"Tidak ada yang berubah sama sekali, kota ini," kataku dengan suara lirih sambil terus menggeret koperku yang entah mengapa semakin terasa berat saja. Mungkin tenagaku yang menipis, bukan kopernya yang tambah berat.
Sore hari, berjalan melintasi kerumunan Tokyo beserta semua keunikannya—tempat merokok terpisah di pinggir jalan, mobil lalu lalang yang hampir semuanya sedan tahun lama, dan hampir semua orang berjalan—membuatku merasa ikutan hidup karenanya. Lalu lalang orang lewat dan lari membautku serasa ingin bergerak secepat mereka, dengan cara berpakaian yang enak dilihat mata; kasual minimalis, rapi dan modis.
Kulirik pakaianku hari ini. Baju lengan panjang heattech warna putih yang kumasukkan ke celana corduroy coklat bersabuk hitam, dan sepatu bot. Aku mengalungkan syal wol yang tak terlalu tebal warna cokelat muda untuk mengantisipasi udara yang mendingin. Selain itu, tas ransel warna merah tua dan satu koper ukuran M warna abu-abu metalik.
Perjalananku di sini hanya akan memakan waktu 7 hari, seharusnya barang-barang yang kubawa sudah lebih dari cukup. Karena cuaca dingin, mungkin aku tidak perlu berganti baju setiap hari, pikirku menerawang.
Sepanjang jalan, sambil menghindari kerumunan dan kadang-kadang berimpitan dengan orang lain saat melewati jalanan sempit yang dipenuhi penjaja makanan dan cendera mata, aku melihat ke sekeliling landscape kota ini sambil sebentar-sebentar merekahkan senyum.
Rumah-rumah berbentuk sederhana—kotak dan monoton, dengan cat dengan warna klasik: putih dan krem, atau warna earth tone lainnya yang sama sekali tidak mencolok, pohon-pohon yang dikotaki dengan balok bata, jalan raya yang bersih tanpa sampah sedikit pun, serta udara musim semi yang segar dan harum. Aroma yang sangat menenangkan, tidak bisa dituliskan dengan kata-kata.
Aku melihat ponsel, mengecek peta. Belum pernah bepergian ke mana-mana sendirian membuatku banyak mengandalkan mesin, entah mesin pencari atau mesin penunjuk arah. Dua kali penyeberangan dan aku akan sampai ke area hotel. Aku kembali menggeret koper dan suara rodanya yang berderak keras kembali terdengar.
Senyumku kembali merekah saat hendak menyeberang jalan. Para penyeberang menunggu lampu lalu lintas untuk berganti warna, lalu ketika warna hijau itu muncul dan berkedip-kedip seperti kelopak mata, suara yang ditimbulkan lucu sekali. Seperti suara anak ayam, seperti suara burung gereja di pagi hari.
Kyu Kyu. Kyu Kyu. Begitu terus diulang-ulang hingga warna hijaunya habis, dan kemudian mobil kembali melesat di jalanan yang bebas. Satu atau dua motor lewat, bukan motor bebek—motor gede, dengan suara meraung-raung yang membuat orang-orang menoleh.
Semua orang pun berjalan melintasi zebra cross dengan langkah cepat-cepat, mendahuluiku yang mulai kelelahan menggeret koper dan tubuhku sendiri. Perjalanan yang tidak mudah.
Setelah melalui satu penyeberangan lagi, aku sampai ke area Kuil Sensoji yang ternyata jauh lebih ramai daripada jalanan yang sebelumnya kulewati. "Cepat, Rosie, aku capek sekali," kataku pelan kepada diriku sendiri. Kupaksa langkahku dan suara roda koper kembali berderak.
Jalanan di sepanjang area Kuil Sensoji yang luas ini tidak rata, sehingga aku harus mengangkat koper beberapa kali demi menjaga kesehatan keempat rodanya. Selain tidak rata, terlalu banyak orang di sini. Mereka berfoto, mengobrol, berjualan keliling, bahkan foto pre wedding. Keramaian dan kepadatan yang mengingatkanku pada kota tempatku bertumbuh. Baru tadi pagi aku meninggalkannya. Apakah kamarku baik-baik saja? Apakah pekerjaanku ditangani dengan baik?
Pohon sakura di mana-mana, menggugurkan kelopak-kelopak bunganya ke udara dan jalanan. Aku terus berjalan menembus kerumunan sambil sesekali berhenti supaya tidak menabrak orang lain. Kadang menunduk, kadang memiringkan tubuh, kadang harus jalan di kiri, lalu pindah kanan. Benar-benar ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Twilight
Любовные романы[CERITA SUDAH TAMAT] Patah hati karena dikhianati oleh kekasihnya yang baru saja menikah dengan sahabat baiknya, Roselyne memutuskan untuk berlibur ke Tokyo dan berharap dapat menata hati. Sambil bercerita mengenai keindahan tentang Tokyo dengan sa...