24 : terus bersama

722 62 7
                                    

Selama diperjalanan menuju rumah Nenek Sherina, mereka berdua terdiam. Mungkin saja Sherina kecapekan dan Arvin yang fokus mengendarai motor, juga membiarkan Sherina istirahat.

Berbeda dengan perjalanan sebelumnya, kali ini Arvin tak boleh sampai kehilangan mobil orang tua Sherina, omong-omong di dalam sana juga ada orang tua Arvin.

Sebenernya, Arvin kalau disuruh pilih mau naik mobil atau motor, jelas jawaban Arvin naik mobil. Dia bisa tidur tanpa harus menahan pegal. Tapi mengingat gadisnya tak terlalu menyukai mobil, ia pun membawa motor agar gadisnya senang.

Terpaksa? Tidak sama sekali. Bukan masalah besar jika dia pegal, yang penting Sherina senang.

Tak tahu sudah dari kapan Arvin sudah sesayang ini dengan Sherina. Arvin sekarang mencoba untuk terbuka kepada Sherina sebagaimana Sherina terbuka sama Arvin. Arvin juga terkadang meminta saran kepada Brian atau Langit bagaimana caranya membuat gadis yang ia sukai nyaman kepadanya.

Sebesar itu rasa sayang Arvin namun ia lebih memilih untuk tak terlalu mengumbarkannya. Terserah mau bilang Arvin budak cinta atau apa, Arvin tak peduli.

"Aripin?" Fokus Arvin buyar saat mendengar Sherina memanggilnya.

"Iya?" sahutnya.

"Mau tukeran gak? Aripin capek kan pasti. Biar bisa ngebut juga, kalau ngikutin mobil Papa gak bakal cepet," tawar Sherina membuat Arvin berpikir sebentar.

Sebenernya tak masalah jika mereka bertukar, namun bukan kah akan aneh jika laki-laki dibonceng oleh perempuan?

"Gak usah ngerasa aneh kali kalau Sherin bonceng Aripin! Emang kenapa sih? Udah ah cepet minggir, biar Sherina yang nyetir!" paksa Sherina menepuk-nepuk pundak Arvin.

"Iya, Sherin. Berhenti mukulin aku," balas Arvin gemas dan menyalakan lampu sen kiri untuk menepi.

Setelah menepi, Arvin pun menyetandarkan motornya dan bangun dari jok, diikuti oleh Sherina.

"Ngantuk gak?" tanya Arvin memegang pipi Sherina menekan pipi Sherina dengan gemas.

"Enggak ngantok!" jawab Sherina sebal. Arvin pun terkekeh dan mempersilahkan Sherina untuk naik di bagian jok depan.

Setelah itu pun Sherina naik, dan diikuti oleh Arvin yang duduk di jok belakang.

"Pin, pegangan deh," titah Sherina membuat Arvin mengernyit heran.

"Pegangan dimana?"

"Dimana kek!" jawab Sherina tak sabaran. Arvin yang bingung pun berpegangan pada pundak Sherina.

"Sip, meluncur!" seru Sherina dan langsung menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi.

"Sherin, pelan-pelan woi!" tegur Arvin yang tentu saja diabaikan oleh si gila kecepatan Sherina.

Ya sudah lah, Arvin hanya bisa pasrah.

📚📚📚📚📚

"Nyampeee!" seru Sherina senang dan turun dari motornya. Ia pun menengok ke arah Arvin dan tertawa puas melihat keadaan baju Arvin yang berantakan.

"Yee, puas ya lo," ucap Arvin tersenyum kecil lalu mencubit hidung Sherina.

"Aw!" ringis Sherina menatap sebal kearah Arvin.

Tak lama kemudian datang lah mobil Devano, Arvin dan Sherina langsung menyingkir agar Devano bisa memarkirkan mobilnya dengan benar.

"Heh, Sherina!" teriak Natasha yang baru datang langsung menjewer telinga Sherina.

"Aw! Mama, sakit! Aduh, lepasin ih!" ringis Sherina memegang telinganya, takut lepas.

DIJODOHINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang