Bab.5

7.2K 562 25
                                    

Ara berjalan perlahan membuka pintu rumah nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ara berjalan perlahan membuka pintu rumah nya. "Masih ingat rumah?"Sindir salsa.

"Ngapain Lo ke sini? Sepeduli itu Lo sampe harus tau gua ingat rumah atau enggak?"

Erik pun berjalan menuju mereka berdua. Ara memandang wajah papa nya yang terlihat sangat marah. "Papa gak pernah ngajarin kamu untuk sekasar ini sama orang Ara!"

Ara pun bingung dengan ucapan papa nya "maksud papa kasar Ara gak ngapa-ngapain?"

"Papa udah liat Vidio kamu nyakitin salsa. Papa gak pernah ngajarin kamu seperti itu Ara!"

"Kelicikan apa lagi yang Lo buat. Emang udah gila Lo ya!" Ara membanting handphone yang memperlihatkan Vidio di mana diri nya menarik salsa hingga terjatuh dari motor.

"pikirin orang lain sebelum kamu bertindak Ara. Kamu udah nyakitin orang lain demi mentingin diri kamu sendiri."murka Erik melihat Ara yang tidak ada merasa bersalah sedikitpun.

"Emang papa pernah mikirin perasaan orang? papa aja gak pernah mikirin perasaan putri papa sendiri."

"Gara-gara papa. Mama meninggal dan aku kehilangan apa arti hidup yang sesungguhnya."Ara menerobos masuk begitu saja.

"Papa belum selesai bicara Ara! "

"Gak ada yang perlu di omongin lagi." Ara berlari kencang ke kamarnya merobek semua bagian baju yang dia pakai.

Ara terduduk lemas di kamar mandi nya menyalakan air begitu saja mengalir ke tubuh nya. Memandang gunting yang dia pegang " Udah gak ada lagi tujuan gua hidup. Papa udah bikin Mama meninggal semua pembunuh itu berusaha bikin gua mati hiks mama Ara pengen nyusul mama."

Dengan cepat Ara melempar gunting itu berteriak histeris "Gua gak boleh mati sia-sia seperti ini. Tapi lama-lama gua jadi gila."

Ara berjalan lemah ke kasur nya merebahkan diri dan melihat drama apa lagi yang akan terjadi besok pagi. Berusaha terlihat baik-baik saja depan orang adalah ke ahlian nya.

Keesokan pagi nya jam pertama Ara tengah mengintip di balik tembok kelas nya, bersamaan dengan gia sahabat nya, sambil tersenyum-senyum karna melihat gio.

"Pelet apa sih yang di pake gio. Sampe Ara kecantol Trus padahal udah di sakitin Mulu."Heran vano bertanya ke Devan.

" Eh upil, Lo ngintip gio ya. Gue bilangin gio ni?" Ancam vano.

" Vano_?" Teriak mereka berdua, " Lo bisa gak sih gak ngagetin anjir."

" Bodo amat lah bodo amat si upil pintar ngintip." Vano bernyanyi sekeras mungkin, sambil berjalan memasuki kelas bersamaan Devan dan Galang yang ikut bernyanyi bersama an vano.

" Emang dasar tu ubur-ubur ber tiga gak ada puas-puas nya gangguin gue tiap hari." Emosi Ara sambil menghentakkan kakinya.

" Sabar Ra, vano tu suka Ama Lo, terima Napa sih dari pada lo ngejar kutub yang gak pernah cair ." Nasehat gia sambil tersenyum geli melihat Ara yang semakin memerah.

Vano PraditiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang