"Sanghyeon, kau sedang apa? Kenapa kau tidak tidur?"
Wanita telanjang itu berjalan menghampiri jendela kamar hotel sambil merapikan rambutnya yang berantakan. Kemudian, wanita itu meletakkan bokongnya di pegangan kursi tempat Sanghyeon sedang duduk dan memeluk kepala Sanghyeon.
"Apa kau tidak tidur dari tadi? Apa yang sedang kau pikirkan?"
Wanita itu melirik laptop yang ada di atas meja. Awalnya ia berpikir bahwa Sanghyeon sedang menulis untuk buku barunya, tapi ternyata layar Microsoft Word yang terbuka itu masih bersih. Latar kertas kosong berwarna putih yang memenuhi layar tampaknya seperti ingin menonjolkan keberadaan kursor yang berkedip-kedip dengan penuh kesendirian.
Sanghyeon kembali menolehkan kepalanya yang tadinya tenggelam di tengah dada besar wanita itu ke arah jendela. Melalui sela-sela tirai yang terbuka, terlihat cahaya fajar berwarna kebiruan yang mulai muncul di luar jendela.
"Coba kau sebutkan satu tempat yang muncul di kepalamu."
Mendengar permintaan Sanghyeon yang tiba-tiba, mata wanita itu pun membesar dan ia menatap Sanghyeon. Pandangan Sanghyeon yang kabur menandakan bahwa pikirannya tidak berada di sini, tapi di tempat lain.
"Hm. Tempat yang muncul di kepalaku, ya...."
Wanita itu berpikir sejenak, kemudian akhirnya memberi jawaban.
"Rumah nenekku di desa?"
"Tempat itu seperti apa?"
"Hm.... Hanya suatu rumah di desa."
"Bagaimana dengan pemandangan di sekitarnya?"
Mendengar pertanyaan Sanghyeon yang aneh, wanita itu memiringkan kepalanya pertanda bingung. Namun, ia tetap menjawab pertanyaan Sanghyeon itu dengan mantap.
"Meski sekarang sudah ditutup, dulu di samping pagar rumah nenekku ada sebuah aliran sungai kecil. Sebelum sungai itu ditutup, kalau ada mobil yang diparkir di antara pagar rumah dan sungai kecil itu, mobil lain tidak akan bisa lewat. Maka dari itu, ayahku selalu keluar untuk memindahkan mobil setiap kali dia mendengar suara klakson mobil di luar, bahkan ketika dia sedang makan sekalipun.
"Ada halaman kecil dengan dua pohon kesemek dan di halaman belakang juga ada sebuah kebun. Waktu itu aku dimarahi oleh Nenek karena mengambil dan makan tomat dan mentimun dari kebun Nenek. Oh, ya! Ada bagian yang paling kuingat dari rumah nenekku. Kamar mandi yang kuno! Benar-benar! Luar biasa mengerikan! Dulu aku berusaha dengan keras untuk tidak melihat ke arah lubang yang gelap dan bau di kamar mandi itu. Rasanya, seperti akan ada sebuah tangan yang muncul dari lubang itu dan menawarkan tisu warna merah atau biru kepadaku."
Dada wanita itu bergoyang-goyang ketika ia tertawa. Sanghyeon menatap dada wanita yang putih itu. Kemudian, ia kembali bertanya dengan suara sedikit melengking.
"Bagaimana dengan keadaan di dalam rumahnya?"
"Hm. Rumahnya itu hanya rumah kuno sederhana dengan dua kamar, di luar kedua kamar ada karpet untuk tempat duduk dan di sampingnya ada dapur yang kuno juga. Di kamar yang kecil selalu ada benda-benda seperti cabai, sayuran, rempah-rempah, serta kacang kedelai yang difermentasikan sehingga aku jarang masuk ke sana karena tidak tahan dengan baunya. Sementara itu, kamar utama dipenuhi dengan berbagai macam barang.
"Nenekku tidak terlalu rapi. Ada satu lemari, satu jendela kecil, dan satu pintu geser yang kacanya sudah usang. Di depan pintu, ada sebuah telepon yang sangat berdebu. Di tembok dekat telepon itu, ada nomor telepon rumahku yang ditulis besar-besar.
"Di dinding rumah Nenek, ada sebuah kalender yang sepertinya didapatnya dari kuil, juga ada foto-foto lama yang dipajang di sana. Selain itu, ada juga selimut bulu berwarna merah yang memancarkan aroma Nenek yang khas, televisi cembung yang layarnya buram, serta sesuatu yang tampak seperti radio rusak...."
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Secretary Kim? | TAEJIN [END]
FanfictionKim Taehyung, Pria narsistik serba bisa ini adalah Wakil Presiden Yeontan Grup terkenal dengan ketampanannya. Hidupnya berjalan tanpa rintangan berkat bantuan sekretaris pribadi yang selalu siap siaga dan menyediakan kebutuhannya. Sosok pria manis...