Cara terbaik makan sushi bagiku adalah dengan menambah wasabi yang disembunyikan di balik nasi atau salmon. Tambahkan kecap asin, bubuk cabai, dan wijen, lalu celupkan bagian bawahnya saja, dan makan sekali suap. Wasabi yang tersembunyi tadi akan terasa meletup di lidah dan pedasnya langsung naik sampai ke hidung.
Sensasi yang mengerikan sekaligus menyenangkan.
Raka sebaliknya. Dia menikmati makanannya dengan cara yang paling klasik dan minimalis. Tanpa wasabi, hanya ujung daging salmon mentah yang dicelupkan ke kecap asin. Melihat cara makannya yang unik dan berbeda denganku, entah mengapa membuatku merasa semakin dekat dengannya.
Tadi sore aku merasa harus marah padanya—orang asing yang kurang ajar. Namun, setelah beberapa jam kemudian, orang asing yang kukira pria mesum itu kini duduk di sampingku, menyantap jenis makanan yang sama, dan menceritakan banyak hal padaku.
Kebetulan apa lagi yang alam ini hendak rencanakan padaku?
"Kamu mau coba sashimi-nya? Menurutku rasanya benar-benar autentik," ujar Raka sambil menggeser piringnya ke depanku. Dia mengangguk dan melirik ke arah hidangan mentah itu dengan pandangan ini-enak-sekali-kamu-harus-mencoba miliknya yang terkesan lucu. Maksudku, bagaimana tidak? Dia terlihat dingin dan tajam dalam satu waktu, tetapi di waktu lainnya semua kekakuan itu mencair bagai salju di musim semi.
"Tentu." Aku mengambil satu irisan salmon dan tuna lalu mencelupkannya ke kecap asin dan memakannya sekali suap. Rasanya kenyal sekaligus keset. Tak ada tambahan bau apa pun, hanya kenikmatan yang menyelami mulutku hingga masuk ke perut dengan bahagia. Mataku memejam dan rasanya di dalam kedai ini sedang hujan kelopak bunga sakura.
"Gila," kataku sambil terus mengunyah.
"I know, right?" Raka tersenyum puas melihatku makan dengan lahap.
"Cara yang paling efektif untuk mendekati atau merayu seseorang itu bukanlah uang, melainkan makanan. Aku denger kalimat itu dari salah satu drama Korea yang kutonton baru-baru ini. Dan, aku setuju. Makanan adalah cara terbaik untuk meluluhkan segalanya. Makanan yang enak, ya, tentunya."
Raka menyipit ke arahku sambil tersenyum simpul. "Begitukah?"
Aku mengangguk. "Kalau ada orang yang mau merayuku dengan memberi satu piring," aku menelan satu sushi dan mengunyahnya di gigi sebelah kiri, "satu piring saja sushi seperti ini, mungkin aku bakal luluh."
Jakun runcing Raka bergerak-gerak, lalu dia meletakkan sumpitnya dan sepenuhnya memperhatikanku. "Serius? Semudah itu?"
"Aku bilang 'mungkin'," jawabku tersenyum. Kami kembali tertawa dan fokus pada makanan masing-masing. Sejujurnya, jawabannya adalah memang semudah itu. Daniel merayuku dengan makanan restoran bintang lima di mal daerah Sudirman dan setelah itu, aku semakin jatuh cinta padanya.
Siapa yang tidak jatuh cinta pada seorang laki-laki mapan dan memiliki cita rasa sebaik Daniel? Jika kalian bertemu dengannya langsung, aku yakin hati kalian akan terpikat.
Suasana di dalam kedai ini menjadi lebih hangat dari sebelumnya. Beberapa orang bercakap-cakap, tertawa, bahkan saling pegangan tangan. Ada satu keluarga dengan dua anak perempuan yang masih kecil saling ribut entah soal apa.
Tiba-tiba, di luar mulai turun hujan.
Awalnya hanya rintik-rintik kecil yang tak terlalu kentara, tetapi lama-kelamaan rintik itu menderas hingga bunyi gemercik air jatuh ke tanah pun terdengar hingga ke dalam ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Twilight
Romance[CERITA SUDAH TAMAT] Patah hati karena dikhianati oleh kekasihnya yang baru saja menikah dengan sahabat baiknya, Roselyne memutuskan untuk berlibur ke Tokyo dan berharap dapat menata hati. Sambil bercerita mengenai keindahan tentang Tokyo dengan sa...