Lagi-lagi IYBNY kurevisi🥲
Maapin yak, bikin kalian nunggu setahun untuk lanjutin cerita ini.Kali ini sumpah, bakal aku selesain.
Outline-nya udah selesai sampai ending, cuma emang aku agak susah masuk ke POV-nya cowok (Rayyan). Tapi doain aja mudah-mudahan aku enggak sering males😁Oh, satu lagi guys!
Ceritaku kali ini bisa dibilang minim skinship. Jangan harap ada pelukan atau ciuman, ya. Mentoknya mereka cuma pegangan tangan, itu pun aku masih mikir apa enggak usah pegangan tangan aja sekalian🤣🤣Aku mau buktiin kalau romance tipis-tipis juga mendebarkan. Eaa
Karena itu jangan berharap lebih sama endingnya👍 aku udah kasih spoiler biar kalian enggak patah hati nanti. Tapi kalau kalian kuat, silakan lanjut.
Happy Reading
💌💌💌
"Bang! Urgent!" teriak Ian.
Ian menempelkan telinganya didaun pintu lalu menggedor pintu, kali ini lebih keras. "Bang!"
Pintu terbuka, beruntung responsnya cepat. Kalau tidak, Ian bisa jatuh mencium lantai. Ian tersenyum cerah membalas wajah masam kakaknya.
"Bang, gue butuh bantuan lo." Ian mengangkat ponselnya, memperlihatkan aplikasi Tinder dilayar.
Rayyan Pratama mengernyit sambil memajukan kepalanya. Meyakinkan diri bahwa ia tidak salah lihat. Rayyan menghela napas, mundur selangkah lalu mengayunkan pintu. Namun Ian dengan cepat menahannya.
"Bang.."
"Gue sibuk, Yan."
"Kali ini aja, Bang." Ian memohon.
"Itu maksudnya apa?" Rayyan melirik ponsel adiknya.
"Izinin gue masuk. Biar enak jelasinnya." Tanpa menunggu persetujuan Rayyan, Ian menerobos masuk. Duduk dipinggir tempat tidur sambil melempar senyum simpul. Rayyan mendesah pasrah, menghampiri Ian kemudian bersedekap di hadapannya.
Ian menunjukkan foto seorang perempuan berkulit putih pucat, berkacamata, kepada Rayyan, "Namanya Kiya. Gue mau ngechat dia tapi nggak tau ngomong apa."
Rayyan mengamati foto perempuan bernama Kiya itu. Sekilas, Kiya mirip almarhum Bundanya, "Lo mau minta tolong apa?"
"Lo yang ngechat dia."
Alis Rayyan saling bertaut, "Gue? Apa urusannya?"
"Bang, lo kan tau sendiri gue belum pernah pacaran. Mana gue tau cara pedekate sama cewek."
Rayyan mendorong ponsel Ian agar menjauh dari hadapannya, "Chat aja. Ajak kenalan."
"Habis itu apa?"
"Tergantung dia jawab apa."
"Itu dia yang gue nggak tau, Bang. Bantuin gue lah, Bang. Gue suka liat dia, mirip banget sama Bunda. Iya, kan?"
Rayyan menghela napas pelan lalu duduk di meja kerjanya, "Cuma sekilas," dan kembali fokus menatap layar laptop.
"Sampai Kiya suka sama gue aja, Bang. Sisanya biar gue."
"Nggak," tolak Rayyan.
"Bang.." Ian belum menyerah.
"Nggak!"

KAMU SEDANG MEMBACA
It's You, But Not You
ChickLitKiya ingin menjadi seorang penulis meski ditentang keras oleh ayahnya. Mulai dari menulis sembunyi-sembunyi, mengunggah karyanya di platform menulis, dan ikut lomba. Semua Kiya lakukan tanpa sepengetahuan orang-orang di rumahnya. Di tengah usahanya...