang hanya dalam hitungan detik saja dan tergantikan oleh sesosok yang tengah melihat kearah Hazel dan juga Eiden yang tak bisa diartikan lagi bagaimana perasaan yang mendesir pada manusia kucing tersebut. Dan sekali lagi, mampu membuat Eiden tak berkedip melihatnya dan hanya satu kata yang ia ucapkan, "Eline."..
****☆☆****

Alena terus melamun, ada bayangan seseorang yang terlintas dari otak cantiknya itu. Bukan lagi ia memikirkan tentang Naziel, namun tentang seseorang yang sangat ia rindukan sekaligus ia cintai. Dalam batinnya, ia hanya berharap jika suatu saat nanti, ia bisa bertemu dengannya dan menghabiskan kebahagiaan bersama ayah dan juga dia yang tak lain adalah ibunya.

"Kata Ayah, ibu meninggal karena melahirkanku. Seandainya waktu berputar kembali, aku akan berusaha melindungi ibu agar tak mati meninggalkanku. Aku merindukan peluķan hangatmu, kasih sayangmu, bahkan wajah yang pasti mirip denganku. Tetapi takdir berkata lain yang tak mengharuskanku untuk hidup bersama ibuku bahkan aku belum sempat melihat wajah ibuku sendiri." Ucap Alena pada dirinya sendiri dengan wajah tersirat kesedihan disana.

"Belum lagi ayah belum juga kembali lagi. Kemana sih Ayah?" Alena merasa khawatir karena daritadi ayahnya tak pulang, namun rasa khawatir itu sirna karena ia merasakan aura yang sangat ia kenali berada disekitarnya.

"Itu pasti Ayah!" Gumamnya dengan wajah yang sumringah.
***☆☆***

Pagi ini terlihat sangat cerah. Ditambah dengan suara nyanyian burung yang sangat merdu. Namun, keceriahan pagi ini tak tampak sama dengan Eiden. Ia malah terlihat gusar dengan kejadian semalam yang jelas-jelas membuatnya shock.

Flashback

"Tak mungkin. Ini pasti mimpi kan. Mana mungkin kau adalah Eline. Yah, ini pasti mimpi." Eiden mencubit salah satu pipinya berharap ia bisa bangun dari dunia mimpinya yang begitu buruk. Namun, ternyata ia tak kunjung bangun dari tidurnya bahkan jatuh dari ranjangnya pun juga tidak.

"Kau tidak sedang bermimpi. Ini sungguh nyata, Eid." Kesal Hazel karena ia memiliki teman sebodoh dia yang gak bisa membedakan antara dunia mimpi dengan dunia nyata.

"Tetapi benar kau ini Eline? Atau jangan-jangan kau ini orang lain yang sedang menyamar menjadi Eline untuk menipu kita semua?" Tanya Eiden yang masih tak percaya.

"Aku Eline, kak. Kalau Eline menipu kalian, Kak Hazel sudah tahu daritadi dan pastinya sudah memburu Eline dari tadi. Maafkan Eline karena sudah membuat kalian cemas kepada Eline." Jelas Eline begitu lembut yang membuat Eiden hanya menganggukkan kepalanya.

"Benar juga. Hazel orangnya sangat peka apalagi jika berhubungan dengan bahaya." Gumam Eiden.

"Tetapi Eline yang kukenal bukan Eline sang saat ini ada dihadapanku. Eline yang kukenal adalah suka bicara kasar, suka bersikap sesuka hatinya bahkan tak berkata sopan denganku. Tetapi kenapa bicaramu begitu lembut, kaya-katamu tak lagi kasar, bahkan sikapmu benar-benar sopan."

"Maafkan Eline kak karena sikap Eline selama ini sudah membuat Kak Eiden tak nyaman. Seharusnya Eline lebih menghormati Kak Eiden sebagai senior disini." Tutur Eline begitu lembut sambil menundukkan kepalanya yang masih terlihat kecil itu.

"Lebih baik kau ceritakan kepada kami, Eline, bagaimana bisa kamu jadi seperti ini?" Potong Hazel.

"Sebenarnya waktu itu Eline pergi membeli bahan buat eksperimen tetapi Eline malah bertemu dengan manusia serigala dan dialah yang membunuh Eline hingga Eline mati.

"Mati?" Sontak mereka bersamaan.

"Iya. Tetapi kalau tidak ada Carlos yang menolongku, mungkin saat ini Eline hanya tinggal nama." Jelas Eline sambil memandang kearah manusia kucing yang bersamanya daritadi.

"Jadi, maksudmu kalau dia adalah orang yang mengubahmu menjadi manusia kucing?" Hazel mencoba menerka dengan apa yang terjadi.

"Benar, Kak. Dan itu membuat Eline marah. Karena Eline merasa menjadi manusia kucing sama seperti menjadikan permusuhan dengan para kelompok pelindung. Eline menyesal dengan apa yang terjadi. Kalian bisa mengusir Eline darisini. Eline rela." Kini air mata sudah terjatuh begitu saja dari matanya yang indah itu.

"Kau bicara apa Eline? Bagi kami, tak peduli kau berasal darimana dan siapa kamu, kami tetap menyayangimu karena kau adalah sahabat sekaligus keluarga kami yang kami cintai." Tiba-tiba Angel menyela begitu saja. Entah sejak kapan, Angel, Mark, Coke, bahkan Ronald sudah berada disana. Tanpa menunggu hitungan menit, mereka semua memeluk Eline dengan hati yang hangat dan selembut sutera. Air mata mereka tak bisa terbendung lagi. Bukan air mata kesedihan tetapi air mata kebahagiaan karena bisa bersama-sama dengan orang yang mereka sayangi. Carlos hanya tersenyum melihat pemandangan yang indah itu. Baginya, Eline pantas mendapatkannya karena dia adalah gadis yang baik.

Flashback end
***☆☆***

Siang harinya, Hazel menatap langit berharap orang yang telah dirindukannya, telah kembali. Pikirannya sudah berkecamuk, hatinya gelisah, bahkan ia tak bisa tenang sedikitpun. Namun, tanpa ia sadari, orang yang telah dinanti-nanti ternyata dia berada didepan matanya sendiri. Dia tersenyum kearah Hazel membuat jantung Hazel tak karuan.

"Hazel!" Sapa Naziel yang masih menyempatkan senyuman hangat dibibir manisnya.

Wajah itu, senyuman itu, suara itu mampu mengalihkan dunia Hazel kembali. Tanpa menunggu lagi, ia memeluk Naziel dengan begitu lembut. Tetapi apa itu benar-benar Naziel? Ataukah Hazel sedang bermimpi? Saksikan kelanjutannya.. to be continued..

Seven Angels Without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang