9 : deeptalk

535 77 1
                                    

Sherina menghela nafasnya lelah, sungguh lelah dengan perjodohan ini. Bukan karena ia tak suka dengan Arvin melainkan bingung dengan perasaannya sendiri.

Jika ditanya dirinya menyesal atau tidak, tentu saja jawabannya tidak. Mungkin memang Sherina yang terlalu kekanak-kanakan namun ingin menghilangkan sifat itu juga bukan suatu hal yang mudah.

"Kalau dia ternyata gak jatuh cinta ke gue gimana, ya?" tanyanya sedih.

"Gue kan udah jatuh cinta gini, masa jatuh cinta sendiri?"

Alunan musik galau terdengar. Sengaja Sherina setel agar suasana galaunya semakin terasa. Biarkan saja tetangga terganggu, Sherina sedang gundah sekarang.

Sedang asik-asiknya melamun, suara musik yang terganti menjadi nada derinh telepon pun membuat Sherina berdecak sebal.

"Caelah siapa sih! Ganggu aja," gumamnya mengangkat telepon tersebut.

"Halo, kenapa? Orang gila kali lo nelpon gue malem-malem? Ini tuh jam rawan! Jam yang pas untuk gue galau!" celotehnya sebal.

"Galauin siapa?"

"Galauin siapa lagi selain Arvin," jawab Sherina mencibir kesal.

"Terharu banget gue di galauin sama lo."

Sherina mengernyit aneh lalu melihat nama kontak seseorang yang menelponnya. Ia melotot tak percaya, tertera nama Arvin disana.

"Kenapa sih, Vin?" tanya Sherina mengalihkan topik. Takut Arvin membahas perihal galau tadi. Sungguh bodoh, mengapa ia tak sadar ya jika itu suara Arvin?

"Mau aja nelpon lu, gak boleh?"

"Boleh, Vin. Ke Alisya kalau bisa."

"Sher, jangan cemburu ke Alisya."

"Kalau lo ngeliat gue jalan sama cowok, lo bakal gimana?" tanya Sherina menantang.

Cukup lama Arvin terdiam sampai suaranya terdengar lagi untuk menjawab pertanyaannya, "Cemburu, tapi bisa gue toleran kalau alasannya logis."

"Ya udah. Kasih gue alasan kenapa gue dilarang cemburu semisal lo lagi sama Alisya," cerca Sherina.

"Karena itu konyol? Gue sama Alisya cuma rekan dan gak akrab."

"Yang menurut lo akrab itu gimana sih, Vin? Lo pikir sekali doang lo makan bareng sama Alisya? Dia yang sekedar rekan aja sering makan bareng, sedangkan gue?"

"Sosok gue ini di hidup lo ada gak sih? Lo sadar 'kan kalau gue ini hidup? Kalau mau buka hati untuk gue, pastiin dulu siapa yang ada di hati lo," papar Sherina lalu meraup wajahnya.

Sialan, ia malah kelepasan.

"Sherina." Panggil Arvin di sebrang sana.

"Kenapa? Mau jawab apa?" tantang Sherina.

"Lo percaya sama gue?"

"Percaya, Vin. Tapi gue butuh kejelasan hubungan lo antara Alisya itu apa," lirih Sherina.

Terdengar suara helaan nafas dari Arvin membuat Sherina juga ikut lelah. Kenapa ia menjadi emosional seperti ini ya? Padahal karena masalah sepele, perihal tentang postingan instagram Arvin. Masalahnya bisa sebesar ini, sampai ia bertengkar dengan Arvin.

"Sherina, gue gak tau lo bakal anggep ini bullshit atau gimana. Perkataan gue kemarin tolong dipercaya, gue beneran serius tentang perjodohan ini. Gue serius tentang lo. Tapi gue gak begitu tau tentang perempuan, Sher. Jadi gue minta tolong untuk kasih tau kesalahan gue dimana. Jangan kayak tadi siang yang ngehindar. Kalau ada tingkah gue yang nyakitin lo, lo bisa mukul gue."

"Sherina, segala tentang lo itu ada, Sher. Gue sadar kalau calon tunangan gue itu lo, bukan perempuan lain. Tunggu sebentar, ya? Tunggu masa jabatan gue abis, habis itu gue akan jauh-jauh dari Alisya."

"Maaf kalau ngelunjak, tapi tolong tunggu ya."

"Pasti ditunggu, Arvin."

DIJODOHINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang