"Arvin pulang sama Sherin."
"Darimana aja kamu, huh?"
"Aw ... Kenapa si, Ma?" keluh Arvin mengusap jidatnya yang tadi dijitak oleh sang Mama.
"Tadi kamu udah pulang, terus langsung lari tiba-tiba saat Mama mu nanyain Sherina. Kamu ninggalin Sherina, ya?" tuduh Chandra menatap curiga ke anaknya.
Arvin terdiam dan menutup matanya, mencoba untuk mencari alasan yang bagus. Krena jika ia jujur bisa-bisa kedua orang tuanya akan mengomelinya habis-habisan.
"Kok diam? Bener ya kamu ninggalin Sherina?" desak Wendy berkacak pinggang.
"Iya—"
"Arvin gak ninggalin Sherin kok, Ma!" tukas Sherina tersenyum manis.
"Terus kenapa tadi Arvin dateng sendirian?" tanya Wendy penuh kecurigaan.
"Karna Sherin langsung kabur pas Arvin ngajakin bareng!" jawab Sherina diakhiri dengan cengiran canggungnya.
"Beneran?" tanya Chandra memastikan.
"Benerann, hehehe. I ... iyaa kan, Pin?" balas Sherina gugup dan mencubit pelan pinggang Arvin agar bisa diajak bekerja sama.
"Iya, bener," sahut Arvin membuat keempat orang tua disana mengangguk paham.
"Jadi makanya tadi kamu langsung lari keluar untuk nyari Sherina yaa?" goda Wendy. Sherina yang mendengarnya langsung terkikik dan menatap jail kearah Arvin.
"Oh, jadi Aripin ini khawatir sama Sherin yaaa?" Sherina ikut-ikutan menggoda Arvin. Dengan sengaja ia menyenggol bahu Arvin menggunakan bahunya.
"Ganti baju sana, nanti masuk angin." Arvin pun langsung berlalu begitu saja dengan telinga yang sedikit memerah akibat menahan malu.
"Oh iya, ayo kamu ganti baju dulu. Pakai baju Mama aja ya?" ajak Wendy lalu bangun dari duduknya dan menarik tangan Sherina untuk mengikutinya.
"Gapapa, Mama. Maaf ya ngerepotin," ucap Sherina mengusap kepalanya, merasa tak enak ke Wendy.
"Gak ngerepotin ih! Mama malah seneng ada anak gadis," balas Wendy dengan gemas menarik hidung Sherina.
Wendy menuntunnya untuk masuk ke sebuah kamar. Sherina langsung tahu jika ini adalah kamar tamu.
"Mandi dulu aja, ya? Mama cariin baju yang pas buat kamu," titah Wendy dijawab anggukan mengerti oleh Sherina. Setelah itu, Wendy pun langsung keluar dari kamar tamu dan menyisakan Sherina seorang diri.
"Ini kamar tamu kayak ada yang nempatin," gumam Sherina melihat-lihat kamar tersebut.
Sudah tak peduli dengan kamar ini, Sherina pun langsung berjalan menuju kamar mandi yang ada didalam kamar. Namun saat mencoba masuk, pintu kamar mandi terkunci.
"Kok dikunci sih? Biar orang gak masuk sembarangan kali ya?" heran Sherina lalu mencoba mencari-cari kunci kamar mandi tersebut.
Beberapa menit ia habiskan untuk mencari kunci tersebut, hasilnya nihil, ia tak menemukan apapun. Dengan kesal ia mengambil handuk yang digantung dan menaruh handuk tersebut diatas kepalanya.
"Dingin banget. Mama kenapa lama banget, ya?" gumam Sherina menggigil.
Tak lama terdengar suara kunci yang terbuka.
"Akhirnya Mama datang juga! Masa Sherina mau masuk ke kamar mandinya ga bisa ... LOH?"
"Ngapain ada disini?"
"Heh, Arvin! Udah Mama bilangin jangan make kamar mandi di ruang tamu!"
Ketiga orang tersebut saling memandang dengan perasaan yang sama-sama terkejut. Mereka adalah Wendy, Sherina, dan juga Arvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIJODOHIN
FanfictionNormalnya, jika kita dijodohkan kita akan menolaknya dengan keras kan? Apalagi jika dijodohkan dengan orang yang tidak kita sukai. Namun, gadis bontot ini malah mengajukan dirinya untuk dijodohkan. Gila? Memang, Sherina pun mengatai dirinya sendiri...