"Sepertinya orang sibuk seperti Anda tidak perlu sampai memberi perhatian sebanyak ini."
Mendengar kata-kata yang diucapkan Seokjin sambil tersenyum manis itu, Taehyung makan sambil menggunakan pisau dan garpunya dengan elegan dan menjawab Seokjin dengan nada serius.
"Kau tahu dengan baik rupanya. Aku ini sangat sibuk sampai sampai aku tidak punya cukup waktu untuk bernapas. Tapi, aku mempersiapkan makanan ini untuk ulang tahunmu. Jadi, pikirkanlah perjuanganku itu dan makanlah semuanya sampai habis sebagai tanda terima kasih."
Biasanya, Seokjin pasti akan mengomel jika mendengar kata-kata Taehyung itu, tapi kali ini Seokjin hanya tersenyum kecil, lalu mengangkat bahunya dan tidak mengatakan apa-apa pada Taehyung.
Melihat respons yang tidak seperti biasanya dari Seokjin, Taehyung melirik Seokjin. Namun, Seokjin tidak menyadari hal itu karena ia sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Taehyung menaruh pisau dan garpunya, lalu mencuci mulutnya dengan sampanye non-alkohol.
"Ada apa?"
"Hm?"
"Apa ada sesuatu yang terjadi?"
"Tidak, tidak ada apa-apa."
Meskipun Seokjin menjawab seperti itu, sesungguhnya memang ada sesuatu yang terjadi.
Beberapa hari yang lalu, saat Seokjin kembali ke Korea setelah mendampingi Taehyung pada perjalanan bisnisnya di Tiongkok, Seokjin menerima sebuah telepon yang sama sekali tidak ia prediksi sebelumnya.
Seokjin mendapat telepon dari orang yang tidak ia kenal ketika ia menuju ke kamar kecil saat menunggu koper bagasinya turun dari pesawat. Orang itu mengatakan bahwa dirinya adalah penanggung jawab sebuah perusahaan pinjaman dari luar negeri yang iklannya sangat sering muncul di papan iklan halte bus atau di pinggir jalan.
Tadinya, Seokjin ingin langsung menolak dan menutup teleponnya karena ia mengira bahwa itu hanyalah telepon promosi. Namun, orang di telepon itu menyebutkan nama ayah Seokjin dengan jelas dan tegas.
Seokjin mendengarkan perkataan orang itu panjang lebar tentang jumlah uang yang awalnya dipinjam oleh ayahnya, lamanya ayahnya menyembunyikan hal ini, serta jumlah bunga yang harus dibayarkan, tapi Seokjin tidak ingat hal-hal itu. Satu-satunya hal yang bisa Seokjin ingat dengan jelas adalah uang yang harus ia bayarkan sekarang berjumlah tiga puluh juta won.
Sebenarnya, bukan berarti di rekening Seokjin tidak ada uang. Sepertinya di rekening banknya ada sejumlah uang tepat tiga puluh juta won. Namun, itu adalah jatah Nuna tertuanya, Min Shil, yang tanggal jatuh tempo pembayaran pinjamannya sudah di depan mata.
Sementara itu, Nuna kedua Seokjin, Min Ah, sedang berusaha keras dengan bekerja paruh waktu di luar kota karena rumah sakit tempat bekerja sebelumnya terkena masalah dan sudah tidak bisa membayar gaji Min Ah selama dua bulan.
Seberapa kerasnya Seokjin berpikir, rasanya tidak ada jalan keluar bagi masalah ini. Di hari ulang tahunnya ini, Seokjin sedang makan di restoran Prancis Yeontan Hotel yang memiliki tiga bintang dari Michelin. Namun, meski makanan bertabur bubuk emas disajikan oleh koki ternama untuknya, tetap saja tidak bisa masuk ke kerongkongan Seokjin dengan mudah.
"Benar tidak ada apa-apa?"
"Iya."
Taehyung tidak bertanya lagi, tapi menunjukkan rasa tidak nyamannya dengan cara mengerutkan keningnya.
"Hmm."
Taehyung menatap makanan yang masih utuh di atas piring Seokjin, lalu mengusap-usap dagunya perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Secretary Kim? | TAEJIN [END]
FanfictionKim Taehyung, Pria narsistik serba bisa ini adalah Wakil Presiden Yeontan Grup terkenal dengan ketampanannya. Hidupnya berjalan tanpa rintangan berkat bantuan sekretaris pribadi yang selalu siap siaga dan menyediakan kebutuhannya. Sosok pria manis...