Bab.27

3.6K 292 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hamil di luar nikah tu pasti!"

"Sayang ya cantik-cantik jadi wanita simpanan!!"

"Dasar murahan?"

"Kekurangan uang Lo sampe jadi wanita simpana"

"Tinggal satu apartemen sama cowok? Open BO Lo ha?

Ara mendengar semua itu, tatapan sinis di layangkan semua orang untuk nya. Ara merasa bingung dengan semua pertanyaan dan hinaan yang mereka sampaikan " Gua salah apa?" Hati Ara berdetak tak karuan dan pergi begitu saja menuju kelas nya.

Coretan demi coretan dia temukan di kursinya semua sudah penuh dengan Hinaan.
Entah apa yang terjadi Ara juga bingung.

Gia berjalan menuju Ara "Gua kecewa sama Lo Ra! Gua gak nyangka Lo begitu?" Tanya nya lagi.

"Gi! Gua gak paham sama semuanya. Gua gak ngerti dengan apa yang mereka semua bilang jelasin GI?" Pinta Ara memohon. Kecemasan menghantui Ara saat ini.

"Vidio Lo lagi gandengan pulang bareng smaa vano! Tinggal bareng sama vano kesebar satu sekolah? Puas Lo paham ."

Ara mematung sejenak, siapa yang menyebarkan semua nya. Pikiran Ara tertuju langsung ke salsa. Ara berlari untuk mencari salsa namun tangan nya di tahan sama gia.

"Sebegitu gak penting nya gua? Sampe masalah sebesar ini Lo gak cerita?" Ucap gia dengan nada kesal.

"Gua akan jelasin semuanya tapi gak sekarang. Lo ikut gua." Ara menarik tangan gia Mata nya langsung tertuju ke Mading sekolah. Merobek semua Poto diri nya dan vano.

"Gimana kejutan ny ? Seru gak?" Satu bisikan terdengar di telinga Ara, Ara langsung memandang salsa dengan tatapan hina.

"Gak usah ikut campur sa! Gak usah Macam-macam!" Teriak Ara kesal merobek semua Poto dan melemparkannya ke arah salsa.

"Kalau gua gak dapatin vano. Lo juga gak bisa Ra." Balas salsa tak kalah kuat.

"Sadar sa! Sadar di dunia ini bukan semua nya tentang Lo? Gua tau Lo juga gak baik-baik aja?! Tapi stop cari kesibukan gangguin gua sa?"

Ucapan Ara membuat tubuh salsa langsung luruh begitu saja di lantai, semua orang menonton percakapan mereka.

Ara ikut berjongkok ke arah salsa " Lo boleh marah dengan semua yang terjadi sa? Lo boleh marah sama ke adaan. Gua juga tau Lo gak mau hidup Lo kayak gini gua tau kok sa."

Tangan salsa dengan cepat naik menutup telinganya. Menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat.

"Gua tau semua nya sa! Gua sering liat Lo minum obat penenang. Gua juga tau Lo rapuh tapi sadar sa. Ngambil milik orang itu gak akan bikin Lo tenang." Jelas Ara sekali lagi memeluk salsa.

"Tapi jangan pernah seret orang yang gak bersalah. Kedalaman permasalahan Lo ."

"Lo nyakitin gua yang gak tau apa-apa sa. Cari penguat Lo sa dan belajar ikhlas dengan keadaan."

"Lo hancur! Gua juga. Lo ngalamin hidup yang berat karna papa Lo pergi selingkuh. Dan mama Lo nikah lagi dan Lo selalu ngerasa gak di anggap dan mencari perhatian ke orang lain sa."

"Gua gak pernah nyalahin Lo dengan semua yang terjadi. Kita sama-sama Korba sa." Air mata salsa mengalir begitu deras dia memeluk kuat Ara. Orang yang ada di sana pun menatap iba kepada mereka berdua.

"Raa.. maafin gua Ra. Gua udah nyakitin Lo gua gak pantes jadi sodara Lo." Ucap salsa dalam tangisnya.

Ara menundukkan kepalanya. Ternyata menerima kenyataan tidak sepahit yang dia kira.

"Belajar menerima semua nya. Dan Lo akan paham sa. semua orang pasti pernah ngalamin hidup yang berat." Salsa memeluk Ara lebih erat semua orang memandang haru dan ikut menangis.

Vano membantu Ara untuk berdiri senyum lebar terbit di wajah vano. Bangga mendengar semua yang Ara ucapkan.

"Kalian stop bilang Ara wanita gak benar. Karna Ara itu istri gua paham! Wajar kan kalau orang udah nikah tinggal satu atap."

Kabar yang di berikan vano menghebohkan satu sekolah mereka merasa bersalah dengan omongan yang gak tau benar atau enggak.

Gia berlari meninggalkan semua kerumunan merasa gak di anggap seperti orang bodoh yang gak tau apa-apa.

Ara mengejar gia memeluk nya " GI maafin gua. Kadang gua gak tau mau cerita dari mana nya."

Gia membalas pelukan Ara " gua sekarang ngerti Ra. Gak semuanya harus di ceritakan gua paham kok ini sulit."
Gia pun tersenyum sambil memeluk Ara.

"Sudah di tampar ketidak pastian, masih aja menggenggam sebuah harapan."

Vano PraditiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang