Bab.38

4.5K 321 187
                                    


"giiiioooooooo." Teriak Ara, melihat gio tak sadarkan diri .

" Gio bangun gioo..."

Mereka semua berteriak histeris, sedangkan mama gio sudah pingsan melihat itu semua.

" Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi yang di atas sudah berkehendak lain, gio meninggal dunia." Ucap dokter sangat hati-hati.

"Gak_ Gak mungkin anak saya meninggal dok gak mungkin." Papa gio berbicara sambil menggoyangkan tubuh gio.

" Akhhh gak mungkin, ini gak mungkin gioooo Lo bilang Lo cinta sama gua tapi Lo ninggalin gua hiks giooooo." Teriak Ara menangis' sejadi-jadinya.

"Giii_ maafin gua. Gua gak ikhlas Lo pergi gio." Teriak Ara menangis menatap wajah gio yang sudah tak bernyawa.

" Raaaa hiks sabar Ra, ini udah jalannya." Tenang gia .

Gia tau apa yang di rasakan Ara saat ini, melihat vano dan kepergian gio, ini semacam mimpi buruk bagi nya .

Ara memandang ke sebelah gio, pikiran nya semakin kacau melihat keadaan vano yang semakin memburuk.

" Nak bangun sayang bangun, kasian mama nak." Papa gio menangis sejadi-jadinya kepergian gio merupakan mimpi buruk bagi nya.

" Aaaaaaaa gioooooo Lo harus bangun, gua tau Lo gak akan mungkin ninggalin gua gio."

" Raaaa sabar Ra."

Gia menelpon Galang dan Devan mereka berdua sangat terkejut dengan semua cerita gia dan dengan cepat mereka langsung pergi ke rumah sakit.

" Gioooo.... Tadi malem Lo ngasih ini kan , ini gak mimpi kan hiks hiks gio bangun gio bangun."

" Siapa yang ngingetin gua
Pake ini Ra, jangan gitu , gak boleh pake ini aaaa siapa Lo ninggalin gua gio, hikkks Lo ninggalin gua." Ara pun sudah lemah dan ikut pingsan.

" Van bantuin." Panggil gia dan Devan langsung menggendong Ara membaringkan nya di sofa di sebelah vano.

" Bosss." Kejut davan dan Galang.

" Hiks ini beneran vano kan Lang." Kesal Devan yang tak pernah tau bahwa sahabat nya ini memikul bebeba yang sangat berat.

" Lo kenapa gak cerita hiks Lo tega ngejalanin ini semua sendirian ." Galang menghapus air mata nya .

"Lo selalu bersikap biasa aja, Lo gak pernah cerita vano. Kalau Lo pergi gua gak akan bisa maafin diri gua sendiri." Maki Devan kepada diri nya sendiri.

Vano tersenyum "Jagain Ara. Gua udah ngerasa gak sanggup."

"Bangsat ya Lo Van. Kita udah sahabatan lama, dan Lo mau ninggalin kita berdua gua gak rela gua gak rela. Galang berbicara menangis melihat keadaan vano saat ini.

"Lang vano gak mungkin ninggalin gua kan Lang gak mungkin kan." Devan tertunduk lesu sambil mengeluarkan air mata.

"Van, Lang Lo sahabat terbaik yang pernah gua kenal." Ucap vano tersenyum ke arah mereka berdua.

"Lo gak mikirin gua? Lo gak mikirin gua kalau Lo gak ada gua gimana Van gua gimana? Semangat hidup gua ada di Lo Van kalau Lo ninggalin gua gak guna gua hidup sialan." Maki Devan tersedu-sedu.

"Gua udah gak sanggup Van, maafin gua udh gak nepati janji maafin gua gua mohon jaga Ara."

" Gua gak mau tau pokok nya Lo harus sembuh Van."

" Dok, selamatkan anak saya yang satu nya lagi." Dokter pun mengangguk mengerti.

" Tapi pak, kemungkinan untuk selamat sangat kecil!"

" Lakukan yang terbaik dok."

Dokter pun mengangguk dan langsung menjalankan operasi .

" Gioooo...
Vanoo......
Lo berdua gak boleh ninggalin gua gak boleh." Ucap Ara setengah sadar .

" Hiks vanoooo Lo jahat, gua selalu ada di samping Lo..
Tapi Lo gak mau cerita sama gua vano."

" Raaaa sadar raaaa gak boleh gini istighfar Ra." GIa tak henti nya menangis mengingat semua nya .

" Giiii , gio ningalin gua setelah dia bilang cinta sama gua giiiiiiaaaa .....hiks gio ninggalin gua untuk selama-lamanya ."

Mereka semua menunggu operasi vano " bos Lo harus kuat, Lo harus sembuh kita gak mau kehilangan Lo." Cemas Devan sambil menangis.

" Akhhh gua gak pernah tau kalau dia sakit sampe separah ini."

" Sahabat apaan gua akhhh ." Galang memukul diri nya sendiri sangat kesal.

Ara, gia Devan dan Galang beserta yang lain nya, menunggu penuh harap supaya operasi ini berjalan lancar.

Setelah berjam-jam menunggu akhirnya dokter pun keluar....

" Mohon maaf operasi ini gagal ."

" Deg....."???

"Kau berhasil menipu ku dengan semua senyum dan tawa mu
Hingga aku terjebak di antara luka dan kepergian mu."

Vano PraditiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang