O.4 × Pengganti

182 39 12
                                    

Ini yang kedua kali dalam seminggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini yang kedua kali dalam seminggu. Yumna lagi-lagi jadi korban ketelodarannya sendiri. Meninggalkan payung lipatnya di loker dan baru sadar benda itu nggak terbawa saat tangannya nggak bisa menemukannya di dalam tas. Terpaksa, Yumna menerjang kucuran hujan di sisa jalan menuju rumah.

Menimbulkan sensasi pening yang nggak tertahankan di penghujung pekan setelahnya. Lagi, memaksa Yumna terbaring nggak beranjak dari kasur hampir seharian. Dia pikir, istirahat total bakal membuat tubuhnya membaik. Karenanya, bersih keras berangkat pada Senin esoknya adalah pilihan yang Yumna ambil.

Sekalipun, harus terus-menerus bersin sepanjang perjalanan.

"Masih parah kayaknya." Yuda mengulurkan tisu, benda yang coba Yumna temukan di tiap sela kantung seragam, tapi nihil.

"Mendingan daripada kemarin," elak Yumna. Kedua matanya melengkung membentuk garis. Walaupun separuh parasnya nggak terlihat karena tertutup masker, Yuda tahu Yumna sungguhan tersenyum.

"Suara lo masih bindeng," ujar Yuda lagi, memaksa kepala Yumna yang sebenarnya masih agak berat dibawa menggeleng untuk menekankan bahwa dia serius.

"Gue baik." Yumna menambahkan, "tadi pagi udah dikasih susu jahe sama Banyu."

"Banyu tau lo sakit?"

"Kayaknya?" Yumna terdengar nggak yakin, "atau dia bisa aja ngasih karena emang dasar orangnya baik."

"Dia baik ke lo aja."

"Hm?" Yumna paksakan sebuah tawa mengisi canggung. "Masa, sih?"

Sekian sekon berikutnya, keduanya tersapu bisu. Hanya ada suara riuh dari kelas Pariwisata yang masih praktik di pertengahan ajar. Di masa lengang itu, Yuda diam-diam melirik Yumna yang masih anteng menggoreskan pensilnya pada permukaan sketchbook. Diam, sama sekali nggak terganggu.

Masih sketsa, tapi Yuda sudah berhasil menemukan figur seseorang di bawah bayangan tiang basket. Pemandangan di sekelilingnya tampak penuh gundukan awan dan lingkaran bola sempurna di kejauhan. Di sekitarnya juga ada barisan garis menyerupai ujung panah yang Yuda kira merupakan kerangka burung yang hendak pulang ke peraduan. Kalau nanti Yumna memutuskan memberikan warna di atasnya, Yuda yakin suasana senja yang sepi adalah latar yang coba gadis itu bangun.

"Gue jarang ketemu Om belakangan ini."

Leher Yumna menoleh kepada Yuda. "Ayah masih di luar kota," terangnya. "Dua minggu lagi baru pulang."

"Makin lama aja proyeknya."

"Ya gitu, deh."

Kehidupan keluarga Yumna nggak bisa dibilang harmonis tanpa ribut. Pula, bukan keluarga yang terlalu rentan akan konflik. Masalah datang sesekali, tapi nggak meninggalkan bekas berarti. Kecuali Yumna yang perlahan mengeluhkan minimnya intensitas pertemuannya dengan sang ayah, Yumna rasa nggak ada lagi problem serius.

"Teh Joice masih di sini?"

"Masih. Betah kayaknya." Yumna menemukan bercak terlalu panjang dari arsiran di sisi gambar tiang basket, alisnya tertekuk menyayangkan.

"Nggak jadi rujuk?"

Untuk pertanyaan satu ini, Yumna perlu beberapa detik buat memilah kata yang paling baik untuk dijadikan jawaban. Sebelum akhirnya, "belum. Cuma suaminya mulai sering ke rumah, ngajak main Ash."

Yumna kemudian mengemasi peralatan gambarnya dan memutuskan bangun dari bangku yang disinggahinya bersama Yuda.

Yuda nggak bergeming melihat Yumna merapikan kemeja dan menepuk bagian bawah roknya yang terkena debu.

"Jadi siaran?"

"Yap."

"Emang bisa? Suara lo."

Sketchbook dan tempat pensil biru milik Yumna sekarang ada di dekapan. Pemiliknya secara sengaja menghindari mata si lawan bicara. Mengundang hela napas berat dari yang bersangkutan, bukan pertanda baik.

"Ngomong kalo nggak bisa."

Sejujurnya Yumna juga nggak yakin. Tapi, "Bisa, tenang aja."

•••


Berkali-kali Banyu menegok pintu ruang siaran kapanpun mendengar satu-satunya akses keluar-masuk itu didorong. Berkali-kali pula, dia menggumamkan decakan lirih setiap tahu bahwa bukan Yumna yang datang.

Siaran Kamis akan mengudara sebentar lagi. Tersisa Yumna yang belum hadir.

Sampai tiba waktu di mana pintu kembali dibuka untuk kesekian kalinya. Tubuh Banyu secara cepat dan otomatis berputar agar bisa menyambut kehadiran anggota terakhir siaran hari ini.

Hanya saja, sepertinya ada kekeliruan.

"Lo ngapain?"

Banyu menaruh raut sanksi ke arah Chelsea.

"Gue gantiin Yumna hari ini, dia sakit."











...

kalo lagi keluar, maskernya jangan lupa❤️

Lalu, TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang