18 : random

433 59 4
                                    

"SHERINA, BANGUN HEH!"

"Hah! Ada apaaaa? Jangaaan!" teriak Sherina panik menatap keliling dengan cemas.

"Apaan dah kek di sinetron aja lu!" Tawa Rafael pecah melihat tingkah laku si bontot.

"Apa sih Abang ini?" Karena gemas, ia pun memukul gemas perut Rafael sampai pemuda itu terduduk menahan sakit.

"Mood gua lagi bagus, jangan lu rusak dong!" geram Sherina menatap sengit kearah Rafael.

"Ya jelas lah mood lo bagus. Kemarin 'kan habis peluk-pelukan sama Arvin," sindir Rafael lalu tertawa mengejek.

"Bawel ah, Bang!" Untuk menutupi rasa salah tingkahnya pun Sherina berlari keluar kamarnya menuju ruang keluarga.

"SELAMAT PAGI PAPA, MAMA, TETEH, DAN ARVIN!" sapanya semangat begitu melihat keluarganya tengah berkumpul diruang keluarga.

"Bentar, tadi gua nyebut siapa?" gumamnya memiringkan kepalanya lalu menatap persatu anggota keluarganya.

"Papa, Mama, Kakak, Arvin .... Dih, kok Arvin ada disini?" seru Sherina saat sadar. Asa Arvin tengah berbincang dengan Devano.

"Sherina, masih pagi," tegur Devano menatap tajam kearah Sherina.

"Tau ih! Tapi ini mahluk kenapa ada disini?" tanyanya lagi menjambak rambutnya frustasi.

"Jemput kamu lah, ngapain lagi emang?" jawab Natasha sewot.

Bola mata Sherina melotot sempurna menatap
Natasha dengan tatapan tak percaya. "KOK MAMA SEWOT SI? KAN SHERIN NGOMONG NYA BI—" Belum selesai Sherina berteriak, namun mulutnya sudah dibekap lebih dulu oleh Arvin.

"Sherina, ini masih pagi," tegur Arvin lembut.

Sherina mendengus. "Iya, bawel!"

"Giliran dibilangin sama Arvin aja diem tuh mulut." Tiba tiba dari arah belakang Rafael datang dengan rambut yang masih basah.

"Ngikut aja Abang ini!" sungut Sherina menatap sebal ke Rafael.

"Berisik lo berdua, Bang, ayo anterin Clara," ajak Clara menatap ke arah Rafael.

"Dih apa-apaan? Ogah. Gua baru selesai mandi udah kena polusi aja. Sama Papa aja sana," tolak Rafael mentah-mentah.

Clara pun mendengus sebal dan menatap Devano dengan pandangan memohon.

"Duh Ma, Papa ada meeting mendadak ni. Papa duluan ya. Rafael jangan lupa anterin Clara ya. Vin, Om titip Sherina. Kalo dia bandel cubit aja gapapa," pamit Devano tak lupa mengecup kening istrinya lalu pergi keluar rumah.

"Iya, hati-hati! Semangat kerjanya, ganteng!" seru Natasha tersenyum manis sembari melambaikan tangannya.

"TOLONG YA MAK DAN BAPAK, DISINI ANAK MUDA LIAT NYA ENEK!" teriak Sherina lelah, lelah dengan kelakuan keluarganya.

Natasha tertawa puas melihatnya. "Iri bilang aja," goda Natasha.

"Ngapain iri? Sherin juga bisa kok kayak gitu sama Arvin!" balas Sherina tak mau kalah. Sedetik kemudian dia sadar dengan apa yang diucapkannya  lalu jongkok dan mengacak rambutnya. Sungguh memalukan.

"Anjing, ngomong apaan gua?" batinnya malu.

"Buset, gragas amat lu, Dek!" ejek Rafael tertawa puas.

Sherina bertambah malu karena mendengar ejekan dari Rafael dan suara tertawa Natasha yang terdengar begitu puas.

"Stop bully aku! Udah, Sherina sama Arvin mau berangkat! Ayo, Pin!" ajak Sherina menarik tangan Arvin untuk berangkat ke sekolah.

Arvin yang ditarik hanya bisa pasrah dan tersenyum sembari membungkukkan badannya bermaksud untuk pamit.

Saat sudah berada di halaman depan, Sherina terkejut melihat mobil Arvin yang terparkir rapih.

"Loh? Tumben bawa mobil?" tanya Sherina.

"Lagi panas," jawab Arvin lalu menengok ke arah Sherina.

Arvin menatap tajam Sherina. Ia melihat dari atas sampai bawah membuat Sherina reflek menutup dadanya menggunakan tangan.

"Aripin! Mata mu itu loh!" seru Sherina panik.

Arvin menggeleng. "Sher itu ..."

"Apa? Mesum kan lu!" tuduh Sherina melotot.

"Engga ..."

"MAMA SI AR–" Ucapan Sherina berhenti akibat tangan Arvin langsung membungkam mulut Sherina lagi.

"Diem dulu, Sher. Lo liat penampilan lo. Yakin mau ke sekolah dengan keadaan kaya gitu?"

"Iler dimana-mana, rambut acak-acakan, muka buluk. Udah kaya gembel," lanjut Arvin lalu melepaskan tangannya dari mulut Sherina

Sedangkan Sherina yang mendengar itu langsung melotot, ia baru ingat! Dia kan belum mandi! Berarti daritadi Arvin melihat keadaannya yang gembel dong?

"Aripin, kenapa ga bilang dari tadi?" cicit Sherina menundukkan kepalanya menahan malu.

"Tunggu, ya? Mau mandi dulu." Baru saja Sherina ingin pergi, namun tangannya sudah dulu dicekal oleh Arvin.

Arvin terkekeh. "Tetep lucu kok," pujinya membuat Sherina tersenyum namun berusaha menahannya.

"I ... ih apa si lu? Bisa nya bikin baper doang! Ngasih kepastian mah enggak!" gerutu Sherina untuk menutupi rasa gugupnya.

"Gak ngasih kepastian gimana, Sherina? Yang kemarin bukannya udah jelas?" Arvin menaikkan satu alisnya. Sungguh, Sherina sudah ingin pingsan melihat wajah tampan itu.

Sherina membuang muka ke arah lain. "Berisik! Gue mau mandi," ucapnya lalu kembali masuk ke dalam rumah.

"MAMAA, SHERINA LUPA MANDI TERNYATA!" adunya sambil lari ke arah kamarnya.

"Jadi anak kok bego banget si Sherina?!"

Arvin yang mendengar suara Sherina pun tergelak, sungguh lucu gadisnya itu. Ia pun menunggu Sherina dengan duduk di bangku yang tersedia di teras rumah Sherina.

Setelah menunggu selama 20 menit, Sherina pun keluar dengan penampilan yang sudah rapih.

"Udah nih! Ayo!" ajak Sherina lalu Arvin pun mengangguk. Keduanya berjalan bersama menuju mobil Arvin lalu laki-laki itu masuk terlebih dahulu.

"Loh, Kak? Ga ada niatan kaya di drama-drama gitu?" sebal Sherina namun tak dibalas oleh Arvin.

"Cih, balik lagi nih sifat patung nye," batin Sherina kesal.

Arvin membuka jendela mobil nya. "Ngapain disitu? Gak mau masuk?" tanyanya heran.

Sherina menatap Arvin kesal. Sungguh sangat menyebalkan jika Arvin sudah kembali ke orang yang tidak peka.

"Masuk kok, santai aja dong!" ketus Sherina.

Dengan gerakan cepat, Sherina masuk ke dalam mobil lalu menutup pintu mobil dengan keras.

Arvin menggelengkan kepalanya. "Kalau mobil gua rusak, ganti ya?"

"Caelah gampang! Mau berapa mobil? Satu? Dua? Atau lima? Gue kasih!" sahut Sherina sombong.

"Emang punya duit?" tanya Arvin meremehkan.

Sherina menatap Arvin datar. "Jelas engga! Ntar gue ngepet dulu."

"Aripin yang jadi babi nya ya," lanjutnya lalu tertawa puas.

Arvin menjalankan mobilnya, melirik Sherina sebentar. "Gak usah ngepet. Kalau udah waktunya juga gue yang nafkahin lo," celetuk Arvin yang membuat Sherina terdiam.

"Apa sih lu, ga jelas banget!" Pipi Sherina menggembung, membuat Arvin yang melihat nya sedikit gemas.

"Gapapa, yang penting hubungan kita jelas."

"Ah apa sih," rengek Sherina sedangkan Arvin tertawa puas ketika berhasil membuat Sherina salah tingkah.

to be continued.
mohon dimaafkan bila ada kesalahan kata.

jangan lupa klik tombol bintang dan komen, terimakasih sudah membaca cerita kami 🌱

DIJODOHINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang