Delapan

224 38 6
                                    

"Oh bagus ya?! Darimana kamu?hm? Anak gadis pulang sore-sore!" Bentak seseorang kepada Khansa, Khansa yang mendengar suara itu, menjadi panas dingin sendiri

"Ma-maaf ayah" ujar Khansa, menundukkan kepalanya, tidak berani menatap mata sang Ayah

"Maaf kamu bilang?! Darimana kamu?! saya bertanya! Ngejalang? Hah?!" bentak sang ayah, Khansa hanya bisa terisak mendengarnya  "Kamu itu seharusnya Mikir pake otak! Nyusahin!" desis sang Ayah, Khansa mulai terisak

"Maaf Ayah Hiks, maafin Khansa Yah, Khansa janji gak akan ngulangin hal ini lagi Yah, Maafin Khansa hiks" ucap Khansa, memegang tangan sang Ayah, dan langsung di tepis kasar oleh sang empu

'Plak'

Satu tamparan mendarat sempurna di pipi kiri Khansa, Hati Khansa sakit mendapatkan perlakuan seperti itu dari sang Ayah, sedetik kemudian dia berfikir

"Pasti ayah melakukan hal itu karena dia khawatir sama aku! dia sayang sama aku, Ya pasti!" ujarnya dalam hati

"Maafin Khansa Ayah, Khansa baik-baik aja kok, nih Khansa sehat-sehat aja. Jadi Ayah jangan Khawatir ya?" ujar Khansa, dia tersenyum tapi cairan bening itu masih terus mengalir dari matanya

"Cih! Bahkan saya tidak Khawatir sama sekali! hanya saja bundamu yang sedari tadi sibuk menelpon saya!" sinis sang Ayah, Khansa yang mendengar hal itu langsung berlari ke kamar bundanya

"Bunda" ucap Khansa lirih, langsung memeluk sang bunda

"Sayang? Kamu dari mana aja? Bunda Khawatir banget sama kamu sayang" ujar Sang Bunda, yang membuat Khansa semakin bersalah

"Maafin Khansa Bun, Hiks Hiks maafin Khansa, tadi Khansa main dulu sama temen Khansa, tanpa ngabari Bunda, Hiks hiks" ujar Khansa, meminta maaf seraya terisak

"Iya sayang, udah jangan nangis lagi ya? Sekarang kamu masuk ke kamar kamu!mandi! Trus makan!" Ujar Sang Bunda, yang hanya di angguki oleh Khansa

Khansa langsung bergegas ke kamarnya, dia langsung melakukan ritualnya seperti biasa, (Mandi,Solat,dll)

Kemudian, dia turun ke bawah untuk makan bersama keluarganya

"Sini sayang!" ujar Sang Bunda, seraya menepuk nepuk kursi di sebelahnya, Khansa hanya mengangguk, lalu mengikuti intruksi Sang Bunda

"Tadi gimana sekolahnya?hm?" tanya Sang Bunda halus

Khansa yang mengingat kejadian di sekolah hari ini pun terdiam,  dia merasakan sakit hati yang amat mendalam, hatinya hancur mengingat perkataan Alfi, ralat tapi itu sudah menjadi janjinya kepada lelaki itu, janji yang harus di tepati

"Loh?kenapa sayang? Kok diam?" tanya Sang Bunda, lagi

"Baik kok bun, baik banget" ujar Khansa, seraya tersenyum semangat pada Sang Bunda, Berbohong? tentu saja dia berbohong! Kalian juga tau apa yang di alami Khansa tadi di sekolah

"Syukurlah" ucap Sang Bunda bersyukur, Khansa hanya tersenyum kecut mendengarnya

"Yaudah ayo makan!" ujar Sang Bunda, kepada Suami dan Anak gadisnya itu

"Iya bun" Khansa langsung memakan makanannya, setelah selesai dia langsung pamit ke kamar

"Khansa ke kamar ya Yah,Bun! Capek!" ujar Khansa kepada kedua orangtua nya

"Iya sayang" jawab Sang Bunda, Khansa langsung berjalan memasuki kamarnya,menguncinya,dan langsung menjatuhkan tubuhnya di atas Queen size miliknya

Khansa lelah dengan semua ini

Khansa lelah dengan semua senyum palsu yang selalu dia tunjukkan kepada semua orang

Khansa lelah berbohong, berbohong kalau dia itu baik-baik saja

KHANSA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang