"Araaaa......hellow my istri ku." Teriak vano mencari Ara.
" Jan teriak-teriak vano gua gak budeg."
" Ra ...gua mo izin ya hari ini abang pulang telat, mo mencari nafkah untuk hidup kita." Ucap vano sok puitis.
" Anjg dah kek suami Indosiar Lo, yang main filem azab."
" Oghey gua pulang telat, biasalah mo kelayapan." Ucap nya tersenyum dengan alis di naikan satu.
" Iyadeh iya, gua jga mo kerumahnya gia bentar mo nonton little mom oghey."
Terjadilah kesepakatan dua belah pihak antara mereka berdua.
" Eh bang, Lo udah ada." Ucap vano terkejut yang melihat gio sudah sampai di rumah sakit.
" Gua gak akan ninggalin Lo, apalagi di saat sekarang." Ucap gio tersenyum sangat tulus.
Hari ini adalah hari di mana vano akan menjalani kemoterapi karna saran dokter kalau tidak penyakit vano akan semakin menyebar.
Mereka berdua memasuki dokter yang sudah bertahun-tahun mengobati vano.
" Bang, biaya nya besar banget gak usah aja ya." Pinta vano memikirkan semua biaya.
" Lo jangan mikirin apa-apa pokok nya lo harus sembuh soal biaya gak usah di pikirin biar gua yang cari." Ucap gio meyakinkan.
Vano pun mengangguk setuju rasa sakit menjalar di seluruh tubuh nya namun vano tetap tersenyum ke arah gio.
Gio yang tak tega pun meneteskan air mata nya .
" Gua tau Lo kuat." Ucap gio sambil tersenyum paksa.
Hari sudah mulai gelap, akhirnya vano selesai dengan kemo nya.
Gio memapah vano dengan hati-hati.
" Makasih dah berjuang." Ucap gio sangat tulus.
Vano pun kembali kerumah seolah-olah tak terjadi apa-apa.
" Hey istri dah pulang." Ucap vano bersemangat, padahal semua badan nya serasa mati rasa.
" Wah kadal udah dong."
" Tu bibir pucat amat, Lo sakit ya
Apanya yang sakit?
Di mana yang sakit?
Demam?"" Whahhaa lebay banget sih, ini cuma butuh kehangatan eakkk kehangatan yang itu Ra."
Sudah la, lebih baik Ara memasak dari pada meladeni manusia aneh di Depan nya.
" Whahhaa takut Lo ya." Teriak vano berjalan menuju kamar.
" Kuatkan lah hamba mu ini ya Allah." Ucap vano dalam sujud nya.
Setelah makan malam, vano dan Ara telah berada di kmar untuk tidur.
" Huek." Vano dengan cepat berlari ke arah kamar mandi.
" Van Lo kenapa, Lo hamil ya." Teriak Ara dari luar kamar mandi hawatir.
Vano pun keluar dalam kamar mandi, efek setelah kemo sangat terasa baginya.
" Lo nge hamilin gua Ara, tanggung jawab gak nih."
Ara pun menarik vano dalam dekapan nya.
" Tidur ya, semoga Lo gak kenapa-napa." Ucap Ara sambil mengelus rambut vano.
Mentari telah memancarkan sinar nya, begitupun dengan mereka berdua telah terbangun dari tidurnya.
" Vannnnnnn kok rambut Lo rontok sih." Kejut Ara melihat rambut di sisir yang sangat banyak tidak seperti biasanya.
" Noh gara-gara Devan salah bagi minyak rambut, gua alergi Ra." Bohong vano.
Ara pun mengangguk percaya.
Setelah sampai di sekolah gio langsung menarik tangan vano .
" Ko apa-apa an sih kok Lo sekolah." Kesal gio .
" Bosan bang, nanti Ara curiga." Ucap nya santai.
" Helowwww lihat lah, manusia tertampan di bumi sudah datang." Ucap vano penuh semangat kepada semua orang di kelas .
" Lihatlah manusia termanis juga sudah sampai." Sambung Devan dari belakang vano.
"Kelihatan nya, gua sendiri yang sehat." Ucap glang tersenyum.
"Manusia itu berubah-ubah, kita gak bisa jadiin orang lain sebagai rumah. Berdamai lah kepada diri sendiri karna rumah terbaik hanyalah dirimu sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vano Praditia
Short StoryPecinta broken home yaudah baca;) Ara berjalan kesetiap ruangan melihat tempat di mana dia tidur bersama dengan vano " Lo tega ninggalin gua sendiri di kerapuhan gua Van." Ara mengambil gunting di meja dan melihat ke arah cermin "Gua udah gak punya...