3 : calon istri baik

777 95 8
                                    

"SHERINA OLIVIA REESEEE! BANGUN LU, KEBO! UDAH JAM SETENGAH TUJUH INI!" teriak Natasha di depan tempat tidur Sherina dimana sang pemilik kasur tersebut masih tertidur dengan tenang tanpa terganggu sama sekali.

"Sherina, demi apapun bangun! Nanti kamu telat!" gemas Natasha sudah lelah. Tapi layaknya mayat, anak bontotnya itu masih saja tertidur dengan damai.

"Berisik banget sih kamu," celetuk Devano yang tiba-tiba berada di depan kamar Sherina. Natasha menengok kebelakang lalu mendecak kesal.

"Anak bontot mu susah dibanguninnya, Dev!" adu Natasha sambil menunjuk ke arah Sherina yang masih tertidur.

"Alah, bangunin dia tuh gampang," balas Devano lalu masuk ke dalam kamar Sherina. Ia duduk di pinggir kasur Sherina lalu mengelus kepala anaknya lembut.

"Sherina Olivia Reese, bangun atau Papa buang novel-novel kamu," ancam Devano sambil tersenyum jail.

Ajaibnya, tanpa butuh waktu lama, Sherina sudah membukakan matanya dan bangun, mengambil handuknya lalu masuk ke kamar mandi dengan cepat.

Natasha yang melihatnya melotot tak percaya. "Secepet itu?" heran Natasha menggeleng tak percaya.

"Gitu deh. Turun aja, yuk? Laper nih," ajak Devano dengan manja.

Natasha berdecih lalu berjalan duluan tanpa menunggu Devano.

"Heh, Natasha! Kok ditinggal sih?"

📚📚📚📚📚

"PAPA, SHERINA INI TELAAT!" teriak Sherina panik ke Devano. Sungguh Sherina begitu kesal pada Ayahnya itu. Dirinya sudah telat tapi Ayahnya ini malah memakai sepatu kerjanya dengan santai.

Padahal Sherina ingin membawa motor namun tak diberi izin karena takut terjadi apa-apa.

"Sabar. Papa berangkat ya!" pamit Devano lalu berjalan ke mobil meninggalkan Sherina.

Sherina mengikuti dari belakang sambil menggerutu. Gadis itu pun masuk kedalam mobil lalu menghadap ke arah Devano.

"Pa, ngebut yaa?" pinta Sherina dibalas dehaman oleh Devano.

Mengabulkan permintaan anak bontotnya, Devano pun mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Sherina ketar-ketir namun membiarkan karena dirinya benar-benar terlambat.

Mereka pun sampai di sekolah Sherina dengan waktu sepuluh menit saja. Sherina menghembuskan nafasnya lega lalu menatap sekitar. Gerbang sekolah sudah di tutup dan dijaga oleh anak OSIS.

"Papa, Sherin pulang aja ya?" cicit Sherina memohon sambil pasang muka melas.

"Gak ada bolos-bolos! Udah sana turun! Papa udah telat," usir Devano mengibaskan tangannya. Sherina cemberut dan turun dengan sangat amat terpaksa.

"Belajar yang bener yaa. Papa berangkat." Devano pun langsung pergi meninggalkan Sherina yang masih cemberut.

"Woi, kamu yang disana! Telat, kan?" teriak anak OSIS dari arah gerbang. Sherina mencibir kesal lalu membalikkan badannya. Terlihat anak OSIS yang sudah menatapnya lekat, apalagi para perempuan. Ingin rasanya Sherina mencekik mereka satu-satu.

Dengan rasa malas pun Sherina berjalan ke arah mereka sembari berkata, "Iya, saya telat."

"Yang sopan kalau ditanya! Seangkatan pasti. Jangan mentang-mentang seangkatan jadi bisa seenaknya!" bentak perempuan OSIS.

DIJODOHINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang