epilog

4.2K 134 10
                                    


Pemakaman telah usai tangis semua kerabat terdengar jelas saat ini. Erik memeluk putri nya yang terlihat sangat hancur.

Air mata Ara tak kunjung berhenti mulut nya Engan untuk berhenti memanggil vano.

"Ara sayang papa, ikhlas nak ikhlas." Jelas Erik mengusap lembut rambut anak nya.

"Ara gak punya siapa-siapa lagi pa, mereka ninggalin Ara. Ara mau nyusul vano pa." Ucap Ara lemah.

"Nak jangan ngomong gitu maafin papa sayang maafin papa. Ada papa sekarang ya ikhlas nak ikhlas kasian vano nya."

Erik mengantarkan Ara ke apartemen karna permintaan Ara jujur saja Erik takut meninggalkan Ara sendirian dia takut Ara bertindak di luar batas.

"Pa Ara butuh waktu sendiri. Tinggalin Ara, Ara janji gak akan ngelakuin hal lain."
Dengan berat hati Erik mencium kening Ara dan meninggalkannya sendirian di apartemen namun ada pengawal khusus di luar.

Ara menatap kosong apartemen tempat tinggal nya bersama vano
Terbayang sangat jelas memori kebersamaannya dengan vano.

"Gua kangen Lo Van? Balik gua takut sendirian"

"Lo udah janji selalu ada. Lo sama aja Lo ninggalin gua."

"Kenapa di saat gua udah cinta sama Lo Lo pergi kenapa vano?"

Ara terduduk lemas menyandarkan diri nya ke sofa sambil memegang Poto vano.

Menatap sendu senyum yang terpancar di Poto itu " Lo adalah hadir paling indah yang gua punya Van."

Ara berjalan kesetiap ruangan melihat tempat di mana dia tidur bersama dengan vano " Lo tega ninggalin gua sendiri di kerapuhan gua Van."

Ara mengambil gunting di meja dan melihat ke arah cermin "Gua udah gak punya tujuan hidup. Lo hadir cuma bikin gua mati untuk ke dua kali nya vano Hiks."

"ARA_!!" Dengan cepat salsa melempar gunting itu kesembarang arah memeluk Ara supaya dia sedikit tenang.

" Ra tatap gua. Lo sendiri yang bilang hidup harus terus berjalan seberat apapun cobaan nya, Lo gak boleh gini Ra. Lo gak boleh nge cewain vano."

Ara memandang ke arah salsa memeluk nya lebih erat. Salsa menghapus setiap titik air mata Ara berusaha menatap nya.

" Gua tau ini berat untuk Lo, nangis aja Ra keluarin semua nya." Salsa mengusap rambut Ara tersenyum tulus memandang wajah Ara.

" Gua ada untuk nguatin Lo Ra." Salsa membawa Ara ke tempat tidur menyuruh Ara untuk istirahat sejenak.

"Gua hancur untuk kesekian kali nya. Berusaha berdamai dengan keadaan merelakan sumber tawa itu pergi menjadi tangisan.

Terlalu lelah untuk bermain hingga mereka pergi bagai debu yang tak akan pernah kembali.

Vano menjadi orang tulus yang selalu ada memberikan tawa di setiap luka. Hingga sekarang dia pergi terbenam lewat lara ."

"Lo cerita Ter indah yang gua punya." Vano Praditia.

Selesai

Vano PraditiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang